Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)(Qs. asy-Syuraa : 30)
Berkata Ibrahim bin Adham – رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى- :
“Kita adalah keturunan penduduk Surga, Iblis telah mengeluarkan kita dari Surga dengan kemaksiatan. Maka sudah selayaknya bagi orang yang berbuat dosa agar tidak tentram dengan kehidupannya sampai ia kembali ke tanah airnya”.
Kalau demikian halnya, maka ini tidak lain kecuali pengaruh buruk dari kemaksiatan. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman:
أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ () مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ ()
“Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)
Atau adakah kamu (berbuat demikian): bagaimanakah kamu mengambil keputusan?”(Qs. al-Qalam : 35-36)
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu (Qs. al-Jatsiyah : 21)
أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ
Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat ma’siat? (Qs. Shaad : 28)
Sebab kemaksiatan adalah seperti yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى – :
“Yang menyebabkan pelaku maksiat terjerumus adalah kelalaian dan syahwat, inilah pokok dari segala kejahatan.
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,
وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas“(Qs.al-Kahfi : 28)
Kejahatan tidak hanya disebabkan oleh hawa nafsu, tetapi dibarengi dengan kebodohan, karena orang yang punya hawa nafsu jika ia sadar bahwa perbuatan itu akan mendatangkan mudharat, secara otomatis ia akan menghindar darinya, karena itulah para shahabat mengatakan bahwa setiap orang yang melakukan kemaksiatan, maka hal itu disebabkan kebodohannya.
Akan tetapi ia tidak dimaafkan dengan sebab ketahuannya. Ia mesti memperhitungkan akibat buruk dari maksiat pada diri pelakunya di dunia dan akhirat ( semoga Allah melindungi kita darinya ), karena orang yang bermaksiat di kala ia melakukannya, ia bermaksiat pada siapa ? dia bermaksiat kepada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى, Dialah Raja !
Berkata Bilal bin Sa’d –رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى -,
“Jangan engkau melihat pada kecilnya dosa, tetapi lihatlah pada agungnya Dzat yang engkau maksiati”.
Maka wahai saudara muslim, jika jiwamu mendorong untuk bermaksiat dan fikiranmu tertuju padanya, hatimu bertekad untuk melakukannya, maka ingatlah dampak negatif dan keburukan dari maksiat. Ingatlah keagungan pencipta anda, anugrah-Nya pada diri anda berupa kenikmatan kesehatan, dan lain sebagainya. Seandainya anda tidak sehat tentulah anda tidak merasakan kepuasan maksiat atau barangkali anda tidak dapat melakukannya.
Pertimbangkanlah wahai saudaraku yang mulia antara (segi positif dan negatif dari maksiat). Kenikmatan yang anda dapatkan dari maksiat hanyalah sesaat. Saya mengharap agar anda mengingat pahitnya terhindar (dari kebaikan dan pahala -pent), tidak ada kebaikan pada kelezatan yang diakhiri dengan Neraka. Saya memohon pada Allah agar memelihara diriku dan anda dari segala keburukan dan apa yang tidak diinginkan.
Ya Allah, dengan mengharap (pada-Mu) wujudkanlah cita-cita kami, perbaikilah amalan kami dalam setiap keadaan, mudahkanlah jalan untuk mendapatkan keridhaan-Mu, Arahkanlah ubun-ubun kami pada kebaikan, berikanlah kami kebaikan di dunia dan akherat, serta jauhkanlah kami dari siksa Neraka dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengampun.
Semoga shalawat dan salam tetap terlimpah pada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya …
Wallahu A’lam
Sumber :
Syu’mu al-Ma’shiyah Wa Atsaruhu Fii Hayati al-Ummah Minal Kitabi Wa Sunnah, Abdullah bin Muhammad bin as-Sadhan (et, hal.6-9)
Amar Abdullah bin Syakir
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Youtube HisbahTv,
Follow Instagram Kami Hisbahnet dan alhisbahbogor