Connect with us

Nasihat

Perkataan yang Tidak tercela

Published

on

Lidah adalah salah satu anggota badan yang paling banyak berperan dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara, merasakan rasa makanan, mengatur posisi makanan ketika di mulut dan lain sebagainya adalah suatu nikmat luar biasa yang Allah berikan melalui lidah yang kita miliki, tanpanya kita akan tercegah dari berbagai  nikmat yang Allah berikan kepada hambanya melalui lidah. Menggunakannya kepada hal-hal yang dimurkai oleh Allah termasuk salah satu bentuk kufur nikmat.

Anggota badan yang kecil dan tak bertulang ini tidak hanya berpengaruh di kehidupan duniawi saja tetapi bergitu berpengaruh kepada akhirat seseorang. Banyak orang yang selamat api neraka setelah mengikrarkan syahadat yang tentu diucapkan dengan lidahnya, banyak orang yang di akhirat memiliki istana-istana, kebun-kebun, serta pepohonan karena pahala dzikir yang senantiasa dia lantunkan ketika didunia melalui lidahnya, banyak pula orang-orang yang derajatnya disurga senantiasa diangkat oleh Allah ta’ala karena ia menggunakan lidahnya untuk menghafal dan melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an.

Disamping banyak juga orang yang terjerumus kejurang neraka karena lidahnya yang tidak terkontrol ketika berbicara, betapa banyak orang yang harus menanggung berbagai macam adzab diakhirat lantaran lidahnya yang berbisa dan menyakiti orang lain dengan perkataan, dan betapa banyak orang yang masuk kedalam perumpamaan Al-Qur’an ketika Allah mengumpamakan para penggunjing dengan pemakan daging bangkai.

Sungguh peringatan yang sangat berharga ketika Allah ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18)

Dengan demikian sudah selayaknya bagi seorang muslim yang taat kepada tuhannya untuk menjaga setiap perkataan yang diucapkannya karena ada para malaikat yang mencatatnya, hendaknya ia tidak berkata-kata kecuali dengan perkataan yang baik agar tidak menjadi penyesalan di kemudian hari dimana kata-kata yang sudah terucap tak akan lagi dapat ditarik kembali.

Nabi menyebutkan 3 macam perkataan anak adam yang tidak akan menjadi penyesalan baginya:

كُلُّ كَلَامِ ابْنِ آدَمَ عَلَيْهِ لَا لَهُ إِلَّا أَمْرٌ بِمَعْرُوفٍ أَوْ نَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ أَوْ ذِكْرُ اللَّهِ

Setiap perkataan anak Adam, menjadi tanggung jawabnya dan tidak memiliki nilai apa pun baginya kecuali memerintah yang ma’ruf, mencegah yang munkar, dan dzikir pada Allah SWT. (HR. At-Turmudzi.)

Dalam kitab ‘Mirqaatul Mafatiih’ hadits ini dijelaskan bahwa semua perkataan manusia akan menjadi kemudharatan atau menjadi catatan yang harus dipertanggung jawabkan nanti diakhirat atau tidak dicatat sebagai dzikir dalam lembaran amalnya kecuali tiga hal yang disebutkan didalam hadits;

(1) Amar ma’ruf, karena ia bermanfaat bagi orang lain dimana amar ma’ruf adalah menyeru manusia untuk melaksanakan syariat,

(2) Nahi mungkar, karena ia merupakan pencegah dan pengurangan bagi manusia dari perbuatan mungkar,

(3) Berdzikir kepada Allah, dimana didalamnya terdapat keridhoan Allah subhanahu wa ta’ala seperti membaca Al-Qur’an dan bersholawat kepada nabi shallallahu alaihi wa sallam dan lain-lain.

Setelah menjelaskan makna dari tekstual hadits diatas, penulis ‘Mirqatul Mishbah’ berkata, “menurut makna tekstual dari hadits ini, (seakan-akan) tidak ada perkataan yang diperbolehkan bagi manusia (selain tiga hal tersebut), kecuali jika kita pahami bahwa maksud (dari hadits ini) adalah untuk memberikan penekanan akan jeleknya berbicara pembicaraan yang tidak bermanfaat, jika kita takdirkan (ungkapkan dengan kalimat lain) menjadi ‘setiap perkataan manusia akan menjadi sia-sia baginya dan tidak ada manfaatnya kecuali (3 perkataan) yang telah disebutkan atau semacamnya.”

Wallahu a’lam

Penulis : Arinal Haq

 Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Nasihat

Jangan Kotori Nama Baik Islam

Published

on

قال يحيى بن معاذ رحمه الله:
“الليل طويل فلا تقصره بمنامك، والإسلام نقي فلا تدنسه بآثامك”.
(لطائف المعارف لابن رجب ص 327)

(Jangan Kotori Nama Baik Islam)



Berkata Yahya bin Muadz Rahimahullah Ta’ala:
“Malam itu panjang, maka janganlah jadikan ia pendek dengan tidurmu.
Dan Islam itu suci, maka janganlah kau kotori ia dengan kesalahanmu”.
(Lathaiful Maarif Ibnu Rajab hlm 327)

Continue Reading

Nasihat

Demikianlah Kesengsaraan bagi Para Pezina **

Published

on

Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda :

لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ

Seorang pezina tidak akan berzina ketika dia berzina sedangkan dia beriman. [1]

Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-berkhutbah dalam shalat Khusuf :

يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ مَا أَحَدٌ أَغْيَرَ مِنْ اللَّهِ أَنْ يَرَى عَبْدَهُ أَوْ أَمَتَهُ تَزْنِي

“Wahai umat Muhammad, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah ketika Dia melihat hamba-Nya yang laki-laki atau perempuan sedang berzina. [2]

Mahasuci Allah, Mahasuci Engkau wahai Rabb kami, betapa Engkau Maha Penyabar dan Maha Pengasih.

Sungguh lelaki pencemburu itu jika melihat lelaki lain bersama wanita yang tidak halal baginya, lelaki itu dilihatnya berbicara tidak wajar dengan wanita tersebut, pembicaraan yang isinya ada nuansa mesum serta jerat-jerat rayuan, dia tidak dapat menahan emosinya demi melihat keduanya dan mendengar pembicaraan tersebut.



Inilah dia, salah satu contoh seorang lelaki yang relung jiwanya telah dipenuhi dengan api kecemburuan [3], suatu kali dia berkata, “Jika aku melihat seorang lelaki sedang berduan bersama istriku, tentu aku segera menebasnya dengan pedang, tidak dengan bagian tumpulnya (tetapi dengan matanya yang tajam).” Sampailah perkataannya ini kepada Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, maka beliau pun bersabda, “Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’ad ?! Sesungguhnya aku lebih cemburu dari dia dan Allah lebih cemburu daripada aku.” [4]

Tidak sadarkah setiap lelaki yang gemar berbicara dan bertutur manis dengan kaum wanita, tidak sadarkah dia bahwa kebiasaannya itu mendekatkan pada perzinaan ?!!

Tidak berakalkah dia, padahal dia tahu bahwa Allah senantiasa mengawasinya ?!!

Tidakkah dia tahu bahwa Allah cemburu kepadanya ?!!

Tidakkah dia tahu bahwa Allah sangat keras siksanya ?!!

Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-pernah bermimpi, kemudian beliau menuturkan “Suatu malam aku bermimpi, ada dua orang yang mendatangiku, lalu keduanya mengajakku pergi, ‘Ayo kita berangkat,’ Aku pun pergi bersama keduanya.”

Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-melanjutkan kisahnya, “Kami terus berjalan hingga sampai pada sebuah rumah yang dibangun seperti tungku”



Perawi berkata (Samurah bin Jundub), “Kira-kira Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda, ‘Ternyata di dalamnya ada suara gaduh dan hiruk pikuk. Lalu kami menengok ke arah tungku itu dan ternyata di sana ada kaum laki-laki dan perempuan yang telanjang. Tiba-tiba dari bawah mereka menyambar api yang menyala-nyala. Ketika api itu muncul mereka pun gaduh’.” Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda, “Aku bertanya kepada keduanya, siapakah mereka ?” Maka perawi melanjutkan pembicaraannya hingga sampailah pada jawaban keduanya, (yang  membawa Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-), keduanya menjawab terus, “Adapun laki-laki dan perempuan yang telanjang di bangunan semisal tungku itu adalah para pezina perempuan dan laki-laki.” [5]

Kita berlindung kepada Allah dari perzinaan.

Maha suci Allah, demikianlah Allah memberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakan. Kemaluan yang bayak digunakan untuk menikmati yang haram akan disiksa dengan nyala api yang datang dari bawahnya sampai membakarnya.

Alangkah rugi dan celaka para pemilik kemaluan seperti itu !!

Alangkah sedikit ilmu mereka dan alangkah parah kebodohan mereka !!

Kenikmatan sesaat yang mereka reguk, ternyata mendatangkan kesedihan dan kesusahan seperti ini. Demikianlah kesengsaraan bagi para pezina. Kiranya benar apa yang disampaikan oleh Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, “Neraka itu dikelilingi dengan syahwat.”

Mahasuci Allah, sekali kaki ini tergelincir, ekornya adalah segala macam kerugian dan penyesalan !! Jika syahwatnya dilampiaskan di jalan yang haram, buntutnya adalah kehinaan dan kerendahan, siksa yang pedih dan api yang menyala-nyala. Tidak ada kebaikan sedikitpun untuk kesenangan sesaat yang berujung pada api neraka sebagaimana  yang telah dikabarkan.

Sebagian ahli ilmu [6] telah menshahihkan hadis dari Ibnu Umar-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ –yang di dalamnya ada sabda Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- sebagai berikut :

يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ ، خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ ، لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ ، حَتَّى يُعْلِنُوا ، بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ ، الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا…

Wahai sahabat Muhajirin, ada lima perkara apabila kalian diuji dengannya maka kalian akan menerima cobaan dan berbagai siksaan. Aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya : Tidaklah perbuatan keji (zina) nampak pada suatu kaum sehingga mereka mengumbarnya secara terang-terangan, kecuali penyakit kolera, demam, dan berbagai penyakit yang tidak pernah menimpa umat terdahulu akan mewabah…



Dalam kitab Shahihain [7] terdapat satu hadis dari Ibnu Mas’ud, dia berkata, “Aku bertanya kepada Nabi, ‘Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah ta’ala ? Beliau menjawab, ‘Yaitu kamu menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dia-lah yang menciptakanmu.’ Aku berkata, ‘Sungguh itu sangatlah besar. lalu apa lagi ?” Beliau menjawab, ‘Yaitu kamu membunuh anakmu karena takut jika kelak ia makan bersamamu.’ ‘Lalu apa lagi ?’ tanyaku lagi. Beliau menjawab, ‘Yaitu kamu berzina dengan kekasih (maksudnya istri) tetanggamu’.”

Wallahu A’lam

Amar Abdullah bin Syakir

Sumber :

Bahtsu fi Qaulihi Ta’ala : Walaa Taqrabuz Zina, Musthafa al-Adawi, ei, hal.21-24

 

Catatan :

[1] HR. al-Bukhari, no. 2475; Muslim, no. 75, dari jalur Abu Hurairah secara marfu’.

[2] HR. Bukhari, no. 1044, Muslim, hal.901

[3] Dia adalah Sa’ad bin Ubadah.

[4] HR. Bukhari, no. 6846; Muslim, no. 1499

[5] HR. al-Bukhari, no. 6846; Muslim, no. 1499.

[6] Di antara yang menshahihkannya adalah Syaikh Nashiruddin al-Albani-semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya yang luas kepada beliau- di dalam kitabnya Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah dengan no. 106. Dalam hal ini saya (penulis) tidak sependapat dengan beliau. Hadis ini diriwayatkan dari jalur Atha bin Abi Rabah dari Ibnu Umar. Para ulama berbeda pendapat tentang keshahihan riwayat Atha dari Ibnu Umar. Menurut saya, pendapat yang kuat adalah Atha tidak pernah mendengar hadis ini dari Ibnu Abbas. Kemudian syaikh al-Albani  menghadirkan hadis lain sebagai penguat, yaitu hadis :

وَمَا ظَهَرَتِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ إِلَّا سَلَطَ اللهُ عَلَيْهِمُ الْمَوْتُ

Tidaklah perbuatan zina tampak pada suatu kaum, melainkan kematian akan menguasai mereka.

Tapi sayang, sanadnya tidak sama. Hadis ini diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ -.

[7] Shahih Bukhari, no. 4477, dan Shahih Muslim, no. 86.

Continue Reading

baru

Sejumlah Ancaman Bagi Pelaku Zina **

Published

on

Sejumlah Ancaman Bagi Pelaku Zina

**

Khusus untuk perbuatan zina, maka ada sejumlah nash yang memberikan ancaman bagi pelakunya.

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا  [الإسراء : 32]

Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (al-Isra : 32)

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

الزَّانِي لَا يَنْكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنْكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ  [النور : 3]

Laki-laki pezina tidak menikah kecuali dengan perempuan pezina atau perempuan musyrik, dan perempuan pezina tidak dinikahi kecuali oleh laki-laki pezina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin. (an-Nur : 3)

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (7)  [المؤمنون : 5 – 7]

Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampoi batas (al-Mukminun : 5-7)

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (69) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (70) [الفرقان : 68 – 70]

Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakin) akan dilipatgandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih ; maka dari itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (al-Furqan : 68-70)

Wallahu A’lam

Amar Abdullah bin Syakir

Sumber :

Bahtsu fi Qaulihi Ta’ala : Walaa Taqrabuz Zina, Musthafa al-Adawi, ei, hal. 19-20

 

 

 

Continue Reading

Trending