Salah satu pembeda antara seorang mukmin sejati dan seorang munafik yang mengaku beriman adalah sifat bermalas-malasan. Bahkan penentuan sifat ini sebagai indikator disebutkan secara jelas dalam beberapa dalil, salah satunya adalah firman Allah Ta’ala:
{وَمَا مَنَعَهُمْ أَن تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلاَّ أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللهِ وَبِرَسُولِهِ وَلاَ يَأتُونَ الصَّلاَةَ إِلاَّ وَهُمْ كُسَالَى وَلاَ يُنفِقُونَ إِلاَّ وَهُمْ كَارِهُون (التوبة 54)}
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (QS At Taubah: 54)
Maka agar tidak menyerupai kaum munafikin, Allah Ta’ala memperingatkan kaum mukminin dari sifat malas ini, yaitu dalam firman-Nya:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انفِرُوا فِي سَبِيلِ اللهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأَرْضِ أَرَضِيتُم بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ قَلِيل (38)} [التوبة]
“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” (QS At Taubah: 38)
Bahkan lebih dari pada itu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam pun sampai berdoa berlindung diri daripada tertimpa sifat malas ini, sebagaimana yang diriwayatkan:
روى مسلم في صحيحه من حديث أنس بن مالك قال: كان رسول اللَّه صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يقول: «اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القبر ومِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ»
Pada Sahih Muslim, dari hadits Anas bin Malik beliau berkata: bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam berdoa:
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung padamu dari kelemahan, kemalasan, rasa pengecut, cepat tua, dan bakhil. Dan aku berlindung padamu dari azab kubur dan dari fitnah kehidupan dan kematian”.
Dan malas ada dua macam:
Pertama:
Kemalasan Akal, yaitu malas menggunakannya untuk memikirkan, mentadabburi dan memperhatikan pemberian dan nikmat-nikmat Allah yang begitu besar.
Dan yang termasuk malas menggunakan akal adalah tidak mempergunakannya untuk kemaslahatan duniawi, seperti bertani, berdagang, berbisnis dan lain sebagainya dari profesi yang ada. Dan tidaklah suatu mundur peradaban suatu kaum kecuali disebabkan oleh malasnya orang-orang berakal mereka, sehingga mereka tidak mempergunakan kekuatan yang diberikan oleh Allah Ta’ala untuk menciptakan dan berkarya.
Kedua:
Malas Jasmani
Jasmani yang malas akan berdampak negatif kepada pelaksanaan kewajiban ibadah, seperti shalat lima waktu di masjid, berdakwah, menuntut ilmu agama dan lain sebagainya.
Dan seperti yang telah disebutkan, salah satu sebab kemunduran suatu peradaban adalah sebab kemalasan umat tersebut untuk menjaga peradabannya dan terus memajukannya.
Maka ketahuilah, dengan bermalas-malasan seseorang akan menjadi lemah, baik secara jasmani, intelektual dan ekonomi.
Perhatikan hadits berikut:
«الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ»
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, hanya saja pada keduanya tetap terdapat kebaikan masing-masing. Bersungguh-sungguh untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu. Mintalah pertolongan dari Allah dan jangan lemah! Apabila sesuatu menimpa dirimu, janganlah engkau mengatakan: “andai aku tidak melakukannya, pasti tidak terjadi begini”, akan tetapi katakan: “Qaddarallah Maa Syaa-a Fa’ala (Telah di takdirkan Allah, Dia melakukan apa yang dikehendaki-Nya), karena ucapan ”seandainya” dapat membuka pintu bagi syaitan”.
(HR Muslim)
Jadi, seorang muslim yang ideal adalah kuat, baik fisiknya, kecerdasannya, apalagi ekonominya, tentu akan sangat bermanfaat bagi umat.
Terakhir berikut beberapa cara untuk mengusir rasa malas:
1. Meminta pertolongan dari Allah Ta’ala, sebagaimana yang tertera pada hadits sebelumnya.
2. Berwudhu, zikir, dan shalat.
3. Hendaklah seorang hamba mengetahui bahwa Allah Ta’ala sangat menyeru hambanya untuk serius menggapai kebaikan.
4. Hendaklah seorang hamba menyadari bahwa malas adalah sifat tercela, bahkan termasuk dari salah satu ciri khas orang munafik.
Mari, mulailah menjadi pribadi yang aktif dan produktif, sehingga menjadi sosok yang bermanfaat bagi umat bukan menjadi sampah masyarakat.
Nabi bersabda:
(خير الناس أنفعهم للناس )
“Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi umat manusia”.