Apabila seorang muslimah yang beriman kepada Allah –subhanahu wata’ala- menginginkan penjelasan tentang keteladan yang baik dalam zuhud terhadap kehidupan dunia, dan dalam mengutamakan akhirat, serta mengharap pahala yang ada di sisi Allah di akhirat nanti, hendaknya dia menghayati (kehidupan) para shahabiyat yang mulia, dia akan mendapatkan berbagai gambaran dan keteladanan yang terang dan indah.
Para wanita beriman ini (shahabiyat) telah menghayati kitab Allah –subhanahu wata’ala-, maka mereka mendapatkan ajakan (Allah) untuk mengutamakan kehidupam akhirat.
وَالدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa (Qs. Al-A’raf : 169).
Hal ini telah menggerakan setiap ruas dari tubuh mereka untuk beramal meraih surga dan menyelamatkan diri dari Neraka. Mereka telah memberikan contoh yang paling baik, dan mereka telah menetapkan bukti-bukti paling jujur dalam beramal yang dapat mengantarkan mereka meraih Surga.
Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad dan lainnya (6/211) dengan sanad yang bagus, sebagaimana telah disebutkan oleh ibnu Hajar dalam al-Ishabah, bahwa ketika turun ayat yang memerintah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- agar istri-istrinya memilih antara hidup mewah atau hidup atau hidup apa adanya bersama Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-, Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- memulai tawaran tersebut dari Aisyah, beliau berkata, “Wahai ‘Aisyah ! Aku tawarkan kepadamu sebuah perkara, janganlah kamu mengambil keputusan terlebih dahulu sebelum kamu membicarakannya dengan kedua orang tuamu, Abu Bakar dan Ummu Ruman”. Aisyah berkata, “Apakah itu itu wahai Rasulullah ?”
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- menjawab, “Allah –subhanahu wata’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا (28) وَإِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا (29)
Hai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu: “Jika kamu sekalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, Maka Marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah[1212] dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.
dan jika kamu sekalian menghendaki (keridoan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, Maka Sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar. (Qs. Al-Ahzab : 28-29)
Aisyah berkata,
فَإِنِّي أُرِيْدُ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا أُؤَامِرُ فِي ذَلِكَ أَبَا بَكْرٍ وَلَا أُمَّ رُوْمَانَ
“Sesungguhnya aku menginginkan Allah dan RasulNya, serta kehidupan akhirat, dalam hal ini aku tidak perlu membicarakannya telebih dahulu dengan Abu Bakar dan Ummu Ruman,” dan Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- pun tertawa gembira.
Dalam tafsir ath-Thabari (jami’ al-Bayan, 21/158) disebutkan bahwa Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam memulai tawaran tersebut dari Aisyah. Ketika dia memilih Allah dan RasulNya, serta kehidupan akhirat, terlilhat kegembiraan pada wajah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-. Kemudian istri-istri Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- yang lainnya pun mengikutinya, mereka memilih Allah dan RasulNya, serta kehidupan akhirat.
Wallahu a’lam
Sumber :
Dinukil dari, “ Durusun Min Hayati ash-Shahabiyaati ”, Dr. Abdul Hamid as-Suhaibani, (Edisi Bahasa Indonesia) hal 48 – 49.
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,