Biografi singkat beliau
Beliau adalah Shuhaib bin Sinan bin Malik, salah satu kesatria arab yang paling jitu dalam memanah, ia adalah salah satu assabiqunal awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam). Ayahnya adalah salah satu tokoh jahiliyah yang dihormati, Kisra raja persia menjadikan ayahnya sebagai gubernur Bashrah, saat itu tempat tinggal leluhurnya adalah di kota Mawshil dan disitulah Shuhaib dilahirkan. Namun pasukan romawi menyerang mereka sehingga Shuhaib yang saat itu masih kecil ditawan oleh pasukan romawi sehingga ia besar ditengah-tengah mereka.
Setelah itu ia dibeli oleh salah seorang dari Bani Kalb dan membawanya ke Mekah lalu menjualnya, kemudian ia dibeli oleh Abdullah bin Jad’an At-Taimiy lalu dimerdekakan.
Shuhaib tinggal di Mekah dan mulai berdagang sampai munculnya Islam, maka iapun masuk Islam. Saat para sahabat mulai berhijrah ke Madinah ia sudah memiliki harta yang melimpah dari hasil dagangnya, namun ia ditahan oleh orang-orang Quraisy seraya mereka berkata, “Dulu engkau mendatangi kami dalam keadaan miskin, sekarang setelah hartamu sudah banyak engkau mau pergi?” Ia menjawab, “Bagaimana jika aku meninggalkan hartaku, apakah kalian akan membiarkanku pergi?” Mereka menjawab, “Iya.” Setelah itu ia memberikan seluruh hartanya kepada mereka, setelah berita itu sampai kepada Nabi, beliau bersabda, “Shuhaib telah beruntung, Shuhaib telah beruntung.”
Kisah Ihtisab Shuhaib
Akhirnya Shuhaib berhijrah ke Madinah, saat itu ia adalah seorang pemanah jitu. Ketika beliau hendak berhijrah orang-orang Quraisy mengejar dan kemudian mengepungya seraya mereka berkata, “Kami akan membunuhmu.” Maka iapun mengeluarkan anak panahnya dan berkata, “Kalian tahu bahwa aku adalah pemanah yang jitu, demi Allah saya tidak akan membiarkan satu anak panahpun kecuali aku akan membunuh satu orang dengannya, ambillah hartaku dan biarkanlah aku pergi!” Maka mereka bertanya, “Dimanakah hartamu?” Maka beliaupun memberitahu mereka kepada tempat ia menyimpan hartanya, setelah mereka kembali mereka menemukan harta tersebut, sehingga Shuhaib pergi ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah tanpa harta.
Itulah Shuhaib seorang sahabat yang tangguh, kesatria yang hebat, pemanah yang jitu, serta pedagang yang kaya, beliau tetap tegar dalam keimanannya walau harus melepas harta benda miliknya, karena ia tahu bahwa harta benda tidak ada nilainya di sisi Allah ta’ala, beliau lebih memilih mempertahankan agamanya walau dengan melepaskan harta yang dimilikinya. Namun apa balasannya??? Sia-siakah harta yang ia lepas demi menjaga agamanya?? Sama sekali tidak!! Nabi bersabda:
ربح صهيب ربح صهيب
“Shuhaib telah beruntung, Shuhaib telah beruntung.”
Beliau wafat di Madinah tahun 28 Hijriah.(2)
Diterjemahkan dan diringkas dari: www.almohtasb.com
Penerjemah: Arinal Haq
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet
Footnote :
[1] Al-A’lam karangan Az-Zarakliy 3/210.
[2] Lihat At-Tarikh wal Wafiyyat.
Alhamdulillah