
Dengan cahaya-cahaya tauhid, kegelapan dosa-dosa dan penyakit-penyakit hati menjadi sirna.
Ibnul Qayyim-رَحِمَهُ اللهُ-mengatakan, “Ketahuilah bahwa pancaran sinar لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ mengusir kabut-kabut dosa dan awan-awannya sejauh mana kekuatan dan kelemahan pancara sinarnya. Karena, kalimat ini mempunyai cahaya, kekuatan dan kelemahan pancarannya bertingkat-tingkat pada diri pengucapnya, tidak ada yang dapat menghitungnya kecuali Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -. Maka, pada sebagian orang cahaya kalimat ini (kalimat tauhid) ini di dalam hatinya seperti matahari. Pada sebagaian orang lainnya cahaya kalimat ini dalam hatinya bagaikan bintang (yang berkilauan seperti) mutiara. Pada sebagian orang yang lainnya, cahaya kalimat ini dalam hatinya seperti nyala cahaya yang besar. Pada sebagai orang yang lainnya, seperti lampu yang bercahaya. Pada sebagian orang lainnya, seperti lampu yang pancaran cahayanya redup. Oleh karena itu, nanti pada hari Kiamat, cahaya-cahaya tersebut akan nampak di sebelah kanan mereka dan di hadapan mereka seukuran-ukuran tersebut tergantung pada apa yang terdapat dalam hati mereka berupa cahaya kalimat ini (لا إله إلا الله (. Semakin besar cahaya kalimat ini dan semakin menguat, niscaya akan membakar syubhat dan syahwat tergantung sejauh mana kekuatannya, hingga boleh jadi sampai pada satu kondisi di mana tidaklah menghadapi syubhat, tidak pula syahwat, tidak pula dosa, melainkan akan membakarnya. Ini adalah kondisi orang yang jujur di dalam tauhidnya yang mana ia tidak menyekutukan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – dengan sesuatu apa pun. Maka, dosa apa pun, atau bentuk syahwat apapun atau syubhat apa pun yang mendekati cahaya ini, niscaya cahaya ini akan membakarnya.”
Dan dengan tauhid pula, angan-angan buruk akan pergi dari hati, was-was dan pemikiran buruk pun akan tertolak. Sehingga akan diperoleh ketenangan pada hatinya seseorang. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – berfirman,
قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ ١ مَلِكِ ٱلنَّاسِ ٢ إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ ٣ [الناس: 1-3]
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan manusia, raja manusia, sembahan manusia…(an-Naas : 1-3)
Ini adalah mengesakan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى –, adapun yang pergi dan tertolak adalah,
مِن شَرِّ ٱلۡوَسۡوَاسِ ٱلۡخَنَّاسِ )٤( ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ ٱلنَّاسِ )٥( مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ )٦( [الناس: 4-6]
Dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (An-Naas : 4-6)
Dan, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – juga berfirman,
قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلۡفَلَقِ ١ [الفلق: 1]
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh)
Ini adalah tauhid.
Adapun yang pergi dan tertolak adalah,
مِن شَرِّ مَا خَلَقَ )٢( وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ )٣( وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِي ٱلۡعُقَدِ )٤( وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ )٥( [الفلق: 2-5]
dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan,
dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya),
dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.” (al-Falaq : 2-5)
Dan dengan tauhid pula setan tertolak dan setan tak mampu tetap berada di tempat yang dipisahkan dengan tauhid. Bila setan mendengar adzan, ia bakal melarikan diri. Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,
” إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ، وَلَهُ ضُرَاطٌ، حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ، فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ، حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ، حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ، حَتَّى يَخْطِرَ بَيْنَ المَرْءِ وَنَفْسِهِ، يَقُولُ: اذْكُرْ كَذَا، اذْكُرْ كَذَا، لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى “
Jika panggilan shalat (adzan) dikumandangkan maka setan akan lari sambil mengeluarkan kentut hingga ia tidak mendengar suara adzan. Apabila panggilan adzan telah selesai maka setan akan kembali. Dan bila iqamah dikumandangkan setan kembali berlari dan jika iqamah telah selesai dikumandangkan dia kembali lagi, lalu menyelinap masuk kepada hati seseorang seraya berkata, ‘Ingatlah ini dan itu.’ Dan tarus saja dia melakukan godaan ini, hingga seseorang tidak menyadari berapa rakaat yang sudah dia laksanakan dalam shalatnya (HR. Al-Bukhari)
Adzan, semua isinya adalah tauhid dan pengagungan terhadap Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى –.
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ،
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ،
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ،
حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ،
حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ،
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ،
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Allah Maha Besar, Allah yang Maha Besar
Allah Maha Besar, Allah yang Maha Besar
Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah
Aku bersaksi bahwa tidak sesembahan yang berhak disembah selain Allah
Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah
Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah
Mari shalat
Mari shalat
Mari menuju kepada keuntungan
Mari menuju kepada keuntungan
Allah Maha Besar, Allah yang Maha Besar
Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah.
Wallahu A’lam
Sumber :
Ahadits Ishlahul Qulub, Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq al-Badr-حَفِظَهُ اللهُ, hal. 4-5
Amar Abdullah bin Syakir
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor