Pembaca yang budiman…
Seorang suami membutuhkan kata-kata lembut, sentuhan kasih, perasaan sayang, dan sikap riang yang bisa menyegarkan pandangannya, menyejukan jiwanya, dan menyenangkan hatinya. Namun, banyak istri yang kurang memperhatikan penampilannya di hadapan suami ; tidak mengenakan pakaian yang bagus, tidak menjaga kebersihan badan, dan tidak memakai wangi-wangian untuk suami, tidak memperhatikan aroma yang disenangi suami.
Bila menyambut suami, ia menyambutnya dengan pakaian kusam, rambut acak-acakan dan aroma tubuh sehabis mamasak. Bila berbicara, ia berbicara dengan suara nyaring layaknya bel pertanda istirahat. Sedangkan senyuman hampir-hampir hilang dari raut mukanya.
Kemudian, bila istri hendak keluar mengunjungi kerabat atau teman-temannya, ia berubah seratus delapan puluh derajat. Ia tidak keluar kecuali dengan pakaian terindah dan wewangian terharum, sampai-sampai orang yang melihatnya menyangka dirinya tengah menyambut malam pengantin. Lihat saja, ada perhiasan gemerlapan, jilbab berenda, mata berhiasa celak. Bagian suami dari semua itu hanyalah melihatnya ketika hendak keluar untuk beranjang sana.
Sungguh yang demikian itu adalah seburuk-buruk perangai. Perempuan yang melakukannya sangat layak untuk mendapatkan kehidupan sengsara, dan hanya akan mendatangkan bencana untuk diri sendiri dan suami, bila suami masih bersabar menghadapinya dan tetap menjadikannya sebagai istri.
Pada umumnya, perempuan seperti ini tidak bertahan lama hidup bersama suaminya, Kecuali bila secara darurat suami membutuhkan kehadirannya, sehingga terpaksa ia tetap mempertahankannya.
Bila perangai buruk tersebut ditambah dengan lidah yang tajam dan gemar mencaci suami, maka sempurna sudah kesengsaraan suami. Ia telah menumpuk kegelapan di atas kegelapan yang lain. Apakah sikap semacam ini akan dilakukan oleh perempuan yang cerdas, bijak, yang takut kepada Rabbnya, serta yang selalu mengharap kebahagiaan suami dan keluarga ?
Seorang istri yang cerdas, bijak serta memiliki agama dan sopan santun tentu berupaya meraih ridha suami dengan cara apapun yang bisa dilakukan. Maka, ia tidak akan berdandan lengkap kecuali untuk suami. Ia tidak memperhatikan perawatan diri secara saempurna kecuali untuk suami.
Bila suami hadir, ia berdandan memasang perhiasannya, mengenakan baju terbaik miliknya, memakai wangi-wangian, menata rambut dan memperhatikan kebersihan diri. Kemudian, suami tidak melihat dirinya kecuali dengan senyuman tersungging dan wajah yang cerah, serta hanya pujian dan ucapan terima kasih yang ia dengar.
Farazdaq berkata mendeskripsikan kondisi kaum perempuan :
Lembut sikap mereka kepada suami bila dia ada di sisi
Apabila suami pergi mereka menjaga diri (‘Uyun al-Akhbar, IV : 4)
Wallahu a’lam
Sumber :
Dinukil dari, “Min Akhtha az-Zaujaat”, Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, (Edisi Bahasa Indonesia), hal. 26-28 dengan ringkasan
Penulis : Amar Abdullah bin Syakir
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,