Kita mempercayai bahwa Allah maha kuasa apa yang dikehendaki.
فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ
Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya (Qs. Al-Buruj : 16)
Kita –ahlus Sunnah wal Jama’ah – mempercayai bahwa iradah (kemauan) Allah itu ada dua macam :
1. Iradah Kauniyah
Yaitu terdapat adanya iradah dan tidak harus disenangi-Nya, atau dalam istilah lain disebut “masyi-ah” seperti firman Allah –subhanahu wa ta’ala– ,
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ
Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya (Qs. Al-Baqarah : 253)
Dan firman Allah dalam al-Qur’an :
إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ
Sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu (Qs. Huud : 34)
2. Iradah Syar’iyyah
Yaitu yang dimaui tidak mesti harus terjadi, dan yang dimaui ini disenangi Allah, seperti firman-Nya :
وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ
Dan Allah hendak menerima taubatmu. “ (Qs. An Nisa : 27)
Kita meyakin bahawa iradah kauniyah dan iradah syar’iyyah adalah berdasarkan hikmah. Dan tentang hikmah itu hanya Allah –subhanahu wata’ala – Yang Maha Mengetahui tentang sebenarnya. Kita hamba-Nya mungkin tahu sebagian atau tidak tahu sama sekali akan hikmah apa yang terjadi, karena jangkauan akal manusia yang sangat terbatas. Sedangkan Allah –subhanahu wata’ala– Maha Tahu lagi Maha Bijaksana, sebagaimana firman-Nya :
أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ
Bukankah Allah hakim yang seadil adilnya ? (Qs. At-Tiin : 8)
Dan firman Allah dalam surat al-Maidah :
وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin (Qs. Al-Maidah : 50)
Allahu a’lam
Bersambung, in sya Allah
Sumber :
Dinukil dari: “ Aqidah Ahlu as-Sunnah Wal Jama’ah “, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin-semoga Allah merahmatinya. (Edisi Indonesia, hal. 23-24)
Amar Abdullah bin Syakir