Sejak dahulu hingga sekarang pahlawan-pahlawan muslimah selalu memenuhi sejarah umat islam. Keterbatasan mereka yang tidak sebebas lelaki untuk keluar rumah dan pergi sana-sini tidak menjadi alasan untuk tidak ikut andil berjuang membela agama Allah SWT. Jika tidak bisa berjuang secara langsung, mereka menjadi pendorong dari belakang. Oleh karena itu seorang penyair arab berkata:
وراء كل رجل عظيم امرأة
“Di balik setiap orang besar, ada perempuan.”
Entah itu adalah istri yang selalu menjadi pendorong dan penyejuk hati bagi suami sebagaimana halnya Sayyidah Khadijah ra kepada Rasulullah SAW, atau ibu yang senantiasa mendidik anaknya dengan baik sehingga anak itu tumbuh menjadi orang besar seperti halnya Imam Syafii, atau saudara perempuan yang menunjukkan saudaranya kepada kebenaran sebagaimana yang akan kita urai dalam artikel ini.
Sebelumnya, kami ingin mengajak anda mengingat sahabat Umar bin Khatthab ra, siapa yang tidak kenal dengan beliau?? Semua umat islam pasti mengenalnya, seorang sahabat mulia yang setanpun takut kepadanya, beliau adalah umat Nabi Muhammad SAW terbaik kedua setelah Abu Bakar ra, Khalifah kedua setelah Abu Bakar ra. Ternyata dibalik semua kemuliaan yang beliau miliki ada peran seorang muslimah shalehah yang menjadi sebab masuknya beliau ke dalam agama islam. Ia adalah Fathimah binti Al-Khatthab, adik beliau sendiri, seorang muslimah yang namanya akan selalu disebut-sebut dalam sejarah islam.
Kisah ini terjadi pada tahun ke-6 kenabian, Sebelum Umar ra masuk Islam, Rasulullah SAW pernah berdoa; “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”.
Kisah ini diriwayatkan dari Anas bin Maalik ra, ia berkata, “‘Umar keluar sambil menggenggam sebilah pedang, ia pun bertemu dengan seorang lelaki dari bani Zuhrah, laki-laki tersebut bertanya, “Hendak kemanakah engkau, wahai ‘Umar?” ‘Umar menjawab, “Aku hendak membunuh Muhammad!” Laki-laki berkata, “Bagaimanakah nanti kau mengamankan dirimu dari bani Haasyim dan bani Zuhrah jika kau telah membunuh Muhammad?” ‘Umar berkata, “Tidaklah aku melihatmu melainkan sungguh kau telah keluar dan meninggalkan agamamu yang dahulu kau berada diatasnya!” Laki-laki berkata, “Maukah kutunjukkan sesuatu padamu yang akan membuatmu takjub wahai ‘Umar? Sesungguhnya iparmu (yaitu Sa’iid bin Zaid) dan saudari perempuanmu (yaitu Faathimah binti Al-Khatthab) telah keluar dan meninggalkan agamamu yang dahulu kau memeluknya!”
Maka ‘Umar pun segera bergegas melangkah hingga ia pun mendatangi mereka berdua sedangkan di sisi mereka ada seorang laki-laki dari kaum Muhajirin yang bernama Khabbab (bin Al-Aarat). Ketika Khabbab mendengar suara langkah kaki dan merasakan kehadiran ‘Umar, ia segera bersembunyi didalam rumah. ‘Umar pun masuk ke dalam rumah dan bertanya kepada shahibul bait, “Apakah perkataan yang barusan kudengar dari kalian?”
Anas berkata, “Pada saat itu mereka sedang membaca Al-Qur’an Surat Thaahaa.”
Keduanya menjawab, “Tidak ada, kecuali pembicaraan yang memang kami sedang memperbincangkannya,” ‘Umar bertanya lagi, “Benarkah bahwa kalian berdua telah keluar (dari agama kalian)?” Iparnya balik bertanya, “Bagaimanakah menurutmu wahai ‘Umar jika kebenaran itu ternyata berada diluar agamamu?”
‘Umar pun langsung menerjang iparnya tersebut, ia menendangnya dengan tendangan yang keras. Saudari perempuan ‘Umar segera memisahkan ‘Umar dari suaminya, maka ‘Umar pun menamparnya dengan tangannya, berdarahlah wajah saudarinya seraya berkata dengan marah, “Wahai ‘Umar! Jika kebenaran berada diluar agamamu, ketahuilah bahwasanya aku bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah!” ‘Umar pun merasa menyesal (atas apa yang dilakukannya), ia berkata, “Berikan aku kitab yang kalian baca, aku akan coba membacanya.”
Anas berkata, “Pada saat itu ‘Umar termasuk orang Quraisy yang pandai membaca kitab-kitab.”
Saudarinya berkata, “Sesungguhnya engkau itu najis, dan Al-Qur’an tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang suci, berdirilah engkau untuk mandi atau berwudhu’,” Maka ‘Umar pun berdiri lalu berwudhu’, kemudian ia mengambil lembaran Al-Qur’an tersebut dan membaca, “Thaahaa,” hingga berakhir pada firmanNya, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang haqq) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (QS. Thaahaa : 14).”
‘Umar berkata, “Tunjukkanlah padaku dimana Muhammad berada!” Ketika Khabbab mendengar perkataan ‘Umar yang demikian, ia segera keluar dari tempat persembunyiannya, ia berseru kepada ‘Umar, “Bergembiralah wahai ‘Umar! Sesungguhnya aku berharap kau adalah jawaban Allah atas do’a Rasulullah SAW pada malam Kamis :
اللهم أعز الإسلام بعمر بن الخطاب أو بعمرو بن هشام
“Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan ‘Umar bin Al-Khatthab atau ‘Amr bin Hisyaam.”
Saudari ‘Umar berkata, “Rasulullah SAW sedang berada di rumah yang terletak di kaki bukit Shafa.” ‘Umar pun langsung pergi hingga ia datang ke tempat yang dimaksud saudarinya.
Hamzah, Thalhah dan sekelompok sahabat Rasulullah sedang berada di pintu rumah. Ketika Hamzah melihat orang-orang takut atas kedatangan ‘Umar, ia berkata, “Ya, ini adalah ‘Umar, jika Allah menghendaki kebaikan atasnya maka ia akan masuk Islam dan mengikuti Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, namun jika Dia menghendaki diluar itu maka kami akan membunuhnya dengan tanpa kesulitan.”
Nabi pun diberitahu akan kedatangan ‘Umar, kemudian beliau keluar hingga datanglah ‘Umar, Rasulullah langsung mencengkram kerah baju ‘Umar dan sarung pedangnya, beliau bersabda, “Akankah kau berhenti wahai ‘Umar, hingga nanti Allah akan menurunkan kehinaan dan siksa padamu seperti apa yang menimpa Al-Waliid bin Mughiirah. Ya Allah, inilah ‘Umar bin Al-Khaththaab! Ya Allah, kuatkanlah agama Islam dengan ‘Umar bin Al-Khatthab!”
‘Umar pun bersaksi, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah,” maka ‘Umar pun memeluk Islam. Ia berkata kepada Rasulullah, “Keluarlah wahai Rasulullah (kita tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi)!” [Ath-Thabaqaat Al-Kubraa li Ibni Sa’d 3/248]
Demikianlah kisah masuk islamnya Umar bin Khatthab yang merupkan kekuatan baru bagi kaum muslimin saat itu. Itu semua karena hidayah dari Allah SWT kemudian karena Fathimah binti Al-Khattab yang berani terang-terangan mengaku kepada Umar bahwa ia sudah menjadi pengikut Rasulullah dan menegurnya terang-terangan bahwa agama yang selama ini dianutnya adalah agama yang salah. Siapa yang mengira bahwa setelah masuk islam Umar menjadi sahabat paling mulia dan tersenior setelah Abu Bakar ra, bahkan beliau diangkat menjadi seorang kahalifah untuk memimpin kaum muslimin.
Semoga Allah senantiasa meridhoi mereka semua, dan memberikan kita taufik dan keberanian seperti Fathimah binti Al-Khatthab ra untuk mengatakan yang benar.
Bersambung… …
Penyusun: Arinal Haq
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet