
قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ (4) النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ (5) إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ (6) وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ (7) وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (8) الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (9)
[البروج : 4 – 9]
Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman), yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin. Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena (orang-orang mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji, yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu (al-Buruj : 4-9)
***
Pengantar
Di di dalam Kitabullah terdapat sepenggal kisah tentang Ashabul Ukhdud. Hadis nabi datang memberikan penjelasan dan keterangan lebih mendalam tentang kisah ini. Sebuah kisah tentang bagaimana sekelompok orang-orang beriman dengan keimanan mereka menolak kenikmatan dan kelezatan dunia. Mereka memilih api daripada kufur kepada Allah. Kisah ini berbicara bagaimana seorang bocah kecil mampu menghidupkan iman di hati umat dan menggoncang singgasana raja Thaghut yang sombong, yang mengklaim diri sebagai tuhan.
Nash Hadis
Muslim meriwayatkan dari Suhaib bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dahulu kala ada seorang raja dari kalangan orang-orang sebelum kalian yang mempunyai seorang ahli sihir. Ketika ahli sihir ini telah lanjut usia, ia berkata kepada sang raja, ‘Sesungguhnya aku telah lanjut usia, maka kirimkan seorang pemuda kepadaku untuk aku ajarkan kepadanya ilmu sihir.’ Maka sang raja mengirimkan seorang pemuda kepadanya untuk diajari ilmu sihir.
Ketika ditengah jalan yang dilaluinya menuju tukang sihir, terdapat seorang ahli ibadah (pendeta). Pemuda itu lalu duduk di dekatnya dan mendengarkan ucapannya hingga membuatnya kagum atau heran. Dan ketika mendatangi ahli sihir, dia selalu melewati si pendeta itu dan singgah di tempatnya. Suatu ketika mendatangi ahli ishir, ahli sihir itu memukulnya. Maka dia memberitahukannya kepada sang pendeta.
Pedeta itu berkata, ‘Jika kamu takut kepada ahli sihir, maka katakan ‘Keluargaku menahanku.’ Dan jika kamu takut kepada keluargamu, maka katakan, ‘Ahli sihir telah menahanku.’
Ketika dia dalam keadaan seperti itu, datanglah seekor binatang yang sangat besar yang menahan orang-orang, maka dia berkata, ‘Sekarang aku akan mengetahui yang lebih baik, ahli sihir ataukah pendeta ?’
Kemudian ia mengambil sebuah batu seraya berkata, ‘Ya ALLAH, jika ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai dari pada ajaran ahli sihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang dapat melanjutkan perjalanan mereka.’ Lalu dia melemparkan batu itu hingga dapat membunuh binatang tersebut dan orang-orang pun dapat melanjutkan perjalanan mereka. Selanjutnya, pemuda itu mendatangi si pendeta dan memberitahukan hal tersebut. Maka sang pendeta berkata kepadanya, ‘Wahai anakku, sekarang ini engkau lebih baik daripada diriku. Sebab urusanmu telah mencapai apa yang kusaksikan. Dan sesungguhnya engkau kelak akan diuji. Jika engkau diuji, janganlah engkau menyebut-nyebut namaku (janganlah engkau tunjukkan aku kepada mereka).’
Pemuda itu pun berhasil menyembuhkan penyakit buta dan kusta. Dia mengobati manusia dari segala macam penyakit. Kemudian orang kepercayaan sang raja yang buta mendengar berita tentangnya. Dia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang sangat banyak. Dia berkata, ‘Semua yang ada di sini akan menjadi milikmu jika engkau berhasil menyembuhkan diriku.’ Pemuda itu menjawab, ‘Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seseorang. Yang menyembuhkan adalah Allah yang Maha Tinggi. Jika engkau beriman kepada Allah yang Maha Tinggi, maka aku akan berdoa kepada Allah, lalu Dia akan menyembuhkanmu.’ Maka dia pun beriman kepada Allah yang Maha Tinggi dan Allah menyembuhkannya.
Selanjutnya, orang kepercayaan raja itu mendatangi sang raja dan duduk bersamanya seperti biasa. Raja berkata kepadanya, ‘Siapa yang mengembalikan (menyembuhkan) pandanganmu ?’
Dia menjawab, ‘Tuhanku.’ Apakah engkau mempunyai tuhan selain diriku?’ tanya raja. ‘Tuhanku dan tuhanmu adalah Allah, ‘ sahutnya. Maka raja itu langsung memberikan hukuman kepadanya dan terus menyiksanya hingga orang itu menunjuk pemuda itu. Kemudian minta agar pemuda itu didatangkan. Raja berkata : Wahai anakku ! sihirmu luar biasa hebatnya hingga dapat menyembuhkan kebutaan dan kusta. Kamu juga telah melakukan ini dan itu.’ Maka dia berkata, ‘Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Sebenarnya yang menyembuhkan mereka adalah Allah.’
Maka pemuda itu pun dihukum dan terus disiksa hingga pemuda itu menunjuk sang pendeta. Lalu dia minta supaya pendeta itu dihadirkan. Selanjutnya kepada pendeta itu dikatakan, ‘Kembalilah kamu ke dalam agamamu semula.’ Namun dia menolak. Raja minta agar diambilkan gergaji. Gergaji itu diletakkan di atas kepalanya, lalu membelahnya hingga kedua belahan tubuhnya terjatuh. Dipanggillah orang kepercayaannya dan dikatakan kepadanya,’Kembalilah kamu kedalam agamamu semula.’ Namun dia menolak, dan sang raja meletakkan gegarji di atas kepalanya, kemudian membelahnya hingga kedua belahan tubuhnya terjatuh.
Selanjutnya ia minta untuk menghadapkan pemuda itu kepadanya. Lalu ia mengatakan kepadanya, ‘Kembalilah kepada agamamu.’ Namun dia tetap menolak. Maka dia menyerahkannya kepada beberapa orang pengikutnya, lalu berkata, ‘Pergi dan bawalah pemuda ini ke gunung ini dan itu, dan bawalah ia naik ke atas gunung. Jika kalian telah sampai di puncaknya dan dia kembali kepada agamanya, maka tidaklah bermasalah. Tetapi jika tidak, maka lemparkanlah dia.’ Kemudian mereka segera membawa pemuda itu naik ke gunung. Maka pemuda itu berdoa, ‘Ya Allah, lindungilah diriku dari (kejahatan) mereka sesuai dengan kehendak-Mu.’ Maka gunung itu goncang, merekapun berjatuhan dari gunung. Kemudian pemuda itu dengan berjalan kaki datang menemui sang raja.
Kemudian raja bertanya kepadanya, ‘Apa yang dilakukan orang-orang yang membawamu ?’ Dia menjawab, ‘Allah yang Maha tinggi telah menghindarkan diriku dari kejahatan mereka.’ Maka pemuda itu diserahkan kepada pasukan lain seraya berkata, ‘Pergilah kalian dan bawalah pemuda ini dengan sebuah perahu ke tengah-tengah laut. Jika dia mau kembali ke dalam agamanya semula, maka dia akan selamat. Jika tidak, maka lemparkanlah ia ke tengah lautan.’ Lalu mereka berangkat dengan membawa pemuda tersebut. Selanjutnya, pemuda itu berdoa, ‘Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka sesuai dengan kehendakMu.’ Maka kapal itu pun terbalik dan mereka tenggelam. Setelah itu, pemuda tersebut dengan berjalan kaki datang menemui sang raja.
Dan raja berkata kepadanya, ‘Apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang bersamamu tadi ?’ Dia menjawab, ‘Allah yang Maha Tinggi telah menyelamatkan aku dari kejahatan mereka.’ Lebih lanjut, pemuda itu berkata kepada raja, ‘Sesungguhnya kamu tidak akan dapat membunuhku hingga kamu mengerjakan apa yang aku perintahkan kepadamu.’
