Akhwat kok jadi selebgram? sebuah kalimat yang cukup menggelitik bukan? Namun begitulah kenyataannya, dua buah sisi yang bertolak belakang pada hakikatnya, namun malah bergabung menjadi satu.
Akhwat, sebuah istilah yang bermakna wanita muslimah berhijab lebar, baik yang bercadar maupun tidak, menutup luarnya dengan pakaian takwa, dan menutup diri dan hati mereka dari perkara yang haram dan tidak pantas bagi wanita. Sedangkan seleb, sebuah istilah untuk seseorang yang terkenal dan memiliki banyak penggemar. Jadi selebgram sendiri adalah istilah gaul bagi mereka yang terkenal di media instagram, dengan memiliki banyak followers, dan terkenal dengan apanya? Relatif, ada yang dengan karyanya, dan ada juga yang karena gayanya.
Sebelum memasuki inti pembahasan, penting untuk diketahui bersama, bahwa ketika kita berbicara mengenai tema muslimah, bukan berarti sedang mendikte atau bahkan menggurui para muslimah secara sepihak, bukan, tidak begitu. Namun sebagai edukasi, bahwa dalam menghadapi fitnah akhir zaman ini, kaum muslimin dan muslimat harus bahu membahu dan saling mendukung dan saling menjaga. Jadi tidak hanya menyeru kaum pria untuk shalat berjamaah, sedangkan para wanita didalam keluarganya tetap mengumbar aurat, dan tidak pula hanya menyeru kaum muslimah untuk berhijab syar’i sedangkan kaum lelakinya tidak ditekankan untuk menjaga pandangan. Jadi, harus bersinergi, semuanya kompak untuk menghidupkan syiar islam kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja.
Antara lelaki dan wanita, sebenarnya saling memiliki daya tarik menarik, bisa terfitnah dan bisa juga menjadi sumber fitnah, namun kerusakan yang ditimbulkan lebih besar apabila seorang lelaki terfitnah dengan wanita bila dibandingkan dengan sebaliknya, karena tabiat lelaki adalah memulai dan tabiat wanita itu menunggu.
Namun secara spesifik disebutkan bahwa lelaki lah yang paling merasakan cobaan atau fitnah wanita, bukan harta maupun tahta, bahkan keduanya sebagai penunjang untuk mendapatkan wanita, hal yang demikian karena memang secara asalnya, kaum lelaki terpatri pada mereka naluri akan hawa nafsu, sebagaimana yang di firmankan oleh Allah Ta’ala:
زيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran: 14)
Dan berdasarkan sabda Rasululllah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari: 5096 dan Muslim: 2740)
Maka dari itu, sebagaimana yang telah kita sebutkan, pembahasan semacam ini bukan tentang menggurui kaum wanita, akan tetapi sebagai sebuah upaya edukasi bahwa tanggung jawab moral adalah tanggungjawab bersama, bukan hanya ditimpakan pada satu gender saja.
Bersambung…
Muhammad Hadhrami, Mahasiswa Fakultas Syari’ah LIPIA JAKARTA.