Iman Kepada Rasul-Rasul Allah (1)
Kita mempercayai bahwa Allah –subhanahu wa ta’ala- telah mengutus Rasul-rasulNya kepada umat manusia, sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an :
رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا [النساء : 165]
Rasul-rasul yang Kami utus sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar supaya tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi maha Bijaksana (Qs. An-Nisa : 165)
Kita mempercayai bahwa Rasul yang pertama adalah Nuh-‘alaihissalam– dan Rasul yang terakhir adalah Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam– sebagaimana firman Allah :
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ [النساء : 163]
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberi wahyu kepada Nuh dan Nabi-nabi yang kemudian (Qs. An-Nisa : 163)
Dan firman Allah :
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ [الأحزاب : 40]
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapaknya seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi-nabi (Qs. Al-Ahzab : 40)
Muhammad-shallallahu ‘alaihi wasallam- adalah Rasul yang paling mulia, kemudian Ibrahim, Musa, Nuh dan Isa anak Maryam, sebagaimana diturunkan sendiri dalam al-Qur’an :
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا [الأحزاب : 7]
Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari Nabi-nabi dan dari kamu sendiri (Muhammad), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam. Dan kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh (Qs. Al-Ahzab : 7)
Dan kita mempercayai bahwa syariat yang dibawa oleh Muhammad-shallallahu ‘alaihi wasallam- adalah mencakup semua ajaran yang dibawa oleh Nabi-nabi sebelumnya. Sebagaimana disebutkan al-Qur’an :
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ [الشورى : 13]
Dia telah mensyariatkan bagimu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa-apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya (Qs. Asy-Syura : 13)
Kita mempercayai bahwa para Rasul itu adalah manusia biasa yang dijadikan Allah. Para Rasul itu tidak mempunyai sifat ketuhanan (rububiyah). Allah –subhanahu wa ta’ala- berfirman tentang Nuh (Rasul pertama), dan memerintahkan Muhammad (Rasul terakhir) untuk mengatakan pula :
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ [الأنعام : 50]
Katakanlah ; Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku. Dan tidak pula aku mengetahui yang ghaib dan tidak pula aku mengatakan bahwa aku seorang Malaikat (Qs. Al-An’am : 50)
Selanjutnya Allah menyuruh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- untuk mengatakan kepada umat manusia :
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ [الأعراف : 188]
Katakanlah : Aku tidak memiliki kemampuan menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula memiliki kemampuan menolak kemadharatan, melainkan apa yang dikehendaki oleh Allah (Qs. Al-A’raf : 188)
قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا رَشَدًا (21) قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا (22) [الجن : 21 ، 22]
Katakanlah : sesungguhnya aku tidak memiliki kemampuan untuk mendatangkan suatu kemadharatan bagimu dan tidak pula suatu manfaat. Katakanlah : Sesungguhnya sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari azab Allah dan sekali-kali aku tidak mendapat tempat berlindung selain daripadaNya (Allah)
Kita mempercayai bahwa semua Rasul itu adalah hamba-hamba Allah. Allah memuliakan mereka dengan kerasulan dan menempatkan mereka sebagai pengabdi dan penyembah Allah yang terbaik, sebagaimana tersebut dalam al-Qur’an dikala Allah memberi gelar kepada Rasulullah yang pertama Nuh-‘alaihis salam-.
ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا [الإسراء : 3]
Anak cucu dari orang yang kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba Allah yang banyak bersyukur (Qs. Al-Isra : 3)
Dan disebutkan oleh Allah tentang Rasul yang terakhir Muhammad-shallallahu ‘alaihi wasallam-
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا [الفرقان : 1]
Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (al-Qur’an) kepada hamba-Nya agar dia menjadi peringatan kepada seluruh alam (Qs. Al-Furqan : 1)
Dalam firman Allah –subhanahu wa ta’ala tentang Rasul-rasul lainnya :
وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ [ص : 45]
Dan ingatlah hamba-hamba Kami, Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub, yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang agung dan ilmu-ilmu yang tinggi (Qs. Shaad : 45)
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوُودَ ذَا الْأَيْدِ إِنَّهُ أَوَّابٌ [ص : 17]
Dan ingatlah hamba Kami Dawud yang mempunyai kekuatan, sesungguhnya dia amat taat (Qs. Shaad : 17)
وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ [ص : 30]
Dan Kami karuniakan kepada Dawud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (Qs. Shaad : 30)
Disebutkan tentang Isa putra Maryam :
إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ [الزخرف : 59]
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat kenabian dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti kekuasaan Allah untuk Bani Israil (Qs. Az-Zukhruf : 59)
Wallahu a’lam
Bersambung, insya Allah
Sumber :
Dinukil dari: “ Aqidah Ahlu as-Sunnah Wal Jama’ah “, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin-semoga Allah merahmatinya. (E.I, hal. 54-59)
Amar Abdullah bin Syakir