Aqidah
6 Bahaya Perbuatan Riya Yang Wajib Anda Ketahui
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya.
Pebaca yang budiman, pada edisi yang lalu telah kita sebutkan 3 sisi yang menunjukkan bahwa riya merupakan penyakit hati yang berbahaya, yaitu :
Pertama, riya lebih berbahaya bagi kaum muslimin daripada fitnah al-Masih ad-Dajjal,
Kedua, riya lebih merusak daripada serigala di antara domba.
Ketiga, membatalkan keberkahan amal baik dan menggugurkannya.
Pembaca yang budiman, inilah kelanjutannya,
Keempat, mengundang siksa akhirat.
Pembaca yang budiman, Rasulullah menghabarkan bahwa orang pertama yang dibakar api neraka adalah orang yang membaca Al-Qur’an, mujahid dan orang yang bersedekah,yang mana orang-orang tersebut mengiginkan dari apa yang dilakukannya agar dikatakan bahwa dia adalah qari(ahli dalam hal membaca Al-Qur’an), dia adalah pemberani dan dia adalah seorang dermawan, amal mereka tidak ikhlas karena Allah. beliau bersabda,
أن الله تبارك وتعالى إذا كان يوم القيامة ينزل إلى العباد ليقضي بينهم وكل أمة جاثية فأول من يدعو به رجل جمع القرآن ورجل يقتتل في سبيل الله ورجل كثير المال فيقول الله للقارئ ألم أعلمك ما أنزلت على رسولي؟ قال بلى يا رب قال فماذا عملت فيما علمت ؟ قال كنت أقوم به آناء الليل وآناء النهار فيقول الله له كذبت وتقول له الملائكة كذبت ويقول الله بل أردت أن يقال إن فلانا قارئ فقد قيل ذاك ويؤتى بصاحب المال فيقول الله له ألم أوسع عليك حتى لم أدعك تحتاج إلى أحد؟ قال بلى يا رب قال فماذا عملت فيما آتيتك ؟ قال كنت أصل الرحم وأتصدق فيقول الله له كذبت وتقول له الملائكة كذبت ويقول الله تعالى بل أردت أن يقال فلان جواد فقد قيل ذاك ويؤتى بالذي قتل في سبيل الله فيقول الله له فيماذا قتلت؟ فيقول أمرت بالجهاد في سبيلك فقاتلت حتى قتلت فيقول الله تعالى له كذبك وتقول له الملائكة كذبت ويقول الله بل أردت أن يقال فلان جريء فقد قيل ذاك ثم ضرب رسول الله صلى الله عليه و سلم على ركبتي فقال يا أبا هريرة أولئك الثلاثة أول خلق الله تسعر بهم النار يوم القيامة
“Bahwa Allah tabaraka wa ta’ala di hari kiamat nanti turun kepada hamba-hambaNya untuk memberikan keputusan di antara mereka dan tiap-tiap umat berlutut, maka yang pertama-tama diseru adalah seorang yang banyak mengumpulkan Al-Qur’an (yakni, menghafalnya), orang ikut serta berperang di jalan Allah, seorang yang berharta banyak. Lalu, Allah berkata kepada orang yang pandai membaca (hafal) Al-Qur’an, ‘Bukankah aku telah mengajarkan kepadamu apa yang Aku turunkan kepada rasulKu?’ Orang tersebut menjawab, ‘Tentu wahai rabbku’, Allah bertanya kembali, ‘Apa yang engkau lakukan terhadap apa yang telah engkau ketahui?’ Orang tersebut menjawab, ‘Aku membacanya sepanjang malam dan siang’. Lalu, Allah berkata kepadanya, ‘Engkau telah berdusata’, dan malaikatpun berkata kepadanya, ‘Engkau telah dusta’, dan Allah berkata, ‘Bahkan engkau ingin agar engkau dikatakan sesunguhnya si fulan adalah seorang yang pandai membaca Al-Qur’an, dan sungguh hal itu teah dikatakan’. Lalu didatangkanlah orang yang banyak dikaruniai harta, lalu Allahpun berkata kepadanya, ‘Bukankah Aku telah memberikan keluasan harta kepadamu hingga engkau tak merasa butuh kepada orang lain?’ Orang menjawab, ‘Tentu, wahai rabbku’. Lalu Allah bertanya kepadanya, ‘Apa yang telah engkau perbuat dengan apa yang telah Aku karuniakan kepadamu?’ Dia menjawab, ‘Aku menyambung tali kekerabatan dan aku bersedekah’. Maka, Allah berkata kepadanya, ‘Engkau telah dusta’, dan malaikatpun berkata kepada orang tersebut, ‘Engkau dusta’, dan Allah berkata kepadanya, ‘Bahkan engkau melakukan hal tersebut agar dikatakan si fulan orang yang dermawan, dan sungguh hal tersebut telah dikatakan’. Dan didatangkan pula orang yang ikut serta dalam perang di jalan Allah, maka Allah pun bertanya kepadanya, ‘Dalam hal apa engkau berperang?’ Maka orang tersebut menjawab, ‘Aku telah diperintahkan untuk berjihad di jalanMu maka aku pun melakukan hal itu hingga aku terbunuh’. Lalu, Allah bertanya kembali kepada orang itu, ‘Engkau dusta’, maka malaikatpun mengatakan (kepada orang tersebut), ‘Engkau dusta’, dan Allah berkata kepada orang tersebut, ‘Bahkan engkau menginginkan agar dikatakan bahwa si fulan seorang pemberani dan hal itu telah dikatakan’.”
Perowi (yakni, Abu Hurairah) bertaka, “Kemudian Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam memukul (memegang) kedua pundakku, lalu beliau berkata, “Wahai Abu Hurairah, mereka itulah tiga orang ciptaaan Allah yang pertama-tama akan dimasukkan ke dalam Neraka.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2382)
Kelima, menyebabkan kegagalan meraih pahala akhirat, mewariskan kehinaan, kerendahan dan kekalahan.
Nabi bersabda,
بَشِّرْ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ وَالرِّفْعَةِ وَالنَّصْرِ وَالتَّمْكِينِ فِي الْأَرْضِ وَمَنْ عَمِلَ مِنْهُمْ عَمَلَ الْآخِرَةِ لِلدُّنْيَا لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الْآخِرَةِ نَصِيبٌ
“Sampaikan berita gembira kepada umat ini bahwa mereka akan mendapatkan kemuliaan, agama dan kejayaan serta kekuasaan di muka bumi. Barangsiapa di antara mereka yang melakukan amal akhirat demi dunia maka di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, al-Hakim dan dia menshahihkannya. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wat Tarhib no. 23)
Keenam, riya menyebabkan kekalahan umat,
Rasulullah bersabda,
«إِنَّمَا نَصَرَ اللَّهُ هَذِهِ الأُمَّةَ بِضُعَفَائِهِمْ وبِصَلاتِهِمْ ودَعْوَتِهِمْ وإخْلاصِهِمْ»
“Umat ini diberi kemenangan oleh Allah karena orang-orang lemah di antara mereka, shalat mereka, dengan doa mereka, dan keikhlasan mereka.” ( HR. asy Syamiy, di dalam al-Musnad, no. 68)
Wallahu a’lam.
Semoga Allah mengaruniakan keikhlasan dalam beribadah kepadaNya dan ketika beramal shalih lainnya. Aamiin.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penyusun: Amar Abdullah bin Syakir
Artikel : www.hisbah.net
Fans Page hisbah.net
Aqidah
Mengucapkan Kalimat Tauhid Tanpa Keikhlasan
Pertanyaan :
Seorang penanya mengatakan,
“Apakah orang yang mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ tanpa melakukan amal apapun, ia akan masuk Surga ? yakni, orang tersebut mengucapkan kalimat tersebut dengan lisannya (saja), karena ada hadis (qudsi) yang maknanya, Dia berfirman, ‘Demi kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku, sungguh Aku akan mengeluarkan dari Neraka setiap orang yang mengatakan, لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ .” Wallahu A’lam
Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Anda.
Jawaban :
Syaikh –رَحِمَهُ اللهُ-menjawab,
“Kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ merupakan kalimat yang agung, andai kata kalimat tersebut ditimbang dengan langit dan bumi niscaya kalimat tersebut lebih berat.
Adapun makna kalimat tersebut adalah ‘tidak ada sesembahan yang hak selain Allah’ maka, segala sesuatu yang disembah selain Allah maka sesuatu tersebut adalah batil. Berdasarkan firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -,
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ [الحج : 62]
Hal itu (kekuasaan Allah berlaku) karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Mahabenar dan apa saja yang mereka seru selain Dia itulah yang batil. Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (al-Hajj : 62)
Dan, ibadah itu tidaklah khusus dilakukan dengan rukuk atau sujud, yakni, bahwa seseorang boleh jadi beribadah kepada selain Allah tanpa melakukan rukuk dan sujud kepadanya, tetapi ia lebih mengedepankan kecintaan kepadanya atas kecintaan kepada Allah, mengagungkannya di atas pengagungan kepada Allah, perkataanya lebih agung di dalam hatinya daripada perkataan Allah. Oleh karena itu, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –bersabda,
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah…” (HR. al-Bukhari)
Beliau menyebut ‘hamba’ bagi dinar, ‘hamba’ bagi dirham, ‘hamba’ bagi khamishah. Khamishah yaitu pakaian. Padahal mereka ini tidak menyembah dirham dan dinar. Mereka tidak rukuk dan tidak pula sujud kepadanya. Akan tetapi, mereka mengagungkannya lebih banyak daripada mengagungkan Allah-عَزَّ وَجَلَّ-, dan kepada hal ini firman-Nya mengisyaratkan,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ [البقرة : 165]
Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. (al-Baqarah : 165)
Maka, kalimat ini merupakan kalimat yang agung, di dalam kalimat ini terkandung unsur berlepas diri dari segala bentuk kesyirikan dan pemurnian sifat keilahiyahan dan peribadatan kepada Allah-عَزَّ وَجَلَّ-. Maka, kalau seseorang mengucapkan kalimat tersebut dengan lisannnya dan hatinya, maka dialah orang yang mengucapkannya dengan sebenar-benarnya. Oleh karena itu, Abu Hurairah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – mengatakan (kepada Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-)
مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Siapakah orang yang paling berbahagia dengan mendapatkan syafaatmu pada hari Kiamat ? …beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- menjawab,
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ
Barang siapa mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ dengan ikhlas dari hatinya..(HR. al-Bukhari)
Di dalam hadis ‘Itban bin Malik, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,
إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ
Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka orang yang mengatakan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ di mana ia mencari wajah Allah dengan hal itu. (HR. al-Bukhari)
Karena itu, haruslah disertai dengan keikhlasan.
Adapun orang yang mengucapkan kalimat tersebut dengan lisannya tanpa meyakininya di dalam hatinya, maka sesungguhnya kalimat tersebut tidak bermanfaat baginya, karena orang-orang munafik saja mereka mengingat Allah dan mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ , seperti firman Allah,
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا [النساء : 142]
Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali. (an-Nisa : 142)
Dan, mereka pun bersaksi akan kerasulan Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- sebagaimana firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ [المنافقون : 1]
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Nabi Muhammad), mereka berkata, “Kami bersaksi bahwa engkau adalah benar-benar utusan Allah.” Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar utusan-Nya. Allah pun bersaksi bahwa orang-orang munafik itu benar-benar para pendusta. (al-Munafiqun : 1)
Namun, persaksian mereka bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah tidak akan sama sekali memberikan manfaat kepada mereka. Hal demikian itu karena mereka mengatakan hal itu tidak dari hati dan keiskhlasan. Maka, barang siapa mengucapkan kalimat ini tanpa keiskhlasan, niscaya kalimat tersebut tidak akan memberikan kemanfaatan kepadanya, dan tidak pula menambah dirinya melainkan semakin jauh dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,.
Kita memohon kepada Allah -untuk diri kita sendiri dan untuk saudara-saudara kita kaum Muslimin- keyakinan terhadap kalimat tersebut, dan mengamalkan apa yang menjadi konsekwensinya. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Wallahu A’lam
Sumber :
(Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Fatawa Nur ‘Ala ad-Darb, 1/76-77 (Soal No. 42)
Amar Abdullah bin Syakir
Aqidah
Menghindari Kemungkaran yang Lebih Besar
(اجتناب المفسدة العظمى)
قال الشيخ محمد الأمين الشنقيطي رحمه الله:
“يشترط في جواز الأمر بالمعروف ألا يؤدي إلى مفسدة أعظم من ذلك المنكر؛ لإجماع المسلمين على ارتكاب أخف الضررين”. (أضواء البيان ص ٤٦٤)
(Menghindari Kemungkaran yang Lebih Besar)
Berkata Syaikh Muhammad Al Amin Al Syinqithy -Rahimahullah-:
“Amar Makruf dibolehkan dengan syarat tidak menimbulkan kemungkaran yang lebih besar dari kemungkaran sebelumnya, demikian berdasarkan Ijma’ Kaum Muslimin bahwasanya diperkenankan (dalam keadaan terpaksa) memilih hal yang lebih ringan mafsadatnya”. (Adwaul Bayan Hlm 464)
Aqidah
Dulunya… Manusia Mentauhidkan Allah-
وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلاَّ أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُواْ وَلَوْلاَ كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِن رَّبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ(19)
وَيَقُولُونَ لَوْلاَ أُنزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِّن رَّبِّهِ فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلّهِ فَانْتَظِرُواْ إِنِّي مَعَكُم مِّنَ الْمُنتَظِرِينَ(20)
Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu.
Dan mereka berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu keterangan (mukjizat) dari Tuhannya?” Maka katakanlah: “Sesungguhnya yang ghaib itu kepunyaan Allah, sebab itu tunggu (sajalah) olehmu, sesungguhnya aku bersama kamu termasuk orang-orang yang manunggu. (Yunus : 19-20)
**
Penjelasan kata-kata :
أمة واحدة (Satu umat) : yakni, (mereka) berada di atas satu agama, yaitu Islam.
فاختلفوا: (kemudian mereka berselisih) : yakni, mereka berpecah belah di mana sebagian mereka ada yang tetap berada di atas tauhid, dan sebagian mereka yang lainnya berada di atas syirik.
كلمة سبقت (suatu ketetapan yang telah ada) : dengan ditetapkannya mereka sampai (datangnya) ajal-ajal mereka dan pemberian balasan kepada mereka pada hari Kiamat.
آية (Suatu keterangan (mukjizat)) : yang mengherankan, seperti unta Nabi Shaleh-عَلَيْهِ السَّلَامُ-.
إنما الغيب لله (Sesungguhnya yang ghaib itu kepunyaan Allah) : yakni, pengetahuan tentang ayat tersebut kapan datang berupa perkara ghaib, dan yang ghaib itu kepunyaan Allah semata, maka aku dan kalian tidaklah mengetahui. Jika demikian, maka tunggulah, sesungguhnya aku bersama kalian termasuk orang-orang yang menunggu.
Makna Dua Ayat :
Allah- تَعَالَى–tengah mengkhabarkan kepada Rasul-Nya tentang hakikat kebenaran sejarah di mana dengan mengetahuinya akan dapat membantunya untuk bersabar dan memikul beban, seraya berfirman,
وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلاَّ أُمَّةً وَاحِدَةً
Manusia dahulunya hanyalah satu umat
Yakni, di zaman dahulu, mereka adalah satu umat di atas agama tauhid, agama fithrah, kemudian terjadi perubahan yang disebabkan oleh karena ulah setan dari bangsa jin dan manusia, kebidahan dan hawa nafsu, serta kesyirikan, sehingga mereka berselisih. Maka, di antara mereka ada yang tetap di atas iman dan tauhid dan di antara mereka ada yang kafir dengan melakukan kesyirikan dan kesesatan.
Dan firman-Nya,
وَلَوْلاَ كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِن رَّبِّكَ
kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu
yaitu, bahwa Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-tidak menyegerakan siksaan bagi umat-umat tersebut dan tiap-tiap individu mereka karena kekufuran mereka, akan tetapi Dia memberikan tangguh kepada mereka hingga batas ajal-ajal mereka, agar Dia memberikan balasan kepada mereka di negeri pembalasan berupa siksa neraka pada hari Kiamat. Kalaulah bukan karena suatu ketetapan-Nya, yaitu,
لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنْكَ وَمِمَّنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ أَجْمَعِينَ [ص : 85]
Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya. (Shad : 85)
Niscaya Dia menyegerakan bagi mereka siksaan. Maka, Dia memberikan keputusan di antara mereka dengan bahwa Dia pasti akan membinasakan orang kafir dan Dia pasti akan menyelamatkan orang yang beriman.
Inilah yang ditunjukkan oleh ayat yang pertama (ayat 19). Adapun ayat yang kedua (ayat 20), maka Allah mengkhabarkan tentang orang-orang musyrik bahwa mereka mengatakan :
لَوْلاَ أُنزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِّن رَّبِّهِ
Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu keterangan (mukjizat) dari Tuhannya ?
Yakni, mengapa tidak diturunkan ayat yang mengherankan kepada Muhammad dari tuhannya, agar kami mengetahui dan menjadikannya petunjuk bahwa dia itu adalah seorang utusan Allah.
Dan, boleh jadi yang mereka maksudkan dengan ‘ayat’ adalah ‘sebuah siksaan.’ Oleh kerena itu Allah perintahkan rasul-Nya agar menanggapi pertanyaan mereka itu dengan perkataannya,
إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلّهِ
Sesungguhnya yang ghaib itu kepunyaan Allah
Maka, Dialah semata yang mengetahui kapan akan datangnya azab/siksa kepada kalian. Atas dasar tersebut, maka tunggu (sajalah) olehmu, Sesungguhnya aku bersama kamu Termasuk orang-orang yang manunggu.
Belum saja melewati masa menunggu, tiba-tiba saja turun azab/siksaan kepada mereka di Badar, maka para pemimpin mereka dan para pembesar orang-orang yang gemar mengolok-olok dan menghina binasa.
Di antara petunjuk Ayat :
1-Asalnya adalah tauhid, sedangkan syirik adalah sesuatu yang muncul kemudian.
2-Keburukan dan kesyirikan, keduanyalah yang menyebabkan munculnya perselisihan dan perpecahan di tubuh ummat ini. Adapun tauhid dan kebaikan, tidaklah akan menimbulkan perselisihan, tidak pula peperangan, dan tidak pula perpecahan.
3-Penjelasan tetang alasan tetap adanya orang-orang yang berbuat zhalim dan kesyirikan, mereka akan terus melakukan tindak kezhaliman (dengan berbagai bentuknya) dan mereka juga akan melakukan kerusakan (di muka bumi) sampai datang ajal-ajal mereka.
4-Perkara ghaib seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Maka, tak seorang pun mengetahui perkara ghaib kecuali Allah dan siapa yang diberitahukan kepadanya sesuatu dari perkara ghaib tersebut. dan, hal ini khusus untuk para rasul, untuk menegakkan hujjah atas umat-umat mereka.
Wallahu A’lam
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Aisir at-Tafasir Li Kalami al-‘Aliyyi al-Kabir, Jabir bin Musa al-Jaza-iriy, 2/458-459.
-
Akhlak4 tahun ago
Pencuri dan Hukumannya di Dunia serta Azabnya di Akhirat
-
Fatwa9 tahun ago
Serial Soal Jawab Seputar Tauhid (1)
-
Khutbah8 tahun ago
Waspadailah Sarana yang Mendekatkan pada Zina
-
Nasihat8 tahun ago
“Setiap Daging yang Tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih berhak baginya.”
-
Fiqih Hisbah8 tahun ago
Diantara Do’a Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam
-
safinatun najah6 tahun ago
Manfaat Amar Maruf Nahi Munkar
-
Tarikh9 tahun ago
Kisah Tawakal dan Keberanian Abdullah bin Mas’ud
-
Akhlak7 tahun ago
Riya & Sum’ah: Pamer Ibadah