Aqidah
Hukum Melakukan Sihir
Hal ini haram hukumnya berdasarkan kitab dan sunnah tanpa ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Hanya saja, sapai pada tingkat mana keharamannya ?
Jika dalam prakteknya terdapat keyakinan, atau ucapan, atau tindakan yang berkonsekwensi kepada kekufuran, seperti ; keyakinan bahwa rasi bintang atau yang lainnya ikut campur dalam pengaturan bersama Alloh.
Atau, bahwa seorang tukang sihir mampu menciptakan jasad-jasad atau keyakinan bahwa pembuatannya itu boleh, atau hal itu terdapat unsure pendekatan diri kepada Syaithon melalui jampi-jampi yang mengandung unsure kekafiran atau penyembelihan binatang untuk Syaithan dan yang semisalnya, maka hal tersebut adalah kekufuran. Adapun, jika tidak ada unsure-unsur yang telah disebutkan tadi, maka hal itu dinamakan dengan sihri al-Majaziy, seperti : sihir dengan menggunakan bobat dan asap, pengguyuran sesuatu yang membahayakan, atau dengan gerakan yang tersembunyi dan lainnya, naka hal ini tidak menjadikan kafir namun hanya fasik saja. ( Lihat : tafsir Ibnu Katsir, Juz 1,hal. 147, tafsir ar Roziy, Juz 3, hal.214-215, syarh Nawawi ala Shohih Muslim, Juz 14, hal.176, al-Muqni’ karaya : Ibnu Qudamah, Juz 3, hal.523-524, dan at Tanqiih al-Musyabba’, hal.383. )
Imam an Nawawi mengatakan, “ I,nu Sihir (hukumnya) haram, ia termasuk doa besar berdasarkan consensus para ulama, nabi shallallohu ‘alaihi wasallam telah menggolongkannya kedalam 7 hal yang membinasakan, di antaranya ada yang menyebabkan kekufiran dan ada juga di antaranya yang tidak menyebabkan kekafiran namun hanya merupakan kemaksiatan yang besar. bila dalam prakteknya ada sesuatu yang berkonsekwensi menyebabkan kekafiran maka pelakukan kafir, jika tidak maka tidak ( tidak kafir) ( Syarah an Nawawi Li Shohih Muslim, Juz.145 hal, 176)
Di antara dalil yang menunjukkan keharaman melakukan sihir adalah sebagai berikut :
-
Alloh ta’ala berfirman,
وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى
dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang”.(Qs. thoha : 69). Sisi pendalilan ayat ini adalah bahwa Alloh ta’ala menafikan kemenangan atau keberuntungan bagi tukang sihir secara umum apa pun yang ia lakukan ada apapun yang ia tempuh. Hal ini merupakan dalil akan kekufurannya. Karena keberuntungan atau kemenangan tak akan dinafikan secara total secara umum melainkan dari orang yang taka ada kebaikannya, yaitu : orang kafir. Hal itu bisa dimengerti dengan mengkaji al-qur’an bahwa pada umumnya lafazh ( لا يفلح ) yang dimaksudkan adalah “ orang kafir “. Seperti misalnya,
قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لا يُفْلِحُونَ مَتَاعٌ فِي الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذَابَ الشَّدِيدَ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ
Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung”. (bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka. (Qs. Yunus : 69-70)
Dan, firmanNya,
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِباً أَوْ كَذَّبَ بِآياتِهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayatNya? Sesungguhnya, Tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa.(Qs. Yunus : 17)
-
Firman Alloh ta’ala,
وَلَوْ أَنَّهُمْ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَمَثُوبَةٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ خَيْرٌ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan Sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. (Qs. al-Baqoroh : 103)
Sisi pendalilan ayat ini adalah bahwa ayat ini menunjukkan atas penafian keimanan dari para tukang sihir, dimana huruf لو adalah hurfu imtina’ , maka tetaplah lawannya yaitu kekufuran. ( Lihat : Tafsir al-Qurthubiy, Juz.2 Hal.47-49, dan Ahlamu al-Qur’an, Juz 1, hal.63-64)
Ibnu Katsir berkata : ada sebagian kalang yang beristimbat dengan firman Alloh ta’ala, {وَلَوْ أَنَّهُمْ آمَنُوا وَاتَّقَوْا} akan kekafiran tukan sihir seperti riwayat imam Ahmad dan sebagian kalangan ulama Salaf (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1 hal.144)
-
Sabda nabi shallallohu ‘alaihi wasallam,
من أتى عرافاً أوساحراً أو كاهناً فسأله فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد”
Barangsiapa mendatangi tukang ramal, atau tukang sihir, atau dukun, lalu bertanya kepadanya lalu ia membenarkan ucapannya, maka sungguh ia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad-shallallohu ‘alaihi wasallam”. Dalam hadis ini – seperti kita lihat- terdapat ancaman mendatangi para tukang ramal, tukang sihir dan para dukun, dan bahwa pembenaran terhadap mereka adalah kekufuran terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad shallallohu ‘alaihi wasallam. Jika ini kondisi orang yang mendatangi lalu bagaimana dengan orang yang didatangi ?
-
Sabda nabi shallallohu ‘alaihi wasallam,
ليس منا من تطير أو تطير له أو تكهن أو تكهن له أو سحر أو سحر له
Tidak termasuk golongan kami ( sampai beliau menyebutkan ) … atau melakukan sihir atau meminta kepada tukang sihir untuk melakukan sihir untuk dirinya. (HR. al-Bazzar)
Dalam hadis ini terdapat isyarat berlepas dirinya nabi shallallohu ‘alaihi wasallam dari orang yang melakukan perbuatan yang disebutkan di dalam hadis di antaranya yaitu : sihir. dan, tidaklah akan nabi shallallohu ‘alaihi wasallam berlepas diri dari orang yang berbuat sesuatu yang mubah.
-
Sabda nabi shallallohu ‘alaihi wasallam,
اجتنبوا السبع الموبقات، قالوا يا رسول الله ما هن؟ قال: الشرك بالله، والسحر، وقتل النفس التي حرم الله إلا بالحق، وأكل مال اليتيم، وأكل الربا، والتولي يوم الزحف، وقذف المحصنات الغافلات المؤمنات
Jauhkanlah oleh kalian 7 perkara yang membinasakan, pada sahabatnya bertanya : wahai Rosululloh apa sajakah itu ? beliau menjawab ; syirik kepada Alloh , sihir … ( hingga akhir hadis )
Dalam hadis ini, nabi shallallohu ‘alaihi wasallam menkatagorikan sihir termasuk 7 perkara yang membinasakan dan perintah untuk menjauhinya karena akan menyebabkan bahaya bila melakukannya di dunia dan akan mendapatkan siksa di akhirat. Wallohu a’lam
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel Hisbah.net di Fans Page Hisbah
Twitter @hisbahnet, Google+ Hisbahnet
Aqidah
Bimbinglah keluargamu
Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman :
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ [الذاريات : 55]
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman (Adz-Dzariyat (51) : 55)
Putra-putri kita mengerjakan shalat, menjaganya dan mengingat Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. Mereka-insya Allah- termasuk kaum mukminin yang mau kembali pada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى ketika diperingatkan, menetapi perjanjian dan janji mereka ketika diingatkan. Sungguh saya sangat salut pada ayah yang tidak henti-hentinya melafalkan dzikir pada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى . Bila mendengar kebaikan ia ingat Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dan bertasbih. Bila mendengar keburukan atau sesuatu yang tidak disukainya ia ber-istirja’ (mengucapkan kalimat : إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ-ed) dan memuji Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى di setiap kondisi.
Sebagaimana saya juga salut pada seorang ibu yang menyambut anaknya dengan doa dan memohon berkah Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى . Demikian pula ketika melepasnya pergi.
Jadi tugas orangtua adalah mengajari anak-anak dengan ucapan-ucapan dzikir harian, agar mereka termasuk orang-orang yang berdzikir di pagi dan sore hari ; ketika masuk dan keluar rumah, saat masuk kamar kecil dan selainnya. Rotasi malam dan siang menjadikan si anak selalu berdzikir kepada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى . Disamping itu, kedua orang tua wajib mengingatkan anak akan urusan-urusan pribadi mereka berupa janji-janji dan tugas-tugas. Juga jadwal pelajaran dan waktu ujian.
Tidak kalah penting juga jadwal kunjungan keluarga dan berkomunikasi. Demikian pula, waktu-waktu pergi ke dokter, berobat dan melakukan check-up kesehatan. Khususnya waktu-waktu yang rutin.
Dan yang terakhir adalah daftar perilaku positif yang disiapkan orangtua bersama anak-anak. Kemudian ditempelkan di rumah atau kamar anak. Dan peran oragtua di sini adalah secara rutin mengingatkannya dan motivasi-motivasinya agar anak selalu memelihara perilaku baik. Hal ini pasti bisa memperdalam cinta anak kepada orang tua lantaran telah memantau dan bergadang demi kenyamanan mereka serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.
Dialog Penuh Cinta
Ayah, ingatkan aku !
“Insya Allah, semoga Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى mengingatkanmu pada kesyahidan…”
Ibu, ingatkan aku !
“Hanya itu, engkau tidak meminta sesuatu ? Mintalah mataku pasti aku berikan…”
Ayah, jangan lupa membangunkanku…
“Aku tidak akan tidur demi dirimu…”
Ibu, jangan lupa waktuku minum obat…
“Aku bisa lupa pada diriku, tapi tidak pada dirimu…sayangku…”
Ayah jangan lupa, hari ini waktu mendaftarkanku di lembaga …
“Insya Allah, setelah aku menyelesaikan beberapa tugas mendesak…”
***
Wallahu A’lam
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Kaifa Takuna Abawaini Mahbubain ?, Dr. Muhamad Fahd ats-Tsuwaini, ei, hal. 29-31.
Aqidah
Mengucapkan Kalimat Tauhid Tanpa Keikhlasan
Pertanyaan :
Seorang penanya mengatakan,
“Apakah orang yang mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ tanpa melakukan amal apapun, ia akan masuk Surga ? yakni, orang tersebut mengucapkan kalimat tersebut dengan lisannya (saja), karena ada hadis (qudsi) yang maknanya, Dia berfirman, ‘Demi kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku, sungguh Aku akan mengeluarkan dari Neraka setiap orang yang mengatakan, لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ .” Wallahu A’lam
Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Anda.
Jawaban :
Syaikh –رَحِمَهُ اللهُ-menjawab,
“Kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ merupakan kalimat yang agung, andai kata kalimat tersebut ditimbang dengan langit dan bumi niscaya kalimat tersebut lebih berat.
Adapun makna kalimat tersebut adalah ‘tidak ada sesembahan yang hak selain Allah’ maka, segala sesuatu yang disembah selain Allah maka sesuatu tersebut adalah batil. Berdasarkan firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -,
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ [الحج : 62]
Hal itu (kekuasaan Allah berlaku) karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Mahabenar dan apa saja yang mereka seru selain Dia itulah yang batil. Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (al-Hajj : 62)
Dan, ibadah itu tidaklah khusus dilakukan dengan rukuk atau sujud, yakni, bahwa seseorang boleh jadi beribadah kepada selain Allah tanpa melakukan rukuk dan sujud kepadanya, tetapi ia lebih mengedepankan kecintaan kepadanya atas kecintaan kepada Allah, mengagungkannya di atas pengagungan kepada Allah, perkataanya lebih agung di dalam hatinya daripada perkataan Allah. Oleh karena itu, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –bersabda,
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah…” (HR. al-Bukhari)
Beliau menyebut ‘hamba’ bagi dinar, ‘hamba’ bagi dirham, ‘hamba’ bagi khamishah. Khamishah yaitu pakaian. Padahal mereka ini tidak menyembah dirham dan dinar. Mereka tidak rukuk dan tidak pula sujud kepadanya. Akan tetapi, mereka mengagungkannya lebih banyak daripada mengagungkan Allah-عَزَّ وَجَلَّ-, dan kepada hal ini firman-Nya mengisyaratkan,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ [البقرة : 165]
Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. (al-Baqarah : 165)
Maka, kalimat ini merupakan kalimat yang agung, di dalam kalimat ini terkandung unsur berlepas diri dari segala bentuk kesyirikan dan pemurnian sifat keilahiyahan dan peribadatan kepada Allah-عَزَّ وَجَلَّ-. Maka, kalau seseorang mengucapkan kalimat tersebut dengan lisannnya dan hatinya, maka dialah orang yang mengucapkannya dengan sebenar-benarnya. Oleh karena itu, Abu Hurairah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – mengatakan (kepada Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-)
مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Siapakah orang yang paling berbahagia dengan mendapatkan syafaatmu pada hari Kiamat ? …beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- menjawab,
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ
Barang siapa mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ dengan ikhlas dari hatinya..(HR. al-Bukhari)
Di dalam hadis ‘Itban bin Malik, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,
إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ
Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka orang yang mengatakan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ di mana ia mencari wajah Allah dengan hal itu. (HR. al-Bukhari)
Karena itu, haruslah disertai dengan keikhlasan.
Adapun orang yang mengucapkan kalimat tersebut dengan lisannya tanpa meyakininya di dalam hatinya, maka sesungguhnya kalimat tersebut tidak bermanfaat baginya, karena orang-orang munafik saja mereka mengingat Allah dan mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ , seperti firman Allah,
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا [النساء : 142]
Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali. (an-Nisa : 142)
Dan, mereka pun bersaksi akan kerasulan Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- sebagaimana firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ [المنافقون : 1]
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Nabi Muhammad), mereka berkata, “Kami bersaksi bahwa engkau adalah benar-benar utusan Allah.” Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar utusan-Nya. Allah pun bersaksi bahwa orang-orang munafik itu benar-benar para pendusta. (al-Munafiqun : 1)
Namun, persaksian mereka bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah tidak akan sama sekali memberikan manfaat kepada mereka. Hal demikian itu karena mereka mengatakan hal itu tidak dari hati dan keiskhlasan. Maka, barang siapa mengucapkan kalimat ini tanpa keiskhlasan, niscaya kalimat tersebut tidak akan memberikan kemanfaatan kepadanya, dan tidak pula menambah dirinya melainkan semakin jauh dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,.
Kita memohon kepada Allah -untuk diri kita sendiri dan untuk saudara-saudara kita kaum Muslimin- keyakinan terhadap kalimat tersebut, dan mengamalkan apa yang menjadi konsekwensinya. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Wallahu A’lam
Sumber :
(Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Fatawa Nur ‘Ala ad-Darb, 1/76-77 (Soal No. 42)
Amar Abdullah bin Syakir
Aqidah
Menghindari Kemungkaran yang Lebih Besar
(اجتناب المفسدة العظمى)
قال الشيخ محمد الأمين الشنقيطي رحمه الله:
“يشترط في جواز الأمر بالمعروف ألا يؤدي إلى مفسدة أعظم من ذلك المنكر؛ لإجماع المسلمين على ارتكاب أخف الضررين”. (أضواء البيان ص ٤٦٤)
(Menghindari Kemungkaran yang Lebih Besar)
Berkata Syaikh Muhammad Al Amin Al Syinqithy -Rahimahullah-:
“Amar Makruf dibolehkan dengan syarat tidak menimbulkan kemungkaran yang lebih besar dari kemungkaran sebelumnya, demikian berdasarkan Ijma’ Kaum Muslimin bahwasanya diperkenankan (dalam keadaan terpaksa) memilih hal yang lebih ringan mafsadatnya”. (Adwaul Bayan Hlm 464)
-
Akhlak4 tahun ago
Pencuri dan Hukumannya di Dunia serta Azabnya di Akhirat
-
Khutbah9 tahun ago
Waspadailah Sarana yang Mendekatkan pada Zina
-
Fatwa9 tahun ago
Serial Soal Jawab Seputar Tauhid (1)
-
Fiqih Hisbah8 tahun ago
Diantara Do’a Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam
-
Nasihat8 tahun ago
“Setiap Daging yang Tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih berhak baginya.”
-
safinatun najah6 tahun ago
Manfaat Amar Maruf Nahi Munkar
-
Tarikh9 tahun ago
Kisah Tawakal dan Keberanian Abdullah bin Mas’ud
-
Akhlak7 tahun ago
Riya & Sum’ah: Pamer Ibadah