Ajarkanlah Mereka Cara Shalat Yang Benar

Dari kecil kita memang sudah diajarkan shalat oleh orang tua kita, madrasah-madrasah pun mengajarkannya, namun ada satu pertanyaan bagi kita yang sudah menginjak usia dewasa ini, apakah shalat kita selama ini sudah sesuai dengan tatacara shalat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang mana itu adalah perintah dari Nabi untuk mencontoh shalat beliau dalam sabdanya:

“صَلُّوا كَمَا رَأَيتُمُونِي أُصَلِّي…” (متفق عليه)

“Shalatlah kamu sebagaimana aku shalat…” (Muttafaq ‘Alaih)

Atau jangan-jangan cara shalat kita masih tetap saja sebagaimana pada level yang diajarkan sewaktu kecil dan tidak berubah menjadi lebih baik. Karena yang kita tahu bahwa tata cara shalat yang diajarkan kepada anak-anak itu sangatlah sederhana, dan kita juga tahu bahwa sebagian anak-anak lebih sering bermain-main didalam shalatnya: menoleh kesana kemari, tergesa-gesa, bergerak tanpa perlu dsb, jadi masih pada cara-cara seperti itukah cara kita menghadap Allah Ta’ala?

Pernah suatu ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mendapati salah satu kaum muslimin yang shalat tidak dengan tatacara yang semestinya, kisah tersebut diriwayatkan dalam hadits berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم دَخَلَ الْمَسْجِدَ , فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى , ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : ارْجِعْ فَصَلِّ , فَإِنَّك لَمْ تُصَلِّ . فَرَجَعَ فَصَلَّى كَمَا صَلَّى , ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : ارْجِعْ فَصَلِّ , فَإِنَّك لَمْ تُصَلِّ – ثَلاثاً – فَقَالَ : وَاَلَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لا أُحْسِنُ غَيْرَهُ , فَعَلِّمْنِي , فَقَالَ : إذَا قُمْتَ إلَى الصَّلاةِ فَكَبِّرْ , ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ معك مِنْ الْقُرْآنِ , ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعاً , ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِماً , ثُمَّ اُسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِداً, ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِساً . وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلاتِكَ كُلِّهَا. أخرجه البخاري ومسلم

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa suatu kali Nabi masuk kemasjid, kemudian ada seseorang yang masuk juga dan shalat, setelah shalatnya laki-laki itu mendatangi Nabi dan mengucapkan salam, Nabi pun berkata kepadanya: “Ulangi shalatmu, karena sesungguhnya engkau sama sekali belumlah shalat”, lelaki itupun kembali untuk mengulangi shalatnya namun tetap dengan tatacara shalat semula, usai shalat iapun kembali kepada Nabi dan kembali mengucap salam, Namun ternyata Nabi kembali mengatakan hal yang sama: “Ulangi shalatmu, karena sesungguhnya engkau sama sekali belum shalat” begitu seterusnya seampai 3 kali, maka akhirnya lelaki itupun berkata: Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tak tahu cara yang lain, untuk itu ajarilah aku, maka Nabipun menuntunnya: “Apabila engkau berdiri untuk shalat maka bertakbirlah, kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari ayat-ayat Al Qur’an, kemudian rukuklah sampai kau tenang, kemudian bangkit berdiri sampai tegak (I’tidal), kemudian sujudlah sampai kau tenang, kemudian bangkit duduk sampai tenang, kemudian sujud lagi sampai kau tenang. begitulah seterusnya lakukan pada shalatmu.” (HR Bukhari-Muslim)

Lihat bagaimana Nabi sangatlah sayang pada Ummatnya, beliau langsung memanggil dan mengajarinya, padahal bisa saja lelaki tersebut belajar dengan yang lainnya dari kalangan sahabat Nabi, maka beginilah hendaknya mental seorang muslim kepada saudara muslimnya yang lain, jangan biarkan mereka begitu-begitu saja sedangkan kau telah mendapatkan hidayahnya.

Berapa banyak masih terlihat dimasjid-masjid kita sebagian kaum muslimin yang tergesa-gesa shalatnya, jauh sekali dari kata khusyu’ dan tenang (thuma’ninah), dan malah menambah kegelisahan diatas kegelisahan-kegelisahan perkara duniawi yang ia tinggalkan untuk shalat, walhasil shalatnya pun tak mengubah apa-apa dari dirinya, padahal dahulu bagi Nabi shalat adalah sumber ketenangan dari hiruk pikuk kehidupan dunianya, sebagaimana sabdanya kepada sahabat Bilal sang muadzin:

((قُمْ يَا بِلَالُ فَأَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ))  أخرجه أحمد وأبو داود

“Berdirilah wahai Bilal, segarkanlah kami dengan shalat” (HR Ahmad & Abu Dawud)

Inilah harusnya yang terjadi pada kita terhadap shalat, tata cara yang benar sesuai petunjuk Rasul, pahala dapat dan hiduppun semakin tenang karenanya, bukan hanya sekedar melaksanakan kewajiban secara formalitas saja.

Maka dari saat ini mulailah dari dirimu kemudian ajari orang-orang terdekat. buku-buku tentang tuntunan shalat pun sangatlah banyak, namun lagi-lagi tanyakan lagi diri masing-masing: seberapa dekat dirimu dengan sunnah Nabi jika membaca kitab-kitab ulama saja masih urung dibiasakan.

Penulis: Muhammad Hadhrami Bin Ibrahim

*Hadits kisah diatas disadur dari kitab 130 حديثاً في الاحتساب karya Dr Abdullah Bin Abdurrahman Al Wathban, hadits ke 61.

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *