Connect with us

Keluarga

Meneropong Dosa-dosa Suami (bag.1)

Published

on

  1. Lalai Berbakti kepda Orang Tua Setelah Menikah

Sebagian orang ketika telah menikah lupa kepada orang tuanya. Sikapnya berubah, ia lalai dari memenuhi hak-hak mereka dan tidak menghormati mereka sebagaimana mestinya. Bisa jadi ia lebih menuruti istri daripada mematuhi orang tua. Barangkali ia menghina mereka demi menyenangkan hati istrinya. Bahkan bisa jadi mengusir mereka dari rumah, atau meninggalkan mereka hanya berduan di rumah, padahal mereka sangat membutuhkan perhatiannya.

Tidak diragukan lagi bahwa tindakan tersebut merupakan bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Dikhawatirkan pelakunya akan mendapatkan hukuman segera yang akan mengganggu ketentraman dan ketenangan hidupnya. Apa yang bisa diharapkan dari seseorang yang menelantarkan orang yang paling dekat dengannya, yang paling utama untuk ia taati dan sayangi ?

Tentu orang lain lebih layak untuk ia abaikan. Seseorang yang tidak bersikap baik kepada orang tua, maka tidak mungkin memiliki sikap baik kepada istri, anak atau kepada siapapun yang lainnya. Untuk itu sudah sepantasnya seorang anak yang shaleh berbakti kepada kedua orang tua dalam setiap kondisi. Berikut beberap hal yang bisa menunjukkan sikap baktinya setelah menikah :

a. Berdoa, yaitu dengan menyandarkan diri kepada Allah, memperbaiki hubungan dengan-Nya, dan memohon pertologan kepadaNya agar selalu bisa berbakti.

Bila benar pertolongan sang Khalik untuk seseorang

Maka tiada harapan sulit kecuali menjadi lapang

b. Mengantisipasi segala sikap yang menyebabkan orang tua merasa bahwa anaknya telah berubah. Yakni sikap anak menjadi berubah setelah menikah, begitupun dengan sikap kedua orang tua. Terkadang si anak sibuk, sehingga melalaikan orang tuanya, sedangkan orang tua diselimuti oleh syak prasangka yang besar. Mereka menduga bahwa si anak telah melupakan mereka dan berpaling kepada yang lain.

Dalam hal ini ibu memiliki porsi lebih besar dibanding ayah. Seyogyanya seorang anak memperhatikan benar-benar masalah ini. Hendaknya ia melakukan apa saja dalam batas kemampuannya agar tidak keluar tindakan yang menyebabkan ibu secara khusus merasa bahwa ia telah berpaling darinya dan telah mempunyai pengganti. Ia pun harus bersabar menghadapi kritikan pedas ibu. Sebab, semakin besar ketergantungan dan cinta ibu kepada anak, maka semakin banyak kritikan dan omelannya kepada anak.

c. Menambah lagi porsi tindakan berbakti kepada orang tua, baik tindakan moril maupun materil. Misalnya dengan memberi hadiah, berkunjung, berkomunikasi secara berkesinambungan, dan memperlihatkan rasa cinta, baik ketika tinggal bersama maupun tinggal terpisah.

Sebaiknya anak tidak membebani diri melakukan sesuatu yang tidak bisa ia lanjutkan di kemudian hari. Sebab, bila dikemudian hari ia tidak melakukan tindakan tersebut, maka akan memunculkan penafsiran yang tidak memihak kepada dirinya, atau bahkan mengakibatkan dampak buruk bagi dirinya.

d. Tinggal secara terpisah, bila tidak menyebabkan orang tua tinggal berduaan saja di rumah, padahal mereka tidak mampu memenuhi urusan mereka sendiri. Namun, bila mereka mampu memenuhi urusan mereka sendiri dan rumah tersebut penuh dengan saudara-saudara, maka sebaiknya ia tinggal secara terpisah, tentu dengan tetap menjaga sikap bakti seperti dijelaskan di muka.

e. Sebisa mungkin menjauhkan orang tua dari problematika rumah tangga. Hendaknya suami menyelesaikan problem rumah tangganya berdua saja bersama istri dengan penuh rasa cinta. Jangan sampai orang tua mengetahuinya, sebab hal tersebut akan membuat mereka sedih. Namun, bila kondisi menuntut keterlibatan orang tua, di mana anak ingin meminta pendapat orang tua dan mereka memiliki pandangan yang bijak, maka tidak masalah untuk melibatkan orang tua.

f. Berusaha dengan serius untuk mengharmonisasikan orang tua dengan istri. Manfaat tindakan ini akan terlihat pada pembahasan berikutnya.