‘Apa yang harus aku kerjakan ?’ tanya raja itu. Pemuda itu menjawab, ‘Kamu harus mengumpulkan orang-orang di satu tanah lapang, lalu kamu menyalibku di sebuah batang pohon. Ambillah anak panah dari tempat anak panahku, letakkan pada busurnya, kemudian ucapkanlah, ‘Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini.’ Lalu lepaskanlah anak panah itu ke arahku. Sesungguhnya jika kamu telah melakukan hal itu, maka kamu akan dapat membunuhku.
Raja itupun mengumpulkan orang-orang di satu tanah lapang .. Dia menyalib pemuda di atas sebatang pohon, lalu mengambil satu anak panah dari tempat anak panah pemuda itu. Selanjutnya, dia meletakkan anak panah itu pada busurnya, kemudian mengucapkan ‘Bismillahi rabbil ghulam’ (dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini). Dia pun melepaskan anak panah itu dan mengenai bagian pelipis. Pemuda itu meletakkan tangannya di pelipisnya dan ia pun meninggal dunia. Pada saat itu orang-orang berkata, “kami beriman kepada Tuhan pemuda ini.’
Kemudian ada orang datang kepada raja dan berkata kepadanya, ‘Tahukah engkau, apa yang engkau khawatirkan ? Demi allah, kekhawatiran itu sekarang telah menjadi kenyataan. Orang-orang telah beriman.’ Raja pun memerintahkan untuk membuat parit besar di setiap persimpangan jalan dan di parit itu supaya dinyalakan api. Raja berkata, ‘Barang siapa tidak kembali kepada agamanya semula, maka lemparkanlah dia ke dalam parit itu.’ Atau akan dikatakan kepadanya, ‘Ceburkanlah dirimu.’ Maka orang-orang pun melakukan hal tersebut, hingga datanglah seorang wanita bersama bayinya. Wanita itu berhenti dan menghindar agar tidak terperosok ke dalamnya. Maka bayi itu berkata kepadanya, ‘Wahai ibuku, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.”
Dalam Sunan Tirmidzi … Maka ada yang berkata kepada raja, ‘Engkau murka ketika ada tiga orang yang menyelisihimu. Sekarang, semua orang telah menyelisihimu.’
Nabi bersabda, “Maka raja menggali parit, kemudian kayu bakar dilemparkan ke dalamnya dan api dinyalakan. Orang-orang dikumpulkan dan kepada mereka diserukan, ‘Siapa yang murtad, maka kami membiarkannya. Dan barang siapa tetap memegang agamanya, maka kami akan melemparkan dia ke dalam api.’ Maka bala tentara raja melemparkan orang-orang ke dalam parit-parit tersebut. ”
Allah berfirman : “Binasalah dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit-parit yang berapi dengan dinyalakan dengan kayu bakar … sampai pada firmannya : ‘Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji (Qs. al-Buruj : 4-8). Dia berkata, “Pemuda itu dikubur.” Dan katanya, bahwa pemuda itu dikeluarkan dari kuburnya pada zaman Umar bin Khaththab sementara tangannya masih berada di pelipisnya seperti ketika ia dibunuh.
Abu Isa berkata, “Ini adalah hadis hasan gharib.”
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabuz Zuhdi war Raqaiq, bab kisah Ashabul Ukhdud (4/2299), no. 3005.
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam sunannya dalam kitab tafsir , tafsir surat al-Buruj (4/437)
Pelajaran dan Faedah
1- Diantara rentang waktu tertentu Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menyiapkan orang-orang yang menegakkan menara agamanya dan menyebarkannya di muka bumi. Sebagaimana Dia menyiapkan pemuda ini untuk menjadi sebab berimannya kaumnya. Hal seperti ini terjadi pula pada umat ini dalam bentuk yang lebih agung dan lebih besar. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah menyiapkan orang-orang yang menyebarkan, menjaga, dan membela agamanya.
