Connect with us

Kumpulan whatsapp Dakwah

Apa yang menghalangimu untuk bertaubat?

Published

on

Wapada dan hindarilah perkara-perkara yang bisa menghalangimu dari taubat :

  • Ketergantungan hati kepada perbuatan dosa.
  • Berat untuk betaubat & sulit iltizam (komitmen) terhadap ajaran Islam.
  • Tertipu dengan satrullah (penutupan aib oleh Allah) & limpahan nikmat-Nya.
  • Ujian-ujian yang akan dialami setelah bertaubat. Karena merasa berat, akhirnya ia kembali mengerjakan kebiasaan dosanya tersebut.
  • Salah sangka terhadap konsekuensi hukum setelah bertaubat. Mengira bahwasanya Alloh tidak akan menerima taubatnya karena begitu banyak dosa yang telah ia kerjakan.
  • Mencari-cari alasan agar boleh bermaksiat.
  • Kebimbangan menimpa orang yang bertaubat.
  • Berangan-angan panjang. Menganggap umurnya masih panjang dan masih banyak kesempatan untuk bertaubat.

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

About Author

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kumpulan whatsapp Dakwah

Ramaikan Rumah Kita dengan AL-QUR`AN !

Published

on

Membaca al-Qur`an secara umum diperintahkan termasuk membacanya di rumah karena bacaan al-Qur`an di rumah menghadirkan keberkahan dan rahmat, khususnya jika yang dibaca di rumah adalah surat Al-Baqarah maka rumah akan terlindungi dari sumber keburukan yaitu setan. Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُوْرًا إِنَّ السَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ البَيْتِ الَذِي تُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ البَقَرَةِ .

“Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan! Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqarah.” Diriwayatkan oleh Muslim.

Maka dari itu, marilah kita ramaikan rumah kita dengan bacaan al-Qur’an, kita baca al-Qur’an di rumah kita baik surat al-Baqarah maupun surat-surat yang lainnya, atau kita perdengarkan bacaan al-Qur’an itu di rumah kita dengan menyetel radio atau televisi yang menyiarkan bacaan-bacaan al-Qur’an, atau rekaman murattal yang kita miliki. Semoga kita dapat merasakan keberkahannya. Marilah kita hindarkan dan jauhkan rumah kita dari suara alat musik, lantunan nyanyian  dan hal lainnya yang tidak diridhai Allah ta’ala, Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِيْ أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَّ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ.

“Kelak akan ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamar dan alat-alat musik…..”(HR. Al-Bukhari)

Ibnu Mas’ud –semoga Allah meridhainya-bersumpah dengan nama Allah bahwa yang dimaksud firman Allah,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah.” (Luqman: 6) adalah nyanyian.” (Tafsir Ibni Katsir, 6/333)

About Author

Continue Reading

Kumpulan whatsapp Dakwah

Mendulang Berkah dalam Aktifitas yang Diberkahi

Published

on

Mengonsumsi makanan ataupun minuman-meskipun seteguk air saja- pada waktu sahur (akhir malam menjelang terbit fajar) merupakan aktifitas yang mengandung keberkahan,

Nabi  bersabda,

تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةً

Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam “sahur” itu terdapat keberkahan (HR. Al-Bukhari, no. 1923). Dalam riwayat lain,

تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِى السُّحُوْرِ بَرَكَةً

Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam “suhur” (santap makanan di waktu sahur) itu terdapat keberkahan (HR. Muslim, no.2603).

Oleh karena itu, tidak sepatutnya aktivitas ini terlewatkan. Karena, ini adalah aktifitas yang diberkahi. Bahkan, aktifitas ini berada di waktu yang penuh berkah pula. Maka, mari kita terus dulang keberkahannya. Bagaimana caranya ?

1 Akhirkanlah pelaksanaannya dan lakukanlah secara bersama-sama

عَنْ أَنَسٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالسَّحُوْرِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِيْنَ آيَةً

Anas (bin Malik) meriwayatkan dari Zaed bin Tsabit y, ia berkata, kami (para sahabat) pernah santap sahur bersama Nabi  (setelah selesai) kemudian beliau bangkit untuk mengerjakan shalat (Subuh), aku (yakni, Anas bin Malik) bertanya (kepada Zaed bin Tsabit) ,”berapa lama rentang waktu antara (dikumandangkannya) Azan dan proses santap sahur selesai ? Ia (Zaed) menjawab,” sekitar (lamanya dibacakan) 50 ayat  (HR. Al-Bukhari, no. 1921). Dalam riwayat lain,

قَدْرُ خَمْسِينَ أَوْ سِتِّينَ يَعْنِي آيَةً ,” sekitar (lamanya dibacakan) 50 atau 60, yakni, ayat (HR. Al-Bukhari, no. 575)

2 Banyaklah Berdoa, Meminta dan Beristighfar kepada Allah azza wajalla

Nabi bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلآخِرِ، فَيَقُوْلُ: مَنْ يَدْعُوْنِي فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ، وَمَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ.

Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia ketika tinggal sepertiga malam, seraya menyeru: ‘Siapa yang berdo’a kepada-Ku, maka Aku memperkenankan do’anya, siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku memberinya, dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku mengampuninya.” (HR. Al-Bukhari, no. 7494 dan Muslim, no. 758 )

Oleh karena itu, sibukkanlah diri Anda kala itu dengan banyak berdoa, meminta dan beristigfar, jangan Anda sibukkan diri Anda dengan menonton acara televisi yang justru akan menyibukkan Anda dari hal yang mulia ini. Raihlah kemuliaan dan derajat yang tinggi di sisi-Nya dengan melakukan amalan orang-orang yang bertakwa,

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ [الذاريات : 18]

Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah) (Qs. Adz-Dzariyat : 18)

About Author

Continue Reading

Fiqih

Musim yang Penuh dengan Keutamaan

Published

on

Sesungguhnya termasuk bentuk karunia Alloh ta’ala dan nikmatnya yang agung kepada hamba-Nya yaitu bahwa Alloh menyiapkan bagi mereka musim-musim yang penuh dengan keutamaan agar dijadikan sebagai kesempatan yang berharga bagi orang-orang yang tamak kepada kebaikan dan sarana untuk saling berlomba bagi orang-orang yang  gemar berlomba (dalam kebaikan).

Sesungguhnya musim-musim itu dihadirkan untuk menyampaikan harapan dengan upaya yang sungguh-sungguh dalam melakukan ketaatan, mengangkat celah dan kekurangan dengan melakukan pengejaran terhadap kekurangan tersebut dan taubat. Tidaklah Alloh ta’ala menghadirkan musim-musim yang utama tersebut melainkan Alloh meletakkan padanya amalan-amalan ketaatan yang mana seorang hamba menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Alloh, Alloh mempunyai kelembutan yang diberikan -dengan karunia dan rahmat-Nya- kepada siapa saja  yang Dia kehendaki.

Maka, orang yang bahagia adalah orang yang dapat memanfaatkan musim-musim, bulan-bulan dan hari-hari, serta waktu demi waktu untuk mendekatkan diri kepada tuhannya dengan melakukan berbagai macam ketaatan. Maka, orang seperti inilah yang diharapkan akan mendapatkan tiupan karunia dan rahmatNya sehingga oleh karenanya ia berbahagia dengan suatu kegembiraan yang menjamin dirinya terselematakan dari Neraka beserta segala siksaan yang ada di dalamnya

(Ibnu Rojab, “Latho-if Al-Ma’arif “, hal.8)

About Author

Continue Reading

Trending