Penulis : Amar Abdullah bin Syakir

Sumber :

Min Akhtha-il Azwaj, Muhammad bin Ibrahim al-Hamd (Edisi Bahasa Indonesia), hal. 19-22
Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keluarga

Nasehat Seorang Istri

Published

on

Berikut ini adalah nasehat seorang saudari (yang berstatus sebagai seorang istri) kepada saudarinya muslimah (yang juga berstatus sebagai seorang istri) tentang kehidupan rumah tangga. Bagaimana ia berbuat kepada suaminya dan menjaga rumahnya ?

Mari kita simak bersama.

***

Saudariku yang mulia, berikut ini pengalaman hidup yang ingin aku sampaikan kepadamu. Barangkali berguna untuk kehidupan rumah tanggamu di masa depan. Dulu aku tidak berpengalaman, tidak memiliki seorang ibu yang perhatian, atau guru yang membantuku dengan pengalaman hidup yang ia miliki dan ia pelajari dari kehidupan rumah tangganya. Aku juga tidak memiliki seorang kakak perempuan yang mempunyai spesifikasi tersebut. Itulah yang membuatku menyandarkan setiap keputusan di atas sudut pandangku yang kering kerontang dan tidak mengandung elemen-elemen yang benar untuk meraih kehidupan rumah tangga yang bahagia.

Aku pun percaya bahwa untuk mendapatkan semua hakku, setiap hari aku harus duduk  bersama suamiku untuk menghadapi bermacam masalah rumah tangga yang sering diwarnai dengan perdebatan sengit, percekcokan, diskusi, dan introspeksi diri. Ketika mengemukakan persoalan, aku tidak berpegang pada keinginan pribadiku sehingga aku selalu merasa berdebar-debar. Bahkan, aku juga minta bantuan kepada teman-teman perempuanku yang memiliki banyak pengalaman menghadapi kesusahan hidup. Aku menapaki jalan hidup dengan selalu menuruti semua keinginanku yang tanpa kusadari telah menghancurkan kebahagiaan rumah tanggaku.




Selang waktu yang cukup lama, keluarga dan kebahagiaanku hancur. Aku mulai memperbaiki langkah dan usahaku sembari bercermin pada logika dan pendapat yang benar melalui pintu agama, akhlak, ilmu jiwa, mengambil teladan yang baik dari keluarga, dan para ibu yang memiliki pengalaman yang benar. Aku merangkum pengalaman-pengalaman tersebut sebagai berikut :

Dunia adalah tempat ujian dan cobaan. Berbahagialah orang yang mengetahui, tetap teguh, dan sabar menghadapinya. Kebahagiaan adalah qana’ah (penerima pemberian Allah), menerima kenyataan, serta melihat orang yang berada di bawah (dalam hal dunia) dan tidak melihat orang yang berada di atas (dalam hal dunia).

Hendaklah setiap orang mengenal nikmat-nikmat yang Allah anugerahkan kepadanya agar ia tahu bahwa dia orang yang kaya dan bahagia. Beberapa nikmat tersebut adalah nikmat Islam, sehat, aman, hidup tentram, keluarga, kerabat, harta, dan rezeki. Tiap manusia barulah akan mengetahui bentuk dan nilainya ketika ia telah kehilangan nikmat-nikmat tersebut.

Bayangkan, seandainya kamu tidak punya penglihatan atau pendengaran. Bayangkan juga seandainya kamu tidak memiliki makanan dan pakaian. Bayangkan seandainya kamu berada di sebidang tanah dalam keadaan cemas. Bayangkan seandainya kamu ditimpa penyakit ganas. Bahkan, meskipun ditimpa penyakit sekalipun, kamu tetap mendapat keuntungan yang besar jika dihadapi dengan sabar. Karena, sabar adalah ibadah yang paling dicintai oleh Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ [البقرة : 155]

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah : 155)

Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى juga berfirman tentang nikmat yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya :

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ  [النحل : 18]

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (an-Nahl : 18)

Dia سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى juga berfirman,

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ  [الضحى : 11]

Dan terhadap nikmat Rabbmu maka hendaklah kamu siarkan (adh-Dhuha : 11)

Tulislah sebuah pernyataan, lalu letakkan di tempat yang mudah ditemukan seperti yang pernah kulakukan. Tulislah, “Aku akan menjadi seorang istri yang setia dan taat kepada suami. Selalu berusaha mencurahkan kebahagiaan dan suasana yang kondusif.”

Janganglah menyusahkan kehidupannya dan hindarilah perdebatan yang tidak berguna atau berbagai tuntutan yang menyebabkan pertengkaran. Terimalah persetujuannya atas keinginanmu dengan ucapan syukur dan doa. Terimalah juga ketidaksetujuannya dengan lapang dada dan ridha. Ketahuilah, bahwa kamu bagaikan orang yang menanam dan bekerja keras, lalu pada akhirnya kamu akan menuai kebaikan yang banyak.

Ketika gelisah karena ditimpa banyak masalah maka tulislah pada secarik kertas seperti yang pernah aku lakukan, kemudian robeklah. Merasalah bahwa jiwamu telah tenang. Jika terpaksa berdebat dengan suami, padahal kamu sedang gelisah, tunggulah sebentar sampai kamu merasa tenang dan kegelisahan itu sirna. Pilihlah waktu yang tepat bagi suami untuk memenuhi tuntutan, membuat pilar-pilar persetujuan, dan penerimaan. Janganlah memilih waktu ketika ia pulang kerja, saat ia gundah karena urusan-urusan kecil yang terakumulasi. Karena, pada saat seperti itu secara jasmani maupun rohani dia tidak siap untuk diskusi. Begitu pula ketika sebelum tidur, karena pada saat seperti itu barang kali ia sedang memikirkan sesuatu yang terjadi pada dirinya yang membuatnya gelisah dan insomnia.

Pilihlah waktu yang tepat, seperti ketika sebelum pergi keluar rumah. Terlebih ketika ia sedang ridha. Ungkapkanlah keinginanmu dan berilah kesempatan ia untuk berfikir dan memberi keputusan. Buatlah ia merasa ridha untuk menerima dua keadaan tersebut.




Sebuah nasehat yang tulus datang dari saudarimu yang memiliki banyak pengalaman agar kamu meraih apa yang kau inginkan dari suamimu dan menggapai harapan-harapanmu. Senantiasa gunakanlah akal sebagai pengganti dari perasaanmu untuk  mengatasi problematika yang menghimpit. Berkorbanlah untuk suami dan mengalahlah supaya kau bisa mendapatkan hak-hakmu. Karena, kau tidak akan dapat menuai hasil apa pun dari perdebatan yang menyebabkan kebencian.

Janganlah mendebat suami seputar masalah yang harus dirahasiakan, seperti masalah-masalah pribadi. Janganlah kau mengeruhkan kebahagiaannya saat ia pulang dengan mempermasalahkan keterlambatannya atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan rumah tangga. Berusahalah untuk mengabaikan urusan-urusan kecil yang sekiranya tidak penting atau tidak membutuhkan alternatif lain.

Perlu dipahami bahwa hidup ini butuh kesabaran dan pengorbanan. Karena, dalam kehidupan itu penuh dengan kekeruhan dan kesusahan. Kehidupan dunia adalah jalan yang mengantarkan kita pada akhirat, kehidupan yang kekal. Untuk itu, tatkala fasilitas-fasilitas itu berkurang atau pemenuhan sebagian kebutuhan rumah tangga berkurang, lebih baik kita melupakan semua itu dengan pertimbangan kita akan memperoleh banyak kebaikan. Kita harus membicarakan aral-aral yang menimpa diri kita saat kita tidak bisa menunaikan apa-apa yang menjadi kewajiban kita.

Jika ingin merealisasikan sesuatu dalam kehidupan, tapi kau belum bisa mewujudkannya, maka berhentilah sejenak dan tempuhlah cara yang lain. Tempuhlah cara yang mengantarkan pada cinta suamimu. Gunakan akal dan mengalahlah agar kau bisa menuainya. Janganlah selalu menghitung-hitung kesalahan suami sehingga kesalahanmu akan dihitung. Janganlah menyusahkan suami sehingga ia menyusahkan dirimu sendiri.

Bandingkan realitas kehidupanmu dengan kehidupan orang-orang di bawahmu, bukan dengan kehidupan orang-orang di atasmu. Sesungguhnya kehidupan manusia memiliki beberapa indikasi. Masing-masing dari mereka memiliki kesedihan dan masalah, akan tetapi ia menguburnya dalam-dalam dan di hadapan khalayak ia memakai pakaian yang berkilau menggoda, sekiranya ia tampil di depan mereka dengan wajah yang ceria. Ia telah membunuh kesedihan yang menghimpitnya. Kehidupan melaju dengan cepat. Tinggallah kita semua yang tidak gentar dengan bentuk kematian sebagaimana kita tidak takut terhadap apa-apa yang terjadi sesudahnya.

Akhirnya, jika aku banyak tertinggal darimu, kembalikanlah risalah (surat) ini agar aku dapat mengambil manfaat darinya. Barangkali aku melupakan sebagian dari risalah itu, dan aku bersama suamiku menempuh jalan lain, khususnya ketika aku kehilangan suamiku yang pertama karena rasa cemburuku yang berlebihan.

**

Demikianlah untain mutiara nasehat yang disampaikan oleh seorang istri itu yang disampaikannya kepada saudarinya muslimah yang juga sebagai seorang istri. Mudah-mudahan Anda-wahai para pembaca yang budiman-dapat mengambil manfaat darinya. Amin

 

Wallahu A’lam

 

Amar Abdullah bin Syakir

 

Sumber :

Dinukil dari Mukaddimah buku berjudul ‘Asy-kuu Ilaiki Zaujatiy’, karya : Isham Muhammad Syarif, hal.viii-xiv.

 

 

Continue Reading

Keluarga

Lembutkan Suaramu

Published

on

Apakah kamu wahai istri, mengangkat suaramu di depan suamimu ?

Di antara kecantikan wanita adalah kelembutan dan kerendahan suaranya. Sesuatu yang telah menghilangkan sifat lembutnya berarti telah menghilangkan kecantikannya, karena itu Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman,

فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ  [الأحزاب : 32]

Maka janganlah kamu merendahkan suara (dengan lemah lembut yang dibuat-buat) sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya …(al-Ahzab : 32)



Namun sangat disayangkan, tidak sedikit wanita malah berkata lembut kepada orang yang dia tidak boleh berkata lembut kepadanya, dan berkata kasar di hadapan orang yang bila dia melembutkan kata-katanya, maka dia akan meraih kebahagiaan dunia dan keberuntungan akhirat, dengan izin Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.

Aku berharap suami tidak merasa perlu menyumbat telinganya dengan kapas.

Sebagian suami tidak mengetahui kelembutan kata-kata istrinya, susunannya yang indah, seni berbicara dan dialognya kecuali ketika dia berbicara dengan kerabat atau temannya saja.

Kamu wahai suami, aku berkata kepadamu apa yang aku katakan kepada istrimu, aku mengajakmu untuk berkata yang halus dan lembut kepada semua orang apalagi kepada orang yang paling dekat denganmu.

Wallahu A’lam

Amar Abdullah bin Syakir

Sumber :

Az-Zaujan Fi Khaimah as-Sa’adah Maharat wa Wasa’il, Abdurrahman al-Qar’awi, ei, hal. 134

 

Continue Reading

Keluarga

Hanya Dengan Senyum, Kamu Bisa Menundukkan Hatinya

Published

on

Ia tidak membutuhkan usaha besar, tidak perlu capek dan bersusah payah, tetapi ia melakukan layaknya sihir terhadap hati, ia masuk ke dalam hati melalui gerbang paling luas, pasangan akan merasakan cinta, kasih sayang, dan perhatian, tidak memerlukan banyak kata-kata cinta, tidak membutuhkan banyak untaian sanjungan. Di samping itu, ia menambah kewibawaan dan keceriaan bagi pemiliknya.

Ia adalah senyuman dan wajah berseri. Betapa indahnya bibir yang tersungging senyuman.

Dari Jarir رَضِيَ اللهُ عَنْهُ , dia berkata,

مَا حَجَبَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ أَسْلَمْتُ وَلَا رَآنِي إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي

“Nabi صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak mencegahku berkunjung padanya sejak aku masuk Islam, dan tidaklah beliau melihat aku melainkan beliau tersenyum kepadaku.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Dari Abu Dzar رَضِيَ اللهُ عَنْهُ dia berkata, Rasulullah صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda,

لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Jangan sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sedikit pun walaupun (hanya berupa) kamu menjumpai saudaramu (yang Muslim) dengan wajah berseri-seri.” Diriwayatkan oleh Muslim.
Iklan




Dari Abu Dzar رَضِيَ اللهُ عَنْهُ dia berkata, Rasulullah صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda,

تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيْكَ لَكَ صَدَقَةٌ

“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah bagimu.” Dariwayatkan oleh at-Tirmidzi, dan dihasankan oleh al-Albani.

Ini untuk saudaramu yang Muslim walau dia jauh (kekerabatannya), lalu bagaimana bila senyummu di depan suami atau istrimu ?

Rasulullah صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  mengajak kita demikian karena ia mendekatkan hati dan menyatukannya, serta mengakrabkan pemiliknya. Hendaknya wajah kita selalu tersenyum, tetapi bukan senyum penjilat. Sebagian suami atau istri tersenyum, tetapi kapan ? Saat mereka menginginkan sesuatu !

***

إِذَا كَانَ الْكَرِيْمُ عَبُوْسُ الْوَجْهِ

قَمَا أَحْلَى الْبَشَاشَةَ فِي الْبَخِيْلِ

 Bila orang dermawan berwajah masam

Betapa manisnya senyuman pada (wajah) orang kikir.

***

Wallahu A’lam

Amar Abdullah bin Syakir

Sumber :

Az-Zaujan Fi Khaimah as-Sa’adah Maharat wa Wasa’il, Abdurrahman al-Qar’awi, ei, hal. 117-118

 

 

 

Continue Reading

Trending