LARANGAN MENCELA ZAMAN!

Dimanapun kita hidup, dan kapanpun kita hidup, adalah takdir Allah yang sudah ditetapkan-Nya.

Kita sering mendengar akhir-akhir ini tentang banyaknya perubahan yang terjadi di masyarakat kita karena kemajuan zaman. Dari mulai teknologi dan budaya akan kita dapati banyak sekali perubahan yang sangat pesat.

Kita yang lahir di era 90an masih sangat akrab dengan lingkungan yang serba alami, meski sudah terlihat adanya kemajuan teknologi, tapi belum sampai taraf sekarang.

Generasi yang lahir di era 90an akan sangat familiar dengan dunia dan permainan yang masih alami dan bergantung pada alam sekitar, kehidupan sehari-haripun masih banyak mengandalkan tenaga alami dan bukan teknologi.

Teknologi yang masih berkembang saat itu mengharuskan generasi di zamannya tetap bergantung pada kealamian dunianya, komunikasi dengan surat menyurat dan segala hal yang harus ditempuh dengan cara alami masih sangat dominan saat itu. Sehingga generasi saat itu tumbuh dengan alami sebagaimana mestinya.

Hingga datanglah waktunya, zaman dimana teknologi bergerak begitu maju, semua pekerjaan semakin mudah dilakukan karena adanya teknologi, komunikasi dan perjalanan jauh semakin terasa dekat dan singkat, yang dahulu jauh hanya terngiang di kepala, kini bisa kita lihat langsung bentuk nyatanya.

Semua adalah nikmat yang harus disyukuri, sebab pada hakekatnya zaman tidak pernah berubah, hanya orang yang hidup di dalamnya-lah yang terus melakukan perubahan dan kemudian menyatakan bahwa zaman telah berubah.

Zaman tetap akan berlalu dalam sehari selama 24 jam, seminggu tujuh hari, sebulan 30 hari dan setahun 12 bulan. Tak ada yang berubah, dimulai dari siang kemudian akan datang malam. Matahari terbit, kemudian tenggelam. Sama persis dan tak pernah berubah dari zaman nenek moyang kita hidup sampai akhir hari dimana tak akan ada hari lagi setelahnya.

Jadi, jangan pernah kita salahkan zaman, jangan pernah kita mencela zaman, jangan salahkan waktu yang terus bergulir, sebab hal ini justru akan membuat kita terjerumus dalam dosa, bahkan terjerumus dalam syirik akbar (syirik besar).

Perhatikanlah rincian Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah tentang hukum mencela zaman, dalam Al Qoulul Mufid ’ala Kitabit Tauhid berikut;

Pertama; jika dimaksudkan hanya sekedar berita dan bukanlah celaan, kasus semacam ini diperbolehkan. Misalnya ucapan, ”Kita sangat kelelahan karena hari ini sangat panas” atau semacamnya. Hal ini diperbolehkan karena setiap amalan tergantung pada niatnya. Hal ini juga dapat dilihat pada perkataan Nabi Luth ’alaihis salam,

                                                  هَـذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ

Ini adalah hari yang amat sulit.”
(QS. Hud [11] : 77)


Kedua; jika menganggap bahwa waktulah pelaku yaitu yang membolak-balikkan perkara menjadi baik dan buruk, maka ini bisa termasuk syirik akbar. Karena hal ini berarti kita meyakini bahwa ada pencipta bersama Allah yaitu kita menyandarkan berbagai kejadian pada selain Allah. Barangsiapa meyakini ada pencipta selain Allah maka dia kafir. Sebagaimana seseorang meyakini bahwa ada sesembahan selain Allah, maka dia juga kafir.

Ketiga; jika mencela waktu karena waktu adalah tempat terjadinya perkara yang dibenci, maka ini adalah haram dan tidak sampai derajat syirik. Tindakan semacam ini termasuk tindakan bodoh yang menunjukkan kurangnya akal dan agama. Hakikat mencela waktu, sama saja dengan mencela Allah karena Dia-lah yang mengatur waktu, di waktu tersebut Dia menghendaki adanya kebaikan maupun kejelekan. Maka waktu bukanlah pelaku.

Tindakan mencela waktu semacam ini bukanlah bentuk kekafiran karena orang yang melakukannya tidaklah mencela Allah secara langsung.

Maka, jagalah lisan dan hati kita untuk tidak mencela zaman/waktu. Tetaplah fokus pada amal kebaikan, tanpa memandang kita sedang hidup di zaman apa dan tahun berapa. Sebab waktu akan terus berjalan dan jatah keberadaan kita di muka bumi ini juga semakin berkurang, jika terus menyesal dan menyalahkan zaman, maka hanya dosa dan lelah yang kita dapatkan.

Beramallah dan fokus dengan melakukan amal-amal kebaikan. 

 

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya

[Yûnus/10:26] 


Abu Usamah A. Rabbany
@

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *