Nasihat
Nasehat: Shalatlah Wahai Sahabatku!
Nasehatku kepadamu hendaklah kamu senantiasa mendirikan shalat dan menjaga shalat-shalatmu pada waktunya. Demi Allah, tidak ada seorang pun yang dapat melindungimu dari siksa Allah subhaanahu wata’ala. Ia tidak dapat menanggung dosamu, tidak pula dapat berbantahan dengan Allah subhaanahu wata’ala dalam rangka membelamu, juga tidak dapat menolak siksaNya bila menimpamu, hartamu tidak bermanfaat bagimu, tidak pula anak-anakmu, kedudukanmu tidak akan bertahan lama bersamamu, demikian pula masa mudamu. Kamu akan menyesali keteledoranmu pada hari di mana penyesalan tiada lagi berguna. Mati akan menyergapmu secara tiba-tiba disaat kamu lengah darinya. Karena itu, ambillah perbekalanmu, renungi masalahmu dan ambil pelajaran dari para pendahulumu.
Ketahuilah, bahwa hal pertama yang kelak dipertanyakan kepada seorang hamba di hari Kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka setelahnya ditanya tentang zakat, puasa dan haji. Jika shalatnya ditolak, tidak sesuatu pun dari kebaikan yang akan ditanyakan setelahnya, sekalipun ia membayar zakat, berpuasa dan melaksanakan haji. Ketahuilah, bahwa siapa yang meninggalkan kewajiban shalat secara sengaja, maka jaminan dan tanggungan Allah subhaanahu wata’ala dan RasulNya terlepas darinya.
Berhati-hatilah, jangan sampai kamu termasuk orang-orang Islam gadungan yang hanya shalat dalam satu waktu sementara di waktu-waktu lainnya dia meninggalkannya. Juga jangan sampai kamu termasuk orang-orang munafik yang bila mendirikan shalat bermalas-malasan, minta dilihat orang lain (berbuat riya’) dan tidak mengingat Allah subhaanahu wata’ala kecuali hanya sedikit.
Berhati-hatilah, jangan sampai setan menguasai lisanmu sebagaimana menguasai lisan-lisan kebanyakan kaum Muslimin gadungan yang mengatakan, ‘Yang menjadi tolok ukur bukan shalat, tetapi kejernihan hati dan tidak menipu orang lain’. Mereka mengklaim tidak pernah menyakiti seorang pun sekalipun tidak pernah shalat. Demi Allah, mereka itu dusta! Mereka bahkan telah menyakiti Allah subhaanahu wata’ala, RasulNya dan orang-orang beriman.
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا (57) وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 57-58).
Bentuk menyakiti Allah subhaanahu wata’ala macam apalagi yang lebih besar daripada berbuat maksiat terhadapNya? Bentuk menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apalagi yang lebih besar daripada menentangnya? Bentuk menyakiti orang-orang beriman macam apalagi yang lebih besar daripada melecehkan agama mereka dan mengikuti selain jalan mereka?
Bila kamu melihat sekelompok orang melakukan shalat namun mereka melakukan perbuatan maksiat, maka ketahuilah, bahwa mereka tidaklah terjaga dari melakukan kekeliruan. Kemaksiatan yang mereka lakukan tidak ada kaitannya dengan shalat mereka. Kamu tidaklah dalam posisi sebagai pemberi sanksi kepada mereka maupun mewakili mereka. Percayalah, bahwa suatu hari mereka akan jera dengan tingkah laku buruk mereka. Jadilah kamu lebih baik daripada mereka, panutan dan pemberi nasehat bagi mereka. Jadilah kamu termasuk orang-orang yang shalatnya mencegahnya dari kemungkaran dan janganlah termasuk orang yang shalatnya tidak membuatnya selain makin jauh dari Allah subhaanahu wata’ala.
