Connect with us

Aqidah

PENYEBAB IBLIS DIKELUARKAN DARI KOLONG LANGIT

Published

on

ما الذي أخرج إبليس من ملكوت السماء ،وطرده ،ولعنه ؟

“Apa yang menyebabkan Iblis dikeluarkan dari kolong langit, dihardik dan dilaknat?”

Alloh Azza wa Jalla berfirman,

alhijr_28-44

Dan (ingatlah) (wahai nabi), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

“Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (sujud sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan bukan sujud sebagai bentuk ibadah). Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama (seperti yang diperintahkan kepada mereka oleh robb mereka, tak satupun di antara mereka yang membangkang), kecuali iblis. Ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu.”

Allah berfirman (kepada Iblis) :

“Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?”

Berkata Iblis (menampakkan kesombongan dan kedengkiannya):

“Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk (ini tidak layak bagiku).”

Allah berfirman:

“Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk(engkau dijauhkan dari segala macam dan bentuk kebaikan), dan sesungguhnya laknat(dan jauh dari rahmat Aloh) itu tetap menimpamu sampai hari kiamat(pada hari manusia dibangkitkan untuk diperhitungkan amalnya dan diberi balasan)”

Berkata iblis:

“Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan (yakni : hari kiamat)”

Allah berfirman (kepada Iblis) :

“(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,  sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan (yakni sampai hari di mana semua makhluq mati setelah tiupan sangkakala yang pertama, bukan hingga sampai hari kebangkitan. Alloh mengabulkan permohonan Iblis tersebut sebagai istijroj dan penundaan serta fitnah bagi manusia dan jin).”

Iblis berkata:

“Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka(anak-anak adam) memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya (dari jalan petunjuk), kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka (yaitu orang-orang yang Engkau beri petunjuk, maka mereka memurnikan ibadah mereka hanya untukMu semata, tidak kepada selain engkau dari kalangan makhluq-makhluqMu).”

Allah berfirman:

“Ini adalah jalan yang lurus (yang akan menyampaikan kepadaku dan kepada rumah karomahku), kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hambaKu (yang ikhlash) tidak ada kekuasaan bagimu terhadap (hati-hati) mereka (yang akan engkau jadikan sebagai sarana untuk menyesatkan mereka dari jalan yang lurus), kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat (orang-orang yang menyekutukan Alloh, yang mereka ridho dengan kekuasaanmu dan ketaatan kepadamu sebagai ganti dari ketaatan kepada-Ku). Dan sesungguhnya Jahannam itu (api yang sangat panas) benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (iblis dan para pengikut nya) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu (setiap pintu lebih bawah dari pintu yang lainnya). Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka (para peringikut iblis yang mana mereka terkelompokkan dan mendapatkan ganjaran sesui dengan amal mereka masing-masing).”

Wallohu a’lam

(Abu Umair)

Sumber :
alQur’an al-Karim Surat  Al-Hijr : 28-44, dengan tambahan makna dari “at Tafsir al-Muyassar” karya sejumlah Profesor bidang tafsir di bawah bimbingan Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin at-Turkiy.


Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel Hisbah.net di Fans Page Hisbah

Twitter @hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Aqidah

Bimbinglah keluargamu

Published

on

Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman :

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ  [الذاريات : 55]

Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman (Adz-Dzariyat (51) : 55)

Putra-putri kita mengerjakan shalat, menjaganya dan mengingat Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. Mereka-insya Allah- termasuk kaum mukminin yang mau kembali pada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى ketika diperingatkan, menetapi perjanjian dan janji mereka ketika diingatkan. Sungguh saya sangat salut pada ayah yang tidak henti-hentinya melafalkan dzikir pada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى .  Bila mendengar kebaikan ia ingat Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dan bertasbih. Bila mendengar keburukan atau sesuatu yang tidak disukainya ia ber-istirja’ (mengucapkan kalimat : إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ-ed) dan memuji Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى di setiap kondisi.

Sebagaimana saya juga salut pada seorang ibu yang menyambut anaknya dengan doa dan memohon berkah Allah  سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى . Demikian pula ketika melepasnya pergi.

Jadi tugas orangtua adalah mengajari anak-anak dengan ucapan-ucapan dzikir harian, agar mereka termasuk orang-orang yang berdzikir di pagi dan sore hari ; ketika masuk dan keluar rumah, saat masuk kamar kecil dan selainnya. Rotasi malam dan siang menjadikan si anak selalu berdzikir kepada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى . Disamping itu, kedua orang tua wajib mengingatkan anak akan urusan-urusan pribadi mereka berupa janji-janji dan tugas-tugas. Juga jadwal pelajaran dan waktu ujian.



Tidak kalah penting juga jadwal kunjungan keluarga dan berkomunikasi. Demikian pula, waktu-waktu pergi ke dokter, berobat dan melakukan check-up kesehatan. Khususnya waktu-waktu yang rutin.

Dan yang terakhir adalah daftar perilaku positif yang disiapkan orangtua bersama anak-anak. Kemudian ditempelkan di rumah atau kamar anak. Dan peran oragtua di sini adalah secara rutin mengingatkannya dan motivasi-motivasinya agar anak selalu memelihara perilaku baik. Hal ini pasti bisa memperdalam cinta anak kepada  orang tua lantaran telah memantau dan bergadang demi kenyamanan mereka serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.

Dialog Penuh Cinta

Ayah, ingatkan aku !

Insya Allah, semoga Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى mengingatkanmu pada kesyahidan…”

Ibu, ingatkan aku !

Hanya itu, engkau tidak meminta sesuatu ? Mintalah mataku pasti aku berikan…”

Ayah, jangan lupa membangunkanku…

“Aku tidak akan tidur demi dirimu…”  

Ibu, jangan lupa waktuku minum obat…

“Aku bisa lupa pada diriku, tapi tidak pada dirimu…sayangku…”

Ayah jangan lupa, hari ini waktu mendaftarkanku di lembaga …

Insya Allah, setelah aku menyelesaikan beberapa tugas mendesak…”

***

Wallahu A’lam

Amar Abdullah bin Syakir

Sumber :

Kaifa Takuna Abawaini Mahbubain ?, Dr. Muhamad Fahd ats-Tsuwaini, ei, hal. 29-31.

Continue Reading

Aqidah

Mengucapkan Kalimat Tauhid Tanpa Keikhlasan

Published

on

Pertanyaan :

Seorang penanya mengatakan,

“Apakah orang yang mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ  tanpa melakukan amal apapun, ia akan masuk Surga ? yakni, orang tersebut mengucapkan kalimat tersebut dengan lisannya (saja), karena ada hadis (qudsi)  yang maknanya, Dia berfirman, ‘Demi kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku, sungguh Aku akan mengeluarkan dari Neraka setiap orang yang  mengatakan,  لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ  .” Wallahu A’lam

Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Anda.

Jawaban :

Syaikh –رَحِمَهُ اللهُ-menjawab,

“Kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ merupakan kalimat yang agung, andai kata kalimat tersebut ditimbang dengan langit dan bumi niscaya kalimat tersebut lebih berat.


Adapun makna kalimat tersebut adalah ‘tidak ada sesembahan yang hak selain Allah’ maka, segala sesuatu yang disembah selain Allah maka sesuatu tersebut adalah batil. Berdasarkan firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -,

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ [الحج : 62]

Hal itu (kekuasaan Allah berlaku) karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Mahabenar dan apa saja yang mereka seru selain Dia itulah yang batil. Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (al-Hajj : 62)

Dan, ibadah itu tidaklah khusus dilakukan dengan rukuk atau sujud, yakni, bahwa seseorang boleh jadi beribadah kepada selain Allah tanpa melakukan rukuk dan sujud kepadanya, tetapi ia lebih mengedepankan kecintaan kepadanya atas kecintaan kepada Allah, mengagungkannya di atas pengagungan kepada Allah, perkataanya lebih agung di dalam hatinya daripada perkataan Allah. Oleh karena itu, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –bersabda,

تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ

Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah…” (HR. al-Bukhari)

Beliau menyebut ‘hamba’ bagi dinar, ‘hamba’ bagi dirham, ‘hamba’ bagi khamishah. Khamishah yaitu pakaian. Padahal mereka ini tidak menyembah dirham dan dinar. Mereka tidak rukuk dan tidak pula sujud kepadanya. Akan tetapi, mereka mengagungkannya lebih banyak daripada mengagungkan Allah-عَزَّ وَجَلَّ-, dan kepada hal ini firman-Nya mengisyaratkan,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ [البقرة : 165]

Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. (al-Baqarah : 165)

Maka, kalimat ini merupakan kalimat yang agung, di dalam kalimat ini terkandung unsur berlepas diri dari segala bentuk kesyirikan dan pemurnian sifat keilahiyahan dan peribadatan kepada Allah-عَزَّ وَجَلَّ-. Maka, kalau seseorang mengucapkan kalimat tersebut dengan lisannnya dan hatinya, maka dialah orang yang mengucapkannya dengan sebenar-benarnya. Oleh karena itu, Abu Hurairah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – mengatakan (kepada Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-)

مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Siapakah orang yang paling berbahagia dengan mendapatkan syafaatmu pada hari Kiamat ? …beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- menjawab,

مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ

Barang siapa mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ  dengan ikhlas dari hatinya..(HR. al-Bukhari)

Di dalam hadis ‘Itban bin Malik, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka orang yang  mengatakan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ  di mana ia mencari wajah Allah dengan hal itu. (HR. al-Bukhari)



Karena itu, haruslah disertai dengan keikhlasan.

Adapun orang yang mengucapkan kalimat tersebut dengan lisannya tanpa meyakininya di dalam hatinya, maka sesungguhnya kalimat tersebut tidak bermanfaat baginya, karena orang-orang munafik saja mereka mengingat Allah dan mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ , seperti firman Allah,

وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا [النساء : 142]

Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali. (an-Nisa : 142)

Dan, mereka pun bersaksi akan kerasulan Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- sebagaimana firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ [المنافقون : 1]

Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Nabi Muhammad), mereka berkata, “Kami bersaksi bahwa engkau adalah benar-benar utusan Allah.” Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar utusan-Nya. Allah pun bersaksi bahwa orang-orang munafik itu benar-benar para pendusta. (al-Munafiqun : 1)

Namun, persaksian mereka bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah tidak akan sama sekali memberikan manfaat kepada mereka. Hal demikian itu karena mereka mengatakan hal itu tidak dari hati dan keiskhlasan. Maka, barang siapa mengucapkan kalimat ini tanpa keiskhlasan, niscaya kalimat tersebut tidak akan memberikan kemanfaatan kepadanya, dan tidak pula menambah dirinya melainkan semakin jauh dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,.

Kita memohon kepada Allah -untuk diri kita sendiri dan untuk saudara-saudara kita kaum Muslimin- keyakinan terhadap kalimat tersebut, dan mengamalkan apa yang menjadi konsekwensinya. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

Wallahu A’lam

Sumber :

(Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Fatawa Nur ‘Ala ad-Darb, 1/76-77 (Soal No. 42)

Amar Abdullah bin Syakir

Continue Reading

Aqidah

Menghindari Kemungkaran yang Lebih Besar

Published

on

(اجتناب المفسدة العظمى)
قال الشيخ محمد الأمين الشنقيطي رحمه الله:
“يشترط في جواز الأمر بالمعروف ألا يؤدي إلى مفسدة أعظم من ذلك المنكر؛ لإجماع المسلمين على ارتكاب أخف الضررين”. (أضواء البيان ص ٤٦٤)

(Menghindari Kemungkaran yang Lebih Besar)

Berkata Syaikh Muhammad Al Amin Al Syinqithy -Rahimahullah-:



“Amar Makruf dibolehkan dengan syarat tidak menimbulkan kemungkaran yang lebih besar dari kemungkaran sebelumnya, demikian berdasarkan Ijma’ Kaum Muslimin bahwasanya diperkenankan (dalam keadaan terpaksa) memilih hal yang lebih ringan mafsadatnya”. (Adwaul Bayan Hlm 464)

Continue Reading

Trending