Iman Kepada Rasul-Rasul Allah (2)
Dan kita mempercayai bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menutup kerasulan dengan Rasul Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam- yang diutus kepada segenap ummat manusia, sebagaimana firman Allah dalam surat al-A’raf :
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ [الأعراف : 158]
Katakanlah : Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan di langit dan di bumi. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. Maka berimanlah kepada Allah dan RasulNya, Nabi yang Ummi, yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitabNya) dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk (Qs. Al-A’raf : 158)
Kita mempercayai bahwa syariat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- adalah ‘Dinul Islam’, yang diridhai oleh Allah –subhanahu wa ta’ala- sebagai agama bagi hamba-hamba-Nya. Dan Allah tidak menerima dari siapapun agama selain dari agama Islam, sebagaimana firman Allah :
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ [آل عمران : 19]
Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam (Qs. Ali Imran : 19)
Dan firman Allah,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا [المائدة : 3]
Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan atasmu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu (Qs. Al-Maidah : 3)
Dan firman-Nya,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ [آل عمران : 85]
Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi (Qs. Ali Imran : 85)
Siapa yang berkeyakinan bahwa masih ada agama lain selain Islam yang diterima oleh Allah (seperti agama Yahudi, Kristen dan lain sebagainya), maka menurut ajaran tauhid dia telah kafir dan murtad karena tidak mempercayai apa yang disebut dalam al-Qur’an. Untuk itu dia harus segera bertaubat kepada Allah. Siapa yang tidak mempercayai kerasulan Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam- untuk seluruh manusia, berarti ia tidak percaya kepada semua Rasul-rasul Allah, bahkan tidak percaya pada Rasul yang menurut anggapannya ia percayai dan ia ikuti ajaran-ajaran yang dibawanya. Sebagaimana dalam al-Qur’an dikatakan :
كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ [الشعراء : 105]
Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul-rasul (Qs. Asy-Syu’ara : 105)
Dikatakan bahwa kaum Nuh yang mendustakan Nabi Nuh dicap sebagai kaum yang telah mendustakan semua rasul-rasul , padahal belum pernah ada seorang rasul pun sebelum Nuh.
Firman Allah –subhanahu wata’ala- dalam al-Qur’an mengatakan :
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا (150) أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا (151) [النساء : 150 ، 151]
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-rasul Nya dan bermaksud memperbedakan antara Allah dan Rasull-rasulNya dengan mengatakan : Kami beriman kepada sebagian dari Rasul-rasul itu dan kami tidak mempercayai (kafir) dengan sebagian lainnya, serta bermaksud dengan perkataan itu mengambil jalan di antara iman dan kafir. Merekalah orang-orang yang kafir sebenarnya, Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu siksaan yang menghinakan (Qs. An-Nisa : 150-151)
Kita mempercayai bahwa tiada Nabi sesudah Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam- Siapa yang mendakwakan dirinya atau berpendapat bahwa ada Nabi sesudah Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam-, maka orang tersebut kafir. Karena dia telah mendustai Allah, Rasul-Nya, dan Ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin.
Wallahu a’lam
Bersambung, insya Allah
Sumber :
Dinukil dari: “ Aqidah Ahlu as-Sunnah Wal Jama’ah “, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin-semoga Allah merahmatinya. (E.I, hal. 60-64)
Amar Abdullah bin Syakir