2- Raja memilih pemuda ini untuk dididik menjadi penyihir yang dapat menopang kekuasaannya, akan tetapi Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menghendakinya menjadi seorang dai shaleh yang menghancurkan kerajaannya dan memberi petunjuk manusia kepada agama yang benar. Dan hal ini mengandung pelajaran bagi orang-orang yang mengambil pelajaran. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menyiapkan untuk agamaNya orang-orang yang tumbuh di rumah para thaghut agar mereka menjadi dai-dai pemberi petunjuk.
3- Iman tidak memerlukan waktu yang lama untuk bersemayam di dalam jiwa dan hidup di hati. Kaum pemuda itu yang rela dengan siksa neraka dunia, maka iman mereka hanya berlangsung beberapa saat saja. Sama dengan meraka adalah para tukang sihir Fir’aun. Ancaman siksa Fir’aun tidak menyurutkan mereka dari iman.
4- Kadangkala Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menampakkan karomah melalui sebagian wali-Nya untuk mendukungnya dengannya dan meneguhkan iman dan keyakinannya. Pemuda ini bukanlah sembarang pemuda. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah menjawab doanya sehingga binatang itu mati karenanya. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menyembuhkan orang buta dan berpenyakit sopak melalui tangan sang pemuda, juga mengobati orang-orang sakit. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menjawab doanya sehingga dia terbebas dari usaha pembunuhan dan justru bala tentara raja yang diperintahkan untuk membunuhnya, merekalah yang mati.
5- Mengorbankan jiwa fi sabilillah (di jalan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-) bukan sedikit pun termasuk bunuh diri. Pemuda ini membeberkan cara yang dengannya raja bisa membunuhnya. Sebagian dari orang-orang Mukmin ada yang dilempar ke dalam api, ada pula yang terjun sendiri. Tujuan mereka bukanlah bunuh diri, akan tetapi hal itu mengandung penghinaan kepada para thaghut dan keridhaan dari Rabbul ‘Alamin.
6- Kuatnya permusuhan orang-orang kafir terhadap orang-orang Mukmin. Raja dan bala tentaranya telah menggergaji penasehatnya dan pendeta, lalu mereka membakar manusia dengan api.
7- Penjagaan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-terhadap para wali-Nya dan penghinaanNya terhadap musuh-musuhNya. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah menjaga pemuda ini dari usaha pembunuhan, menjawab doanya, dan membinasakan orang-orang yang hendak mencelakainya.
8- Kewajiban sabar atas cobaan yang menimpa pada jalan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-sebagaimana sikap pendeta, penasehat raja, dan pemuda ini yang bersabar sebagaimana orang-orang Mukmin dibakar api dengan kesabaran.
9- Dibolehkan berdusta dalam perang dan sejenisnya. Pendeta ini menunjukkan kepada pemuda ini cara menjawab penyihir jika dia menanyakan keterlambatannya dan cara menjawab keluarganya jika dia menanyakan keterlambatannya.
10-Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menampakkan kepada orang-orang Zhalim akan kelemahan dan ketidakmampuan mereka. Pemuda ini telah membuat raja pengklaim ketuhanan ini benar-benar mati kutu. Dia tidak mampu membunuhnya, walaupun dia sangat lalim dan bengis. Kelemahannya semakin kentara mana kala dia menuruti petunjuk pemuda itu agar bisa membunuhnya.
11-Para penyokong kejahatan selalu berusaha agar kejahatan mereka berlangsung terus sesudah mereka seperti penyihir ini yang berusaha mewariskan ilmunya yang rusak agar tetap hidup dan menyesatkan manusia.
Wallahu A’lam
Sumber :
Shahih al-Qashash, ‘Umar Sulaiman al-Asyqar, ei, hal. 408-428. Dengan ringkasan
Amar Abdullah bin Syakir
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor