Cara Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua

Tidakkah kita menyadari bahwa keberadaan kita di dunia ini, Allahlah yang menciptakannya. Dialah Dzat telah menciptakan kita. Allah mengaturnya melalui mekanisme yang sedemikian unik, Allah menentukan kita dalam kandungan seorang wanita, yaitu ibu kita, lalu setelah melewati beberapa waktu yang cukup lama Allah keluarkan kita dari kandungan ibu kita tersebut. Allah berfirman,

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allah lah yang telah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian, kalian tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia menjadikan bagi kalian pendengaran,penglihatan dan hati agar kalian bersyukur (Qs. An-Nahl : 78).

Maka, setiap manusia harus bersyukur kepada Rabbnya dan bersyukur pula kepada orang tuanya. Bersyukur kepada Allah karena hakikatnya Dialah yang telah memberikan kenikmat tersebut. Bersyukur kepada orang tua, karena mereka menjadi sarana sampainya kenikmatan dan kebaikan tersebut kepada kita sebagai seorang anak, di samping karena jasa baik mereka yang luar biasa. Allah ta’ala berfirman,

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku kembalimu. (Qs. Lukman : 14)

Pembaca yang budiman,

kesyukuran kepada kedua orang tua dapat kita wajudkan dengan kita berbuat baik kepada mereka dalam cakupan makna yang luas, dan keduanya dalam hal ini menduduki prioritas pertama, bagaimana ditunjukkan dalam hadis,

Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya-, ia berkata, seorang lelaki pernah datang kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-, lalu ia berkata, wahai Rasulullah siapakah orang yang paling berhak untuk mendapatkan perlakuan yang baik dariku ? beliau menjawab, “ ibumu. Lelaki itu kembali bertanya, kemudian siapa lagi ? beliau menjawab, “Ibumu”. Lalaki tersebut bertanya kembali,” kemudian siapa lagi ? beliau menjawab, “ibumu”. Lelaki itu kembali bertanya, “kemudian siapa lagi “ ? beliau menjawab, “ bapakmu “. (HR. Al-Bukhari, No. 5971)

Lalu, bagaimana cara kita berbuat baik kepada kedua orang tua?

Ibnul Jauziy –semoga Allah merahmatinya- berkata, “ berbuat baik kepada keduanya dengan cara mentaati perintah keduanya selagi tidak ada unsur yang terlarang, mengedepankan perintah keduanya atas melaksanakan perkara sunnah, menjauhi sesuatu yang dilarang oleh keduanya, memberikan nafkah kepada keduanya, memenuhi kebutuhan yang diinginkannya, bersungguh-sungguh dalam membantu keduanya, beradab secara baik kepada keduanya, seorang anak hendaknya tidak meninggikan suaranya, tidak memandang kedua orang tuanya dengan pandangan yang tajam, tidak memanggilnya dengan menyebut namanya secara langsung, hendaknya ia berjalan di belakang kedua orang tuanya, bersabar terhadap sesuatu yang tidak disukainya yang muncul dari kedua orang tuanya.

Aku pernah mendengar Thalq bin Ali berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘seandainya aku mendapati kedua orang tuaku atau salah satunya, sementara aku telah memulai shalat, lalu aku membaca Fatihatul kitab (surat al-Fatihah), lalu ia memanggiku seraya mengatakan, “ wahai Muhammad”, niscaya aku akan mengatakan, “ aku penuhi panggilanmu”.

Abi Ghassan adh-Dhabbi meriwayatkan bahwa ia pernah keluar rumah berjalan di siang hari yang terik sementara ayahnya berjalan di belakangnya, Abu Hurairah bertemu dengannya lalu ia berkata, siapah ini yang berjalan di belakangmu ? akupun menjawab, ayahku. Abu Hurairah berkata, ‘engkau telah menyalahi kebenaran dan tidak mencocoki sunnah, janganlah engkau berjalan di depan ayahmu, namun berjalanlah di belakangnya atau di samping kanannya, jangan biarkan ada seseorang yang memutus hubungan antara dirimu dan dia, dan janganlah engkau mengambil ‘araq (daging yang tercampur dengan tulang) yang telah dilihat oleh ayahmu, karena barangkali ia menginginkannya , janganlah engkau mempertajam pandangan kepada ayahmu, janganlah engkau duduk sebelum ia (ayahmu) duduk, dan janganlah engkau tidur sebelum ia (ayahmu) tidur.

Dan Abu Hurairah meriwayatkan bahwasanya ia memandangi dua orang lelaki, lalu ia berkata kepada salah satunya, ‘orang ini, apa hubungannya denganmu? lelaki tersebut menjawab, (ia adalah) “ayahku”. Abu Hurairah berujar, ‘jangan engkau memanggil beliau dengan namanya, janganlah engkau berjalan di depannya, dan janganlah pula engkau duduk sebelum beliau duduk’.

Dari Thailah, ia berkata, ‘aku pernah berkata kepada Ibnu Umar, aku mempunyai seorang ibu, Ibnu Umar berkata, demi Allah, jika engkau berlemah lembut dalam berkata (kepadanya), memberi makan kepadanya dengan layak, niscaya engkau akan masuk Surga selagi engkau menjauhi dosa-dosa besar.

Hisyam bin ‘Urwah meriwayatkan dari ayahnya, tentang firmanNya,

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan (Qs.al-Isra : 24)

Ia berkata, janganlah engkau menolak sesuatu apapun yang disukai oleh kedua orang tua. Al-Hasan meriwayatkan bahwasanya ia pernah ditanya tentang birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua), maka ia berkata, hendaknya engkau memberikan kepada keduanya apa yang engkau miliki, engkau mentaati keduanya selagi bukan dalam kemaksiatan.

Umar berkata, ‘menjadikan kedua orang tua menangis termasuk bentuk mendurhakai kedua orang tua.

Salam bin Miskin berkata, ‘aku pernah bertanya kepada al-Hasan, aku katakan kepadanya, apakah seorang (anak) memerintahkan kedua orang tunya agar melakukan yang ma’ruf dan mencegah keduanya dari yang munkar ? ia menjawab, “bila keduanya menerima (maka lakukanlah), dan jika keduanya membenci hal tersebut, maka tinggalkanlah keduanya.

Al-Awwam berkata, ‘aku pernah berkata kepada Mujahid, ‘seorang penyeru menyeru untuk shalat sementara utusan ayahku memanggilku, ia berkata,”penuhilah panggilan ayahmu”.

Ibnu Munkadir berkata, bila ayahmu memanggilmu sementara engkau tengah melaksanakan shalat, maka penuhilah (panggilan ayahmu)

Abdushamad berkata, ‘saya pernah mendengar Wahb berkata, di dalam kitab injil (dikatakan bahwa) puncak urusan berbakti kepada kedua orang tua ialah hendaknya engkau memberikan harta yang cukup kepada keduanya, dan hendaknya engkau memberi makan kepada keduanya dari haratamu.

Pembaca yang budiman,

Demikianlah bahasan singkat mengenai cara berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tua. Mudah-mudahan kita mendaptkan taufiq dari Allah sehingga kita semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas bakti kita kepada kedua orangtua kita.

Mudah-mudahan pula Allah mengampuni dosa kita karena kurangnya kita dalam berbuat baik kepada kedua orang tuany kita atau karena berbagai bentuk kedurhakaan yang pernah kita lakukan terhadap kedua orang tua kita. Aamiin

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya.

Referensi :

  1. Birrul Walidain, Ibnul Jauziy
  2. Shahihul Bukhari , Muhammad bin Ismail al-Bukhari

Amar Abdullah bin Syakir

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *