Connect with us

Keluarga

Menghidupkan Rasa Diawasi Allah Pada Anak

Published

on

Salah satu sisi pendidikan anak yang sangat penting dan merupakan keharusan dalam pendidikan mereka adalah sisi “merasa dalam pengawasan Allah azza wajalla”.

Metodelogi dalam pendidikan dalam Islam sangat menitik bertakan persoalan semacam ini. Banyak ayat al-Qur’an yang mengisyaratkan hal semacam ini. Misalnya, apa yang Allah firmankan menghikayatkan Luqman yang membimbing anaknya agar tumbuh di dalam jiwanya rasa merasa diawasi Allah azza wajalla.

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui (Qs. Lukman : 16)

Allah azza wajalla juga berfirman,

 

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْأِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya (Qs. Qaaf : 16)

Meskipun hal tersebut merupakan bisikan yang terlintas dalam hatinya, Allah pun mengetahui hal tersebut.

Dan di dalam hadis, ketika Abdullah bin Abbas dibonceng oleh Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam– di atas hewan tunggangannya, di mana beliau ingin menanamkan persoalan ini di dalam diri anak pamannya yang masih kecil ini, beliau pun mengatakan kepadanya, “ wahai anak kecil, maukah engkau aku ajari beberapa kata yang dengannya Allah memberikan manfaat kepadamu? Abdullah bin Abbas menjawab : tentu mau. Lalu beliau bersabda, jagalah Allah niscaya Allah menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau mendapatiNya dihadapanmu, ingatlah Dia saat kelapanganmu niscaya Dia mengingatmu saat kesusahanmu. Bila engkau memohon, maka mohonlah kepada Allah. Bila engkau minta tolong, maka minta tolonglah kepada Allah. Sungguh pena telah kering (tintanya) dari menulis segala sesuatu yang ada, kalaulah saja semua makhluk yang ada ingin memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatau yang tidak dicatat oleh Allah untukmu niscaya mereka tak akan kuasa melakukannya, begitu pula jika mereka ingin memerikan madharat kepadamu dengan sesuatu yang tidak Allah tulis untukmu niscaya mereka pun tak akan sanggup untuk melakukannya.

Dengan gaya ungkapakan qur’aniy – nabawi ini seorang anak akan termotivasi untuk senantiasa terkonek dengan Allah azza wajalla, memutuskan segala bentuk ketergantungan kepada selain Allah, maka ia akan berharap hanya kepada Allah, ia tidak akan takut melainkan kepada Allah, tidak akan meminta melainkan kepada Allah, ia menjaga Allah di saat kesendiriannya, beristiqamah dalam berpegang teguh terhadap aturan hidup yang ditentukanNya, dengan demikian ia senantiasa akan merasa selalu dalam pengawasan Allah azza wajalla baik dalam kondisi lapang maupun sulit.

Dengan metodologi inilah anak-anak kecil di zaman Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam– terdidik dengan sedemikian mantap, metode ini menjadikan mereka memiliki kepribadian yang kokoh, menjadi contoh nyata dalam kemuliaan kepribadian, hampir-hampir saja tidak terbedakan antara orang-orang dewasa dan anak-anak, mereka semunya terkesan sebagai orang-orang besar dengan perbuatan mereka, perbuatan mereka adalah purbuatan yang mulia dan terpuji.

‘Ali bin Abi Thalib misalnya, ia beriman kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam– sebelum ia berusia baligh yaitu ketika ia berusia 10 tahun, ia ikut merasakan penderitaaan dan kepenatan yang dialami oleh orang-orang yang beriman pada saat itu di kota Makkah. Hal demikian itu tidaklah menghalanginya-sekalipun usianya yang masih anak-anak- dari mengikuti kebenaran. Ia pun mampu untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan, mengambil sikap untuk terus meniti jalan kebenaran yang diketahuinya tersebut.

Contoh yang lainnya adalah seperti Usamah bin Zaed, Usaid bin Zhahir, al-Bara bin ‘Azib, Zaed bin Arqam, dan masih banyak yang lainnya. Mereka sedemikian berani untuk menawarkan diri mereka kepada Rasulullah untuk ikut serta dalam pertempuran melawan orang-orang kafir ketika perang Uhud. Namun, beliau belum memperkenankan mereka untuk ikut serta karena usia mereka yang masih anak-anak.

Anak kecil yang lainnya yang baru berusia sekitar 7 tahun pernah datang kepada Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- ikut serta berbaiat kepada Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam bersama orang-orang yang telah dewasa. Maka, Nabi pun mengulurkan tangannya dan membaiat mereka semuanya.

Mareka, anak-anak yang masih kecil yang belum mencapai usai dewasa, belum saja banyak tahu tentang ilmu telah mengetahui makna kehidupan dan hakikatnya, bahwa kehidupan di dunia itu tidaklah kekal. Sungguh peran keluarga pada waktu itu memilliki peran yang sedemikian luar biasa untuk memunculkan rasa yang sedemikan menakjubkan di dalam hati anak-anak kecil terhadap Allah azza wajalla, merasakan kebersamaanNya dan merasa diawasi olehNya yang hal tersebut memompa semangat mereka untuk berkorban di jalan Allah azza wajjalla.

Perasaan-perasaan seperti inilah yang para orang tua hendaknya sedini mungkin menanamkannya di lubuh hati anak-anaknya yang masih kecil, mendidik mereka di atas pendidikan tersebut sehingga hati dan ruh mereka senantiasa memilik koneksi dengan Allah azza wajalla, sehingga seluruh gerak geriknya dan diamnya selaras dengan manhaj Allah azza wajalla. Bila mana upaya ini berhasil ditanamkan pada diri mereka semenjak kecil, maka sangat besar peluang keberlangsungan rasa ini dan selamatnya mereka dari penyimpangan-penyimpangan di masa kehiduapan mereka selanjutnya, insya Allah.

Wallahu a’lam

Sumber :

Buhuutsun Tarbiyatu ath-Thifli al-Muslimi (1/14), Dr. Adnan Hasan Baaharits. Diterjemahkan oleh Amar Abdullah bin Syakir dengan sedikit gubahan.

About Author

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keluarga

Seringnya Terjadi Masalah ***

Published

on

Seringnya Terjadi Masalah

Saat ini banyak kita jumpai rumah tangga yang bermasalah, saat ini setiap suami atau istri pasti mengeluh, suami mengeluhkan istri dan sebaliknya, hingga problem rumah tangga menjadi bahan omongan yang tidak pernah habis di masyarakat, baik kalangan laki-laki maupun kaum wanita.

Ya, setiap rumah tangga pasti mengalami problem, tetapi jangan sampai masalah itu kita biarkan membelenggu kehidupan kita dan merusak keindahan yang ada dalam hidup.

Janji setia…   

Saya mengenal seorang laki-laki, saat dia menikah dia berjanji kepada istrinya untuk tidak membicarakan tentang masalah yang ada antara mereka berdua di kamar tidur, dia mengatakan kepada istrinya, “Kamar tidur harus kita jaga dari segala masalah.”

Dia mengatakan kepada saya, “Saya sering bertengkar dengan istri dan berdebat mengenai banyak masalah, kadang kita bisa berdamai dan kadang tidak. Kadang saya marah dan kadang istri saya marah, namun saat kita masuk ke kamar tidur, sepertinya seluruh pertengkaran itu tidak pernah ada.”

Si suami menceritakan, “Pagi harinya, seluruh masalah telah terlupakan.”

Benar-benar janji yang indah, benar-benar sebuah nasehat terbuat dari emas, mari kita coba barangkali kita bisa meniru perbuatan si suami yang bijak tadi, dan menyelesaikan segala masalah yang ada di depan pintu kamar.

Ada baiknya saat ini kita membahas sebuah permasalahan penting, masalah dan pertengkaran membuat kita menjadi sedih dan khawatir.

Hati-hati…

Penuhilah hidupmu dengan kebahagiaan, hati-hati dengan rasa khawatir yang akan membunuh rumah tanggamu, bahkan membunuh seluruh kehidupanmu.

Buang segala kesedihan di depan pintu rumah jangan biarkan kekhawatiran menguasai hidupmu, Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –selalu meminta dijauhkan dari rasa khwatir setiap hari, beliau membaca :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسلِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-mu dari kesedihan dan kekhawatiran, aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas (HR.al-Bukhari)

Seorang bijak pernah ditanya tentang benda yang terkuat di dunia ; dijawabnya : khawatir.

Orang yang membiarkan dirinya diterkam oleh rasa khawatir tidak akan pernah membuat dirinya bahagia selamanya.

Masa sebelum menikah adalah saat-saat yang indah, mengapa ?

Karena baik calon suami maupun calon istri tidak pernah merasa khawatir dan memikirkan masalah yang ada, mereka berdua hanya berpikir tentang hidup bahagia dan kesenangan, memikirkan rumah tangga yang bahagia.

Seseorang bercerita kepada saya :

“Aku melamar seorang perempuan cantik yang kucintai. Kami pun menikah dan merasakan kebahagiaan yang belum pernah kami rasakan. Bahagia menyelimuti saat kami berada di rumah. Kami merasa bahwa seisi dunia merasakan apa yang kami rasakan, semuanya bahagia dan gembira.

Walau pun banyak masalah menimpa, tetapi kami tidak pernah menganggapnya apa-apa. Aku berniat menyewa apartemen dan bekerja siang malam untuk mengumpulkan uang untuk biaya sewa apartemen dan untuk membeli perlengkapan rumah tangga. Calon istriku membantu memampunya, akhirnya kami mampu menyewa apartemen kecil dan membeli beberapa keperluan rumah tangga walaupun harus meminjam uang dari teman-teman.

Hari pernikahan pun tiba, malam pertama adalah saat terindah dalam hidup kami. Namun, selang beberapa hari dari pernikahan segalanya berubah, cahaya bahagia redup dari hati, kami selalu memikirkan bagaimana melunasi hutang yang membebani. Rasa khawatir mulai menyelimuti … apa yang terjadi ? Hutangku tidaklah banyak, dan kami telah mulai mengarungi bahtera rumah tangga, apa yang sebenarnya terjadi ? Apa yang terjadi ?

Inilah pertanyaan yang selalu terngiang dalam benak kami berdua. Kami duduk bersama memikirkan apa yang terjadi. Akhirnya, kami menemukan bahwa penyebab utama dari semua ini adalah rasa khawatir. Ya, rasa khawatir. Kami telah digelayuti rasa khawatir yang menghancurkan segalanya. Padahal saat sebelum menikah, masalah yang ada jauh lebih besar dari yang ada, tetapi tidak pernah kami pikirkan, kami membuang masalah yang ada jauh-jauh. Namun setelah kami menikah masalah menjadi semakin sedikit, tetapi selalu kami pikirkan dalam-dalam. Setelah kami tahu penyebabnya, kami berdua berjanji untuk membuang jauh-jauh rasa khawatir dari hidup kami. Kami berdoa memohon perlindungan kepada Allah dari rasa khawatir. Akhirnya, Allah memberikan jalan keluar dan kami pun hidup bahagia.”

Belajar membagi waktu…

Jika Anda ingin hidup bahagia dan memperbaharui pernikahan Anda, belajarlah membagi waktu dengan baik.

Bacalah kisah yang indah di bawah ini :

Salman Al-Farisi pergi mengunjungi Abu Darda’, sesampainya di rumahnya dia melihat Ummu Darda’-istri Abu Darda’- sudah lesu dan nampak tidak memperhatikan dirinya sendiri. Salman terkejut dan bertanya, “Mengapa kamu begitu wahai Ummu Darda’ ?” Ummu Darda’ menjawab, “Saudaramu Abu Darda tidak lagi menginginkan diriku.”

Salman pun segera memahami bahwa Abu Darda’ menyia-nyiakan istrinya dan tidak memberikan haknya dengan cukup. Salman masuk dan mendapati Abu Darda’ sedang berpuasa dan sibuk beribadah kepada Allah.

Salman mengatakan kepadanya, “Sungguh, Rabbmu memiliki hak yang harus kau tunaikan, badanmu memiliki hak yang harus kau tunaikan, istrimu juga memiliki hak yang harus kau tunaikan, begitu pula dirimu, tunaikanlah kewajibanmu pada masing-masing dengan cukup.

Abu Darda’ menemui Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –dan menceritakan ucapan Salman, mendengar itu Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –bersabda, “Salman telah berkata benar.”

Inilah rahasia sukses, menunaikan kewajiban pada masing-masing pihak, luwes membagi waktu, dan memberikan porsi yang tepat bagi semua sisi kehidupan.

Allah mensyariatkan lembaga perkawinan sebagai tempat ketenangan bagi suami istri, masing-masing senang berada bersama pasangannya, mereka berdua diliputi rahmat dan cinta kasih. Inilah hakikat kehidupan rumah tangga. Jika kehidupan rumah tangga melenceng dari kerangka ini, maka telah melenceng jauh dari jalur yang benar. Orang yang cerdik selalu berusaha agar rumah tangganya bisa langgeng dan hangat.

Jika Anda sedang berada di tempat kerja, maka Anda wajib mencurahkan daya upaya untuk menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin. Begitu juga dalam Ibadah, Anda pun wajib memperbagus ibadah dan ketaatan serta meningkatkan keikhlasan.

Ketika berada di rumah, kewajiban Anda adalah membahagiakan istri, menenangkan jiwa, dan menghilangkan kepenatan. Jadikan rumah tangga sebagai Surga tempat bersenang-senang hingga seluruh masalah dan kesedihan sirna di dalamnya, perbarui rumah tanggamu, lupakan segala masalah dan kesedihan.

***

Wallahu A’lam 

Amar Abdullah bin Syakir

Sumber :

Jaddid Zawajaka !, Dr. Muhammad Mahmud al-Qadhi, ei, hal. 36-42.

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: MDH tv (Media Dakwah Hisbah )
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

About Author

Continue Reading

Keluarga

Pengantin Baru Setiap Hari

Published

on

Pengantin Baru 

Untuk menjadi pengantin baru, suami tidak harus meninggalkan istrinya dan mencari istri baru. Tetapi, yang dimaksud adalah memperbaiki problem yang ada dalam rumah tangga sehingga nampak baru dan Indah, inilah metode yang pas untuk memperbaiki rumah tangga.

Kata mengubah memiliki makna berbeda jika dibandingkan dengan kata memperbarui, mengubah sesuatu berarti mengantinya dengan sesuatu yang lain, seperti saya mengubah rumahku, berarti membangunnya dengan bangunan berbeda dari yang dulu.

Yang membuat saya memilih judul ‘perbarui pernikahanmu’ adalah sabda Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

جَدِّدُوْا إِيْمَانَكُمْ قِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيْمَانَنَا ؟ قَالَ : أَكْثِرُوْا مِنْ قَوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

“Perbarui iman kalian ! Ada yang bertanya, Bagaimana cara memperbarui iman ? Nabi menjawab, Perbanyak mengucapkan : لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ (Laa ilaaha illallahu, tidak ada sesembahan (yang hak) untuk disembah selain Allah)” (Hadis shahih riwayat Ahmad dan Hakim)

Melalui hadis ini, Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- mengajak kita memperbarui iman. Karena iman adalah urusan paling penting dalam kehidupan. Dari hadis ini seorang muslim dapat mengambil pelajaran penting untuk memperbarui seluruh sisi kehidupan. Salah satunya adalah pernikahan, yang merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan kita.

Ada lagi satu hadis yang membicarakan hal ini, yaitu :

إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا

“Allah mengutus seseorang bagi umat ini pada setiap seratus tahun untuk memperbarui agama-Nya” (HR. Abu Dawud dan al-Hakim) [1]

Pembaruan bukanlah satu hal aneh dalam Islam, bahkan menjadi salah satu kelebihan Islam yang memungkinkan syariat Islam untuk berlaku di setiap saat dan di setiap tempat. Seorang muslim harus memperbarui seluruh kehidupannya dalam rangka ketaatan kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-dan mencari keridhaan-Nya.

Amar Abdullah bin Syakir

Sumber :

Jaddid Zawajaka !, Dr. Muhammad Mahmud al-Qadhi, ei, hal. 19-21

 

Catatan :

[1] Syaikh al-Albani menshahihkan hadis ini dalam Shahih Abu Dawud, Ash-Shahihah no. 519, dan Shahih al-Jami’ Ash-Shaghir no. 1874.

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: MDH tv (Media Dakwah Hisbah )
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

About Author

Continue Reading

baru

Berbuat Baik Kepada Anak Perempuan

Published

on

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ جَاءَتْنِى مِسْكِينَةٌ تَحْمِلُ ابْنَتَيْنِ لَهَا فَأَطْعَمْتُهَا ثَلاَثَ تَمَرَاتٍ فَأَعْطَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً وَرَفَعَتْ إِلَى فِيهَا تَمْرَةً لِتَأْكُلَهَا فَاسْتَطْعَمَتْهَا ابْنَتَاهَا فَشَقَّتِ التَّمْرَةَ الَّتِى كَانَتْ تُرِيدُ أَنْ تَأْكُلَهَا بَيْنَهُمَا فَأَعْجَبَنِى شَأْنُهَا فَذَكَرْتُ الَّذِى صَنَعَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- فَقَالَ « إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ ».

 

Dari Aisyah –رَضِيَ اللهُ عَنْهاُ-bahwa ia berkata :

 

“Telah datang kepadaku seorang perempuan miskin dengan membawa dua anak perempuannya. Aku memberinya tiga buah kurma. Maka ia memberi setiap anaknya satu buah korma dan satunya lagi hendak ia masukkan ke mulutnya untuk dimakan. Tetapi dua anaknya meminta makan lagi. Ia pun membagi korma yang hendak dimakan tadi kepada keduanya. Peristiwa itu menakjubkanku, maka aku ceritakan hal itu kepada Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan baginya untuk masuk Surga atau memerdekakannya dari api neraka.”

 

Dalam riwayat lain :

 

“Barang siapa diuji dengan anak-anak perempuan lalu ia berbuat baik kepada mereka maka mereka menjadi penghalang dari api neraka.”

 

(HR. Bukhari 3/283, 10/10/426, Muslim (2630), (2629) dan Muslim meriwayatkan sendirian dalam riwayat pertama)

 

Beberapa faedah dari hadis :

 

1-Keterangan bahwa ‘Aisyah –رَضِيَ اللهُ عَنْهاُ- seorang yang suka berbuat kebaikan dan penyayang kepada manusia. Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa ia tidak punya apa-apa kecuali yang ia berikan kepada wanita miskin tadi. Dan inilah yang masyhur tentangnya. Yang semisal dengan itu, pernah suatu ketika Mu’awiyah mengiriminya uang seratus ribu dirham dan tidaklah memasuki waktu sore kecuali semuanya itu telah ia bagikan kepada orang-orang miskin dan yang membutuhkan. [1]

 

Hadis ini menjelaskan keutamaan berbuat baik kepada anak-anak, khususnya anak perempuan. Karena sebagian orang ada yang merasa kecewa jika diberi anak perempuan saja. Oleh karenanya Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah mencela orang-orang Jahiliyah yang benci dengan lahirnya anak perempuan.

 

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (58) يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (59) [النحل : 58 ، 59]

 

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburnya ke dalam tanah (hidup-hidup). Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”

(QS. An-Nahl : 58-59).

 

Watsilah bin Asqa’ berkata :

“Sesungguhnya termasuk di antara keberuntungan dari seorang wanita yakni keberkahan dan kebahagiaan adalah dengan melahirkan anak perempuan lebih dahulu sebelum lelaki, hal ini karena Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ  [الشورى : 49]

 

“Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki.”

(QS. Asy-Syuura : 49)

 

Ia dimulai dengan anak anak perempuan.

Di antara kisah menarik dalam bab ini yaitu :

bahwa ada seorang pemimpin Arab yang dijuluki Abu Hamzah. Ia menikah dengan seorang perempuan dan berharap agar diberi anak lelaki. Tetapi istrinya melahirkan anak perempuan. Maka ia pun meninggalkan rumahnya kerena besarnya amarah disebabkan lahirnya anak perempuan. Sehingga ia tinggal di rumah lain. Setelah beberapa tahun ia lewat di depan rumah istrinya dan mendengarkannya mencandai anaknya dengan bait-bait syair.

Istrinya berkata :

Mengapa Abu Hamzah tidak datang kepada kita, ia justru tinggal di rumah yang bukan milik kita.

Karena marah kami tidak melahirkan anak lelaki

Padahal urusan ini tidak tergantung kepada kemauan kita

Kita hanya bisa mengambil apa yang diberikan kepada kita dan kami adalah seperti bumi bagi petani.

Menumbuhkan apa yang telah ditanamnya pada kami.

 

Tidaklah Abu Hamzah mendengar bait-bait syair tadi sehingga muncul naluri kebapakannya, lalu ia masuk ke rumah dan mencium istri serta anaknya [2]

 

Di antara yang membuat para bapak dan ibu lebih mengutamakan anak lelaki dibanding anak perempuan adalah keyakinan mereka bahwa anak lelaki lebih bermanfaat dibanding anak perempuan. Padahal hal itu tidak mesti demikian. Boleh jadi kadang seorang anak perempuan lebih berbakti kepada orang tua dibanding anak lelaki, lebih penyayang dan lebih lembut kepada orang tuanya.

 

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ لَا تَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا  [النساء : 11]

 

“(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.”

(QS. An-Nisaa : 11)

2-Orang-orang Arab sebelum Islam tidak menunaikan hak-hak anak perempuan, maka Islam mengembalikan hak-hak mereka. Bahkan memberi dorongan untuk mengasuhnya dan memuliakannya.

Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

“Barangsiapa menanggung dua anak perempuan sampai ia baligh, ia akan datang pada hari Kiamat saya dan dia.” Beliau mendekatkan jemarinya.” (HR. Muslim) [3]

Alangkah bagusnya perkataan Shahib bin Abbad yang mensifati anak perempuan :

“Selamat datang kepada wanita yang berakal, ibunya anak-anak, pembuat tali pernikahan anak-anak yang suci dan pemberi kabar gembira dengan saudara-saudara yang akrab dan anak-anak cerdas yang saling berdatangan.”

 

Sekiranya wanita seperti apa yang kami sebutkan tadi, tentu wanita akan lebih utama dibanding lelaki.

Tidaklah ta’nits (alamat wanita) bagi matahari sebagai aib dan tidaklah tanda lelaki bagi bulan sabit satu kebanggaan.

 

3-Di antara tanda kesempurnaan dalam berbuat baik kepada anak perempuan adalah bersemangat untuk mendidik mereka, menjaganya agar menjadi wanita suci dan menjaga diri dan memilihkan suami yang shalih untuk mereka. Barangsiapa di antara orang tua yang mengerjakan hal yang demikian itu maka selamat baginya dengan pahala yang dijanjikan atas perbuatannya tadi, dijauhkan dari neraka dan dimasukkan Surga.

 

Wallahu A’lam

 

Amar Abdullah bin Syakir

 

Sumber :

Latha-if Wa Fawaid Min al-Hayati az-Zaujiyah Fii Baiti an-Nubuwwah, Khalid bin Abdurrahman Asy-Syaayi’, ei, hal.  68-73.

 

Catatan :

[1] Siyaru A’lami Nubala, 2/186

[2] Al-Bayan Wa Tabyin (1/286)

[3] Shahih Muslim (2631)

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: Hisbahtv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

About Author

Continue Reading

Trending