Bagaimanakah Toleransi Antar Umat Beragama Itu?
Sebagian orang menyangka bahwa makna toleransi kepada pemeluk dan perayaan agama lain adalah dengan mengatakan selamat bahkan mengikuti prosesi perayaan agama mereka.
Ini keliru dalam memahami makna toleransi dalam Islam.
Dan bahkan fatalnya lagi, mereka menuduh kaum muslimin yang tidak mengucapkan selamat hari raya agama lain adalah intoleran, bahkan dicap radikal.
Padahal, Allah Ta’ala telah berfirman:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)
Katakanlah, “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah. Dan kalian bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah men]adi penyembah apa yang kalian sembah, dan kalian tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untuk kalianlah agama kalian, dan untukkulah agamaku.” (QS Al Kafirun)
Ya, bagimu agamamu, bagiku agamaku.
Kamu silahkan menjalankan agamamu, dan aku menjalankan agamaku.
Jadi, makna toleransi bagi Islam adalah memberikan hak menjalankan agama dan tidak mengganggunya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan”. (QS Al An’am: 108)
Inilah makna toleransi, maka mengikuti prosesi perayaan, mengucapkan selamat, memakai atribut apalagi sampai membenarkan agama lain, itu telah keluar dari batas. karena sama saja beranggapan bahwa terdapat nilai kebenaran pada agama lain itu,
padahal Allah Ta’ala berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu…” (QS Al Maidah: 3)
Maka merekalah yang intoleran, ketika memaksa pegawai muslim memakai atribut perayaan agama lain, ketika menuduh umat Islam yang tidak mengucapkan selamat adalah radikal.
Dan justru mereka sedang berada pada krisis aqidah, ketika mereka tidak lagi percaya dengan kebenaran yang dimiliki Islam, bahwa Islam adalah agama penutup, sehingga agama sebelumnya sudah tidak benar, karena tidak berlaku lagi.
Jadi, Umat Islam sudah final membahas dan mempraktekkan toleransi di negeri ini, sepanjang tahun kita sudah hidup rukun berdampingan. Dan itu sudah cukup.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan kita taufik dan hidayah-Nya.