Kisah Dakwah Seorang Beriman dalam Surah Yasin

Kisah-Dakwah-Seorang-Beriman-dalam-Surah-Yasin.jpg

Al-Qur’an banyak menyebutkan kisah-kisah umat terdahulu, kisah yang disebutkan dalam Al-Qur’an tak selalu kisah para nabi, kisah orang-orang shaleh dari kalangan umat-umat terdahulu juga sebagian disebut di dalam Al-Qur’an. Salah satunya adalah dalam Surah Yasin yang akan kami bahas.

Sebelumnya perlu kami paparkan sedikit tentang kisah 3 rasul utusan Allah yang diutus kepada penduduk Anthakiyah, mereka mengajak penduduk Anthakiyah untuk ta’at kepada Allah dan mengabarkan bahwa mereka bertiga adalah para rasul utusan Allah SWT, namun mereka bertiga ditolak dan didustakan bahkan diancam akan disiksa jika mereka tidak berhenti berdakwah. (Baca: Dakwah Tiga Orang Rasul Kepada Penduduk Anthakiyah).

Kabar kedatangan 3 rasul tersebut semakin menyebar sampai kepada sudut-sudut kota, salah satu yang mendengar adalah seorang lelaki yang menurut Ibnu Abbas ra namanya adalah ‘Habib’ dan dia menderita penyakit lepra. Salah satu pendapat mengatakan bahwa ia bekerja sebagai tukang kayu. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir) Ketika ia mendengar berita ia langsung bergegas menuju ke tempat perkumpulan biasanya sebelum orang-orang bubar.

Allah berfirman:

وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَىٰ قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ

Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu.” (QS. Yasin: 20).

Ketika ia benar-benar yakin bahwa 3 orang yang ramai dibicarakan itu benar-benar utusan Allah SWT ia langsung beriman dan mengajak orang-orang sekitarnya untuk mengikuti ajaran mereka bertiga. Ia berkata sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT:

اتَّبِعُوا مَن لَّا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُم مُّهْتَدُونَ

Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Yasin: 21).

Habib mengajak orang-orang sekitarnya untuk beriman dan mengikuti ajaran para nabi tersebut yang ikhlash dalam berdakwah dan tidak mengharap imbalan apapun, dan inilah yang harus dimiliki oleh seorang dai agar dakwahnya sukses dan tercatat sebagai amal baik baginya di akhirat, yaitu ikhlash kepada Allah SWT dan tidak mengharap imbalan apapun dari manusia karena pahala yang akan Allah berikan jauh lebih berharga daripada ia memperoleh dunia dan seisinya. Habib juga menjelaskan bahwasanya mereka bertiga adalah orang-orang yang mendapat petunjuk, karena mereka menyeru keada hal-hal yang dianggap baik oleh akal sehat dan melarang hal-hal yang dianggap buruk oleh akal sehat, sehingga siapapun yang mengikuti mereka maka ia telah mendapatkan petunjuk.

Kemudian ia melanjutkan:

وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُون

Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan?.” (QS. Yasin: 22).

Tampaknya mereka melarang habib untuk menyembah Allah dan mengajaknya untuk menyembah sesembahan mereka. Dan pertanyaan Habib kepada mereka dalam ayat ini adalah pertanyaan dalam bentuk pengingkaran terhadap apa yang mereka sembah. Pertanyaan ini menunjukkan akan kecerdasan Habib dalam berdialog dengan lawan. Ia seakan mengajak orang-orang sekitarnya untuk membuka akal fikiran mereka, apa yang menghalangi antara ia dan menyembah Allah SWT setelah tahu bahwa Allahlah yang menciptakan?, mengapa meninggalkan penyembahan kepada Allah yang menciptakan dan berpaling kepada sesembahan selainNya yang tak bisa apa-apa?.

أَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِ آلِهَةً إِن يُرِدْنِ الرَّحْمَٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلَا يُنقِذُون. إِنِّي إِذًا لَّفِي ضَلَالٍ مُّبِين

Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafa’at mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?. Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata. ”(QS. Yasin: 23)

Setelah bertanya kepada mereka dengan pertanyaan yang membuat mereka berfikir tentang apa alasan untuk tidak menyembah Allah setelah mereka tahu bahwa Ialah yang menciptakan, ia bertanya lagi juga dalam bentuk pengingkaran, yaitu apa alasan untuk menyembah sesembahan selain Allah SWT yang tak dapat terbuat apa-apa, jika Allah  menghendaki kemudharatan mereka tidak akan dapat menolaknya. Jadi apa yang bisa diharapkan dari sesembahan seperti itu?? Kenapa aku harus menyembah mereka padahal mereka begitu lemah bahkan lebih lemah dari aku?? Jika sampai aku melakukan apa yang kalian serukan maka sungguh aku orang yang bodoh dan tersesat.

Setelah itu ia mengaku beriman secara terang-terangan kepada 3 rasul utusan Allah tersebut dihadapan mereka yang tidak mau beriman, ia berkata:

إِنِّي آمَنتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُونِ

Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku.” (QS. Yasin: 24).

Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas ra mengatakan, “setelah ia berkata demikian, mereka yang kafir loncat serempak meginjaknya sampai akhirnya mereka membunuhnya, dan pada saat itu tidak ada seorangpun yang membelanya. (Tafsir Ibnu Katsir)

Ia meninggal sebagai syahid dan Allah memasukkannya ke dalam surga, Allah SWT berfirman:

قِيلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُون .بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِين

Dikatakan (kepadanya): “Masuklah ke surga”. Ia berkata: “Alangkah baiknya sekiranya kamumku mengetahui.” Apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan”.” (QS. Yasin: 26-27).

Ibnu Abbas berkata, “Ia menasehati kaumnya di masa hidupnya dengan mengatakan يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu” dan menasehati mereka juga setelah ia meninggal dengan perkataannya يَا لَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُون .بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِين “Alangkah baiknya sekiranya kamumku mengetahui. Apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.(Tafsir Ibnu Katsir)

Sedangkan terhadap kaum yang membangkan Allah berfirman:

وَما أَنْزَلْنا عَلى قَوْمِهِ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ جُنْدٍ مِنَ السَّماءِ وَما كُنَّا مُنْزِلِينَ . إِنْ كانَتْ إِلاَّ صَيْحَةً واحِدَةً فَإِذا هُمْ خامِدُونَ

Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah ia (mati) sebarang pasukan tentera dari langit (untuk membinasakan mereka), dan tidak perlu Kami menurunkannya.
(Kebinasaan mereka) hanyalah dilakukan dengan satu pekikan (yang dahsyat), maka dengan serta merta mereka semua sunyi-sepi tidak hidup lagi.
” (QS. Yasin: 28-29).

Demikianlah akhir orang shaleh yang beriman dan berdakwah Allah memasukkannya ke dalam surgaNya yang seluas langit dan bumi. Sedangkan mereka yang tetap kafir dan mendustakan para nabi dan orang yang berdakwah dikenakan adzab pedih didunia dan adzab akhirat lebih dahsyat dari adzab dunia. Allahul musta’an

Wallahu a’lam…

Penyusun: Arinal Haq

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Top
%d blogger menyukai ini: