Bila hubungan suami-istri kuat, maka keduanya akan sampai pada derajat serasi yang membuat keduanya bisa membaca tatapan mata pasangan dan memahami maksudnya. Inilah yang kita lihat dalam hadis Aisyah-رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-
إِنَّ مِنْ نِعَمِ اللَّهِ عَلَيَّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تُوُفِّيَ فِي بَيْتِي وَفِي يَوْمِي وَبَيْنَ سَحْرِي وَنَحْرِي وَأَنَّ اللَّهَ جَمَعَ بَيْنَ رِيقِي وَرِيقِهِ عِنْدَ مَوْتِهِ دَخَلَ عَلَيَّ عَبْدُ الرَّحْمَنِ وَبِيَدِهِ السِّوَاكُ وَأَنَا مُسْنِدَةٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَأَيْتُهُ يَنْظُرُ إِلَيْهِ وَعَرَفْتُ أَنَّهُ يُحِبُّ السِّوَاكَ فَقُلْتُ آخُذُهُ لَكَ فَأَشَارَ بِرَأْسِهِ أَنْ نَعَمْ فَتَنَاوَلْتُهُ فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ وَقُلْتُ أُلَيِّنُهُ لَكَ فَأَشَارَ بِرَأْسِهِ أَنْ نَعَمْ فَلَيَّنْتُهُ فَأَمَرَّهُ…
“Di antara nikmat Allah kepadaku adalah wafatnya Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-di rumahku dan di hari giliranku, kepala beliau di antara dada dan leherku, dan bahwasanya Allah menyatukan ludahku dengan ludah beliau sebelum wafat. Abdurrahman masuk dengan membawa siwak, saat itu Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersandar di dadaku, aku melihat Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-menatapnya, aku tahu beliau menginginkannya, aku berkata kepada beliau, ‘Aku ambilkan untukmu?’ Beliau mengangguk tanda ya, maka aku mengambilnya, tetapi siwak itu keras, maka aku berkata, ‘Biar aku melunakkannya?’ Beliau mengangguk tanda ya, maka aku melunakkannya lalu beliau menggosok-gosokkannya…” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.
Bahasa tatap mata adalah satu-satunya bahasa yang tidak memerlukan penerjemah, semua suku bangsa memahaminya, lalu bagaimana dengan dua orang yang sering bertemu dan berhubungan intens, maka lumrah bila keduanya sampai pada derajat keserasian yang membuat salah seorang dari keduanya mengerti maksud pasangannya melalui tatapan matanya tanpa perlu berkata-kata. Mata adalah lidah yang tidak berdusta.
وَتَعَطَّلَتْ لُغَةُ الْكَلَامِ وَخَاطَبَتْ
عَيْنِي فِي لُغَةِ الْهَوَى عَيْنَاكَ
Manakala bahasa verbal tak mampu terucap,
Maka kedua matamu berbicara dalam bahasa cinta kepada kedua mataku
Wallahu A’lam
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Az-Zaujan Fi Khaimah as-Sa’adah Maharat wa Wasa’il, Abdurrahman al-Qar’awi, ei, hal. 109-110