Connect with us

Hisbah

Rombongan Penegak Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Published

on

Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak sebagaimana yang Dia perintahkan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah atas sebaik-baik utusan Allah untuk manusia, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik, selama matahari dan bulan masih terbit. Amma ba’du.

Sesungguhnya seorang mukmin pada akhir zaman ini hidup dalam keterasingan yang nyata -meskipun belum meniggalkan rumah, keluarga dan para kekasihnya-. Yang disebabkan oleh perubahan keadaan, banyaknya kemungkaran dan sedikitnya orang yang berpegang teguh dengan syariat, sehingga seorang mukmin yang berpegang teguh dengan agamanya mendapati dirinya sebagai orang asing di antara orang-orang yang berada di sekitarnya.

Dan semakin bertambah keterasingan itu ketika seorang mukmin berusaha untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar terhadap orang-orang yang berada di sekitarnya, sebagai bentuk kasih sayang terhadap mereka, juga sebagai pemohonan ‘udzur  terhadap Allah (karena telah menunaikan kewajiban  amar ma’ruf nahi munkar .pent-), serta dengan harapan untuk memperbaiki kondisi yang ada.

Ketika itulah seorang mukmin yang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar  mendapati  orang-orang di sekitarnya banyak yang berpaling dan menjauh. Bahkan ia juga mendapati  permusuhan dan perlakuan buruk dari mereka. Dan ia mendapati gangguan dari lisan-lisan orang di sekitarnya, atau bahkan dari tangan-tangan mereka atau keinginan mereka agar terjadinya keburukan pada diri mukmin tersebut.

Sebagaimana perkataan seorang hamba shalih (Luqman Al-Hakim) :

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ (١٧)

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman : 17)

Ketika menjelaskan kepada anaknya bahwasanya siapapun yang  menegakkan ibadah amar ma’ruf nahi munkar haruslah mendapati gangguan dan haruslah bersabar terhadap gangguan apapun yang dihadapi.

Karena orang yang mencegah kemungkaran pastilah akan ditimpa kelemahan dan kekurangan seperti halnya yang menimpa orang-orang di sekitarnya. Karena banyaknya anak panah yang mengenainya sehingga melemahkan semangatnya dan ia tak sanggup lagi mempertahankan diri dari anak-anak panah tersebut. Dari sanalah ia tertimpa  kemalasan dan futhur (kelemahan) atau menjadi  berpaling dari hal tersebut dan meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar. Dan orang yang terjaga ialah orang yang Allah jaga.

Sesungguhnya -setelah keutamaan dan taufiq dari Allah- ada banyak sebab yang dapat membantu seorang mukmin untuk konsisten dan istiqamah di atas jalan amar ma’ruf nahi munkar ­­.

Diantaranya adalah bersungguh-sungguh untuk mewujudkan keikhlasan dan memotong ketergantungan hati terhadap para ciptaan Allah dan sebab-sebab (yakni hanya menggantungkan diri kepada  Allah semata. pent-).

Dan di antara  sebab-sebab tersebut adalah semangat untuk bergaul dengan orang-orang shalih yang membantu dalam kebaikan dan penegakan amar ma’ruf nahi munkar. Sebagaiman firman Allah ta’ala :

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ (١٠٤)

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. Ali ‘Imraan : 104)

Dan diantara sebab-sebab yang membantu dalam amar ma’ruf nahi munkar ialah mengharap apa yang ada di sisi Allah berupa balasan yang baik di dunia maupun di akhirat. Allah ta’ala berfirman :

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ (١١٠)

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali ‘Imraan : 110)

Dan Allah juga berfirman tentang para penegak amar ma’ruf nahi munkar :

وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٠٤)

“Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imraan : 104)

 

Dan diantara sebab-sebab penting ini juga adalah menghibur diri dan memotivasinya dengan cara memandang kedudukan mulia bagi para penegak amar ma’ruf nahi munkar yang tinggi derajatnya.

Sejak zaman Nabi Adam ‘alaihissalaam kemudian zaman Nabi-nabi Allah jalla wa ‘ala kemudian penutup para Nabi yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaih wasallam kemudian orang-orang yang mengikutinya dengan baik dari kalangan orang-orang shalih hingga hari ini; para imam penegak amar ma’ruf nahi munkar yang memerangi kesyirikan -yang merupakan kemungkaran yang paling besar- dan memerintahkan kepada tauhid -yang merupakan kebaikan yang paling agung. Mereka tidak meninggalkan suatu pintu kebaikan pun kecuali setelah menujukkan kaumnya kepada pintu kebaikan tersebut, dan tidaklah meninggalkan pintu keburukan kecuali setelah melarang kaumnya dari pintu keburukan tersebut.

Maka seorang mukmin mengamati perjalanan Rombongan para penegak amar ma’ruf nahi munkar yang diberkahi ini di hadapan kedua matanya. Kemudian merasukkannya ke dalam relung hatinya.

Sehingga ruh dan jiwanya menjadi tenang, dan hilang darinya semua penderitaan keterasingan dan kesedihan, rindu terhadap pertemuan yang tak ada perpisahan sesudahnya:

Esok kita jumpai para kekasih *** Muhammad dan para sahabatnya

Sesungguhnya menghibur jiwa adalah hal yang mesti dilakukan. Dan ia merupakan cara yang manjur untuk memperkokoh semangat dan keistiqomahan.

Karena cita-cita tidak akan tergapai secara sempurna kecuali dengan mengetahui kisah hidup para rombongan yang diberkahi ini dan sikap-sikap mereka dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Dan mengetahui kelelahan dan kesulitan yang mereka pernah hadapi serta gangguan dari kaum-kaum mereka, kemudian mengetahui kesudahan yang indah dari semua itu. Allah jalla wa ‘ala berfirman :

وَكُلا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ (١٢٠)

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Huud : 120)

Allah menjelaskan bahwa kisah merupakan salah satu sebab yang menguatkan hati Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Maka kami memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk memberikan kami, para pembaca, dan segenap kaum muslimin taufiq agar kita termasuk dari rombongan yang diberkahi ini. Dan juga kita memohon kepada Allah agar menganugerahkan kepada kita keistiqomahan di atasnya hingga kita menemui-Nya. Sesungguhnya Dia kuasa atas hal itu dan Dialah penguasanya.


Diterjemahkan oleh Triadi Wicaksono dari website www.almohtasb.com

Artikel : www.hisbah.net

Gabung juga di Fans Page kami hisbah.net

About Author

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

baru

Sejenak … Untukmu yang Merayakan Valentine’s Day

Published

on

Para Pemuda dan Para Pemudi

Aku katakan kepada mereka, mengapa Anda ikut serta dalam merayakan hari ini dan begitu juga hari raya-hari raya orang kafir lainnya. Apakah engkau tidak tahu bahwa keikutsertaan dirimu dalam perayaan-perayaan semacam itu, engkau tengah mengotori prinsip-prinsik keyakinan dalam dirimu sebagai seorang muslim yang mengesakan Allah ta’ala ?.

Apakah engkau juga tidak tahu bahwa keikutsertaanmu dalam hal ini berarti engkau tengah menyerupakan diri dengan mereka, orang-orang kafir itu ?

Apakah engkau juga tidak tahu bahwa keikutsertaanmu dalam hal tersebut menunjukkan keridhaanmu kepada mereka, padahal mereka adalah orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya ?

Di manakah kecintaan mu terhadap agamamu, suri teladanmu, bahkan kecintaanmu kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -Tuhanmu yang telah berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ [البقرة : 165]