Shalatlah, jika kamu berakal. Demi Allah, orang yang berakal sehat, tidak akan pernah meninggalkan shalat. Berhati-hatilah, jangan sampai kamu menjadi orang-orang yang tidak menggunakan akal dan panca indera dalam hal yang bermanfaat, bahkan justru mengikuti hawa nafsu dan setan! Sesungguhnya Allah subhaanahu wata’ala mengecam dan mencela kelalaian mereka dengan firmanNya,
لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergukan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179).
Shalatlah, jika kamu orang yang merdeka dan terhormat! Janganlah mengikuti orang-orang yang keluar dari agama (murtad) dan janganlah terperdaya dengan banyaknya jumlah orang-orang yang celaka.
Shalatlah, jika kamu termasuk orang yang pandai mengingat jasa baik dan berterimakasih atas perbuatan baik.
Shalatlah, jika kamu tulus dalam keislamanmu dan janganlah perbuatanmu bertentangan dengan perkataanmu sehingga kamu termasuk orang-orang munafik.
Shalatlah, jika kamu mencintai dirimu agar kelak selamat dari adzab yang pedih. Berhati-hatilah, jangan sampai kamu membangkang dan berlarut-larut di atas kesalahanmu sehingga setan mempecundangimu, lalu membuatmu lupa mengingat Allah subhaanahu wata’ala, sehingga kamu termasuk orang-orang yang merugi.
Shalatlah, jika kamu seorang yang berbakti kepada kedua orang-tua agar Allah subhaanahu wata’ala menerima doamu dan permintaan ampunanmu untuk keduanya.
Shalatlah, jika kamu mencintai anak-anakmu dan jadilah teladan yang baik bagi mereka. Bagaimana mungkin kamu bercita-cita menumbuh kembangkan mereka di atas Islam jika kamu sendiri tidak mempraktekkannya? Apakah kamu rela melihat mereka kelak terbolak-balik di api neraka?
Shalatlah, jika kamu setia kepada isterimu, menginginkan kebaikan untuknya dan berharap keselamatan baginya. Tidakkah kamu melihatnya shalat sekalipun kamu tidak shalat? Apakah kamu merasa terhormat bila ia menjadi wanita yang shalih dan bertakwa sementara kamu hidup bersamanya sebagai seorang yang durhaka? Bagaimana ia bisa percaya terhadap kesetiaanmu, jika kamu sendiri tidak pernah setia terhadap kedua orang-tua dan anak-anakmu?
Shalatlah, jika kamu tulus mengabdi kepada negerimu. Orang yang tidak dapat diharapkan kebaikannya bagi agamanya, tidak akan mungkin dapat diharapkan kebaikannya untuk negerinya. Bagaimana Allah subhaanahu wata’ala akan menjaga negeri-negeri bilamana penduduknya berbuat maksiat kepadaNya dan mengingkari nikmat-nikmatNya? Tidaklah orang-orang Yahudi dapat menguasai mereka melainkan karena mereka meninggalkan shalat dan melakukan perbuatan keji dan mungkar?
Shalatlah, jika kamu mencintai Allah subhaanahu wata’ala. Sebab orang yang mencintai tidak akan merasa bahagia kecuali dengan berbisik berdua dengan yang dia cintai. Karena itu, hendaklah shalatmu menjadi bagian dari bisikan (munajat)mu.
Shalatlah, jika kamu takut kepada Allah subhaanahu wata’ala Yang Maha Besar sebab Dia telah mengancam orang yang tidak mendirikan shalat dengan memasukkannya ke dalam api neraka. Sedangkan kamu, wahai orang yang patut dikasihani, tidak dapat menahan panasnya matahari, maka apalagi menahan panas api neraka? Api di dunia merupakan satu bagian dari tiga puluh bagian api di akhirat, sedang api di akhirat berwarna hitam legam. Manusia yang terjerumus ke dalam api Neraka memerlukan waktu tujuh puluh tahun hingga mencapai dasarnya.
Apakah menyenangkanmu, wahai sahabatku, pada hari Kiamat kelak dikatakan, “Kamu termasuk orang-orang yang berbuat kejahatan karena tidak shalat?” Apakah menyenangkanmu bila Allah subhaanahu wata’ala Yang Maha Pembalas mengatakan kepada para malaikat yang bengis,
خُذُوهُ فَغُلُّوهُ (30) ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ (31) ثُمَّ فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوهُ (32)
“Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (QS. Al-Haqqah: 30-32).
Bukankah kamu sepakat denganku bahwa meninggalkan shalat adalah perbuatan maksiat? Lalu, kenapa kamu meninggalkannya? Apakah kamu memiliki jaminan dari Allah subhaanahu wata’ala bahwa Dia akan mengampunimu? Tidakkah kamu mendengar pesan Allah kepada RasulNya, Artinya, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku takut akan adzab hari yang besar (hari Kiamat), jika aku mendurhakai Rabbku’.”? (QS. Al-An’aam: 15).
Apakah kamu lebih mulia di hadapan Allah subhaanahu wata’ala ataukah RasulNya? Bila Rasul-Nya menurut pandanganmu lebih mulia -dan inilah yang benar-, maka mengapa dia bisa takut kepada Rabbnya sedang kamu tidak?
Wahai sahabatku, andaikata seorang polisi mengancammu, pastilah kamu amat memperhitungkannya. Andaikata seorang gubernur mengancammu, pastilah kamu tidak dapat memejamkan mata saking takutnya. Andaikata penguasa tertinggi di negeri mengancammu, pastilah punggungmu akan terputus saking takut dan cemasnya kamu. Nah, bagaimana bila yang mengancammu itu adalah Dzat Yang Maha Pembalas Lagi Perkasa, kemana kamu akan pergi dan siapa yang akan menyelamatkanmu dariNya?
Apakah penyesalan dan tangismu dapat menyelamatkanmu bila telah berhadapan langsung dengan api neraka? Manfaat mana yang dapat kamu kumpulkan di dalam kehidupan dunia ini untuk menyongsong kehidupan akhirat bila kamu tidak shalat? Apa kerugian yang kamu alami bila shalat? Mana di antara dua hal yang paling kamu sukai: bersama orang-orang yang bahagia di surga atau bersama orang-orang yang sengsara di neraka?
Shalatlah, karena sesungguhnya kamu butuh pada (pertolongan) Allah subhaanahu wata’ala Yang Maha Agung. Kenalilah Allah subhaanahu wata’ala di saat engkau dalam kondisi mudah, niscaya Dia akan mengenalmu di saat engkau dalam kondisi sulit.
Shalatlah, dan janganlah kamu menjadi seorang Muslim keturunan yang mengklaim berafiliasi pada Islam padahal Islam berlepas diri darimu. Berhati-hatilah, jangan sampai kamu menjadi alat pendongkel yang menghancurkan dan merobohkan Islam. Berbanggalah dengan keislamanmu seperti kebanggaan sang penyair,
# Islam adalah ayahku, tidak ada ayah bagiku selainnya
# Disaat pada Qais atau pun Tamim mereka berbangga
Shalatlah, pasti kamu menjadi pelindung bagi saudara-saudaramu sesama Muslim yang baik. Kamu menyebabkan jumlah mereka banyak, memperkuat mereka, mengalahkan musuh mereka, mengurangi jumlah orang-orang munafik.
Shalatlah, pasti kamu membuat ridha Sang Maha Pengasih, membuat jengkel setan dan mementahkan tipu daya para penipu.
Shalatlah, sebab shalat adalah cahaya yang dapat menghilangkan gelapnya kesesatan dan kebatilan, menanamkan petunjuk dan kebenaran ke dalam hati, menyinari gelapnya kuburmu dan bergemerlapan pada dahimu dengan terang benderang pada hari Kiamat.
Shalatlah, sebab shalat merupakan faktor paling besar yang dapat menghalangimu dari melakukan maksiat dan belenggu paling keras bagi setan dan hawa nafsu.
Shalatlah, sebab perkara hisab (perhitungan amal perbuatan) amatlah sulit, sedang yang berwenang melakukan hisab adalah Maha Kuasa. Ketahuilah, bahwa bila binatang ternak melihat kesengsaraan-kesengsaraan dan prahara-prahara yang disediakan bagi manusia pada hari Kiamat kelak, pastilah akan mengatakan, “Wahai sekalian manusia, segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kami seperti kalian. Surga tidak kami harapkan dan siksaan pun tidak kami takutkan.” Sementara pelaku kejahatan pada hari itu berangan-angan kiranya menjadi debu.
Sebagai penutup, shalatlah wahai saudaraku sesama Muslim! Aku melaksanakan shalat dan mengharapkan kebaikan bagimu sama seperti halnya mengharapkannya untuk diriku selama kamu adalah saudaraku sesama Muslim.
Shalatlah sebagai ungkapan ketaatan kepada Allah subhaanahu wata’ala Yang berfirman,
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى
“Peliharalah segala Shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wusthaa (Ashar). Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu.” (QS. Al-Baqarah: 238).
Dan juga karena rasa khawatir kelak dikumpulkan dalam kelompok orang-orang kafir. Sebab telah diriwayatkan sebuah hadits yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
اَلْعَهْدُ الَّذِيْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَ كَهَا فَقَدْ كَفَرَ.
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang-orang munafik) adalah shalat; siapa yang meninggalkannya, maka ia telah kafir.” (HR. at-Tirmidzi).
Shalatlah! Sebab aku, demi Allah Yang tiada tuhan -yang berhak disembah- selain Dia, adalah termasuk orang-orang yang menginginkan kebaikan bagimu.
Semoga Allah subhaanahu wata’ala menjadikanku dan kamu termasuk orang-orang yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti (pesan) yang paling baik darinya.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel Hisbah di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet
Nasihat
Jangan Kotori Nama Baik Islam
قال يحيى بن معاذ رحمه الله:
“الليل طويل فلا تقصره بمنامك، والإسلام نقي فلا تدنسه بآثامك”.
(لطائف المعارف لابن رجب ص 327)
(Jangan Kotori Nama Baik Islam)
Berkata Yahya bin Muadz Rahimahullah Ta’ala:
“Malam itu panjang, maka janganlah jadikan ia pendek dengan tidurmu.
Dan Islam itu suci, maka janganlah kau kotori ia dengan kesalahanmu”.
(Lathaiful Maarif Ibnu Rajab hlm 327)
Nasihat
Demikianlah Kesengsaraan bagi Para Pezina **
Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda :
لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ
Seorang pezina tidak akan berzina ketika dia berzina sedangkan dia beriman. [1]
Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-berkhutbah dalam shalat Khusuf :
يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ مَا أَحَدٌ أَغْيَرَ مِنْ اللَّهِ أَنْ يَرَى عَبْدَهُ أَوْ أَمَتَهُ تَزْنِي
“Wahai umat Muhammad, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah ketika Dia melihat hamba-Nya yang laki-laki atau perempuan sedang berzina. [2]
Mahasuci Allah, Mahasuci Engkau wahai Rabb kami, betapa Engkau Maha Penyabar dan Maha Pengasih.
Sungguh lelaki pencemburu itu jika melihat lelaki lain bersama wanita yang tidak halal baginya, lelaki itu dilihatnya berbicara tidak wajar dengan wanita tersebut, pembicaraan yang isinya ada nuansa mesum serta jerat-jerat rayuan, dia tidak dapat menahan emosinya demi melihat keduanya dan mendengar pembicaraan tersebut.
Inilah dia, salah satu contoh seorang lelaki yang relung jiwanya telah dipenuhi dengan api kecemburuan [3], suatu kali dia berkata, “Jika aku melihat seorang lelaki sedang berduan bersama istriku, tentu aku segera menebasnya dengan pedang, tidak dengan bagian tumpulnya (tetapi dengan matanya yang tajam).” Sampailah perkataannya ini kepada Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, maka beliau pun bersabda, “Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’ad ?! Sesungguhnya aku lebih cemburu dari dia dan Allah lebih cemburu daripada aku.” [4]
Tidak sadarkah setiap lelaki yang gemar berbicara dan bertutur manis dengan kaum wanita, tidak sadarkah dia bahwa kebiasaannya itu mendekatkan pada perzinaan ?!!
Tidak berakalkah dia, padahal dia tahu bahwa Allah senantiasa mengawasinya ?!!
Tidakkah dia tahu bahwa Allah cemburu kepadanya ?!!
Tidakkah dia tahu bahwa Allah sangat keras siksanya ?!!
Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-pernah bermimpi, kemudian beliau menuturkan “Suatu malam aku bermimpi, ada dua orang yang mendatangiku, lalu keduanya mengajakku pergi, ‘Ayo kita berangkat,’ Aku pun pergi bersama keduanya.”
Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-melanjutkan kisahnya, “Kami terus berjalan hingga sampai pada sebuah rumah yang dibangun seperti tungku”
Perawi berkata (Samurah bin Jundub), “Kira-kira Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda, ‘Ternyata di dalamnya ada suara gaduh dan hiruk pikuk. Lalu kami menengok ke arah tungku itu dan ternyata di sana ada kaum laki-laki dan perempuan yang telanjang. Tiba-tiba dari bawah mereka menyambar api yang menyala-nyala. Ketika api itu muncul mereka pun gaduh’.” Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda, “Aku bertanya kepada keduanya, siapakah mereka ?” Maka perawi melanjutkan pembicaraannya hingga sampailah pada jawaban keduanya, (yang membawa Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-), keduanya menjawab terus, “Adapun laki-laki dan perempuan yang telanjang di bangunan semisal tungku itu adalah para pezina perempuan dan laki-laki.” [5]
Kita berlindung kepada Allah dari perzinaan.
Maha suci Allah, demikianlah Allah memberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakan. Kemaluan yang bayak digunakan untuk menikmati yang haram akan disiksa dengan nyala api yang datang dari bawahnya sampai membakarnya.
Alangkah rugi dan celaka para pemilik kemaluan seperti itu !!
Alangkah sedikit ilmu mereka dan alangkah parah kebodohan mereka !!
Kenikmatan sesaat yang mereka reguk, ternyata mendatangkan kesedihan dan kesusahan seperti ini. Demikianlah kesengsaraan bagi para pezina. Kiranya benar apa yang disampaikan oleh Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, “Neraka itu dikelilingi dengan syahwat.”
Mahasuci Allah, sekali kaki ini tergelincir, ekornya adalah segala macam kerugian dan penyesalan !! Jika syahwatnya dilampiaskan di jalan yang haram, buntutnya adalah kehinaan dan kerendahan, siksa yang pedih dan api yang menyala-nyala. Tidak ada kebaikan sedikitpun untuk kesenangan sesaat yang berujung pada api neraka sebagaimana yang telah dikabarkan.
Sebagian ahli ilmu [6] telah menshahihkan hadis dari Ibnu Umar-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ –yang di dalamnya ada sabda Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- sebagai berikut :
يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ ، خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ ، لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ ، حَتَّى يُعْلِنُوا ، بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ ، الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا…
Wahai sahabat Muhajirin, ada lima perkara apabila kalian diuji dengannya maka kalian akan menerima cobaan dan berbagai siksaan. Aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya : Tidaklah perbuatan keji (zina) nampak pada suatu kaum sehingga mereka mengumbarnya secara terang-terangan, kecuali penyakit kolera, demam, dan berbagai penyakit yang tidak pernah menimpa umat terdahulu akan mewabah…
Dalam kitab Shahihain [7] terdapat satu hadis dari Ibnu Mas’ud, dia berkata, “Aku bertanya kepada Nabi, ‘Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah ta’ala ? Beliau menjawab, ‘Yaitu kamu menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dia-lah yang menciptakanmu.’ Aku berkata, ‘Sungguh itu sangatlah besar. lalu apa lagi ?” Beliau menjawab, ‘Yaitu kamu membunuh anakmu karena takut jika kelak ia makan bersamamu.’ ‘Lalu apa lagi ?’ tanyaku lagi. Beliau menjawab, ‘Yaitu kamu berzina dengan kekasih (maksudnya istri) tetanggamu’.”
Wallahu A’lam
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Bahtsu fi Qaulihi Ta’ala : Walaa Taqrabuz Zina, Musthafa al-Adawi, ei, hal.21-24
Catatan :
[1] HR. al-Bukhari, no. 2475; Muslim, no. 75, dari jalur Abu Hurairah secara marfu’.
[2] HR. Bukhari, no. 1044, Muslim, hal.901
[3] Dia adalah Sa’ad bin Ubadah.
[4] HR. Bukhari, no. 6846; Muslim, no. 1499
[5] HR. al-Bukhari, no. 6846; Muslim, no. 1499.
[6] Di antara yang menshahihkannya adalah Syaikh Nashiruddin al-Albani-semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya yang luas kepada beliau- di dalam kitabnya Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah dengan no. 106. Dalam hal ini saya (penulis) tidak sependapat dengan beliau. Hadis ini diriwayatkan dari jalur Atha bin Abi Rabah dari Ibnu Umar. Para ulama berbeda pendapat tentang keshahihan riwayat Atha dari Ibnu Umar. Menurut saya, pendapat yang kuat adalah Atha tidak pernah mendengar hadis ini dari Ibnu Abbas. Kemudian syaikh al-Albani menghadirkan hadis lain sebagai penguat, yaitu hadis :
وَمَا ظَهَرَتِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ إِلَّا سَلَطَ اللهُ عَلَيْهِمُ الْمَوْتُ
Tidaklah perbuatan zina tampak pada suatu kaum, melainkan kematian akan menguasai mereka.
Tapi sayang, sanadnya tidak sama. Hadis ini diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ -.
[7] Shahih Bukhari, no. 4477, dan Shahih Muslim, no. 86.
baru
Sejumlah Ancaman Bagi Pelaku Zina **
Sejumlah Ancaman Bagi Pelaku Zina
**
Khusus untuk perbuatan zina, maka ada sejumlah nash yang memberikan ancaman bagi pelakunya.
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا [الإسراء : 32]
Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (al-Isra : 32)
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
الزَّانِي لَا يَنْكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنْكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ [النور : 3]
Laki-laki pezina tidak menikah kecuali dengan perempuan pezina atau perempuan musyrik, dan perempuan pezina tidak dinikahi kecuali oleh laki-laki pezina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin. (an-Nur : 3)
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (7) [المؤمنون : 5 – 7]
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampoi batas (al-Mukminun : 5-7)
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (69) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (70) [الفرقان : 68 – 70]
Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakin) akan dilipatgandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih ; maka dari itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (al-Furqan : 68-70)
Wallahu A’lam
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Bahtsu fi Qaulihi Ta’ala : Walaa Taqrabuz Zina, Musthafa al-Adawi, ei, hal. 19-20
-
Akhlak4 tahun ago
Pencuri dan Hukumannya di Dunia serta Azabnya di Akhirat
-
Khutbah8 tahun ago
Waspadailah Sarana yang Mendekatkan pada Zina
-
Fatwa9 tahun ago
Serial Soal Jawab Seputar Tauhid (1)
-
Nasihat8 tahun ago
“Setiap Daging yang Tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih berhak baginya.”
-
Fiqih Hisbah8 tahun ago
Diantara Do’a Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam
-
safinatun najah6 tahun ago
Manfaat Amar Maruf Nahi Munkar
-
Tarikh9 tahun ago
Kisah Tawakal dan Keberanian Abdullah bin Mas’ud
-
Akhlak7 tahun ago
Riya & Sum’ah: Pamer Ibadah