Cara Mengajak Anak Shalat Ala Ibu Isha

Sebuah perintah ilahi yang mulia dan sebuah arahan rabbaniy nan agung namun kebanyakan manusa tidak memperhatikannya dan justru menyia-nyiakannya, perintah tersebut adalah firman Allah Tabaraka Wata`ala di akhir-akhir surat Thaha :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى.

Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa (Thaha : 132)

Pembaca yang dirahmati Allah, setiap anak memiliki neuron cermin. Neuron cermin itu ada di otak anak kita. Dan kita telah mempelajari bahwa sambungan otak ke badan itu diperantarai oleh sistem saraf. Lalu tubuh menjalankan pesan apa yang ada di otak.

Maka jika anak dari kecil melihat orang tuanya berperilaku suatu, akan terekam di memorinya, lalu jalan di badannya, dan si anak akan membuat perilaku seperti itu.

Itulah neuron cermin.

Begitu luar biasa meuron cermin menangkap segala sesuatu ketika si anak masih kecil. Si anak selalu bercermin kepada orang-orang yang dilihatnya.

Begitulah pada anak-anak yang masih kecil sampai dia berumur lima tahun. Lalu, bagaimana sikap terbaik kita ? Berhati-hatilah dalam berprilaku ! Tak hanya itu, berhati-hatilah juga dalam berucap ! Karena yang ditangkap si anak bukan hanya oleh matanya, tapi juga oleh telinganya. Maka yang ibu sampaikan akan jalan.

Arahkanlah ucapan kita pada yang positif. Mengapa ? Karena dia punya neuran cermin. Jika kita berkata, “Main terus,main terus, main terus, main terus” Maka apa yang terjadi ? Dia akan main terus. Jika kita berkata, “Main aja terus, entar lupa nih shalat maghrib.” “Lupa nih shalat magrib! Lupa! Maka apa yang terjadi? Dia akan lupa shalat maghrib. Siapa yang menyuruhnya lupa? Ternyata kita. Mengapa kita tidak mengatakan saja, “Ayo Nak, sudah maghrib. Cukup dulu ya mainnya, shalat Maghrib ya sekarang!”

Tapi Bu Isha, ternyata harus diomongin berulang-ulang.”  Memang Iya. Jangankan pesan, jangankan nasehat, kadang kita memanggil anak laki-laki saja juga berulang-ulang. Iya, kan ? Memanggil anak laki-laki itu berulang-ulang. Memanggil saja berulang-ulang, apalagi menyampaikan pesan.

Ketika saya memanggil anak-anak saya saja, “Lanang !”, “Priyo” “Kakung” “Jaler”, mereka itu engga menengok. Padahal saya memanggilnya sudah cantik banget, sadah lembut. Kenapa anak-anak saya panggil belum menengok ? Karena ketika sistem otaknya konsentrasi, pendengarannya menurun. Nah, ketika kita mulai membentak, barulah anak-anak mau menengok.

Bayangkan, kita panggil namanya saja harus tiga, empat atau lima kali, apalagi kita berikan nasehat. Maka kita tidak usah putus asa. “Ayok Nak, shalat dulu yuk!” “Iya Bun…Iya Bun” Anak menjawab seperti itu setelah kita panggil yang ketiga kali. “Sudah mainnya, Nak? Ayo shalat yuk!” ‘Ayo shalat!” ‘Ayo shalat!” ‘Ayo shalat!”. Kita ucapkan saja seperti itu terus, maka anak akan mendengar, dan pesan itu akan jalan ke badannya. Kemudian badannya akan menariknya. “Ayo Shalat, Nak!” “Ayo Shalat, Nak!” “Ayo Shalat, Nak!” Katakan terus seperti itu! Jika perlu, berikan irama ketika mengajaknya shalat. Agar apa ? Agar otak kanannya bekerja. Jangan pakai suara yang melengking terus. Tapi pakailah irama sedikit. Nah, cara ini sudah saya pakai. Ketika anak-anak saya masih kecil, saya suka memakai cara ini ketika mengajak mereka shalat. “Tang ting tung ting tang ting tung, ayo shalat ayo shalat, sudah maghrib.” Begitulah saya mengajaknya, untuk menstimulus otak kanannya. Begitulah caranya.

Ada juga satu cara lagi…gunakanlah gerak dan benda. Kenapa? Karena otak kanan itu adalah otak benda, otak gerak. Maka ibulah yang gerak. Gelarkan sajadahnya, “Nih ya sayang, ibu gelarkan sajadah.” Si anak pasti akan merasa engga enak. “Ih ibu, engga usah.” Apalagi kalau sedang main game online. Tentu dia engga boleh langsung berhenti, karena akan dianggap pecundang. Oleh karena itu, maka dia izin berhenti terlebih dahulu kepada timnya. Maka kita sampaikan, “nak, pamitnya lima belas menit sebelum adzan ya.” “Iya Bu.” Maka dia akan tetap shalat tepat waktu.

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: MDH tv (Media Dakwah Hisbah )
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Wallahu A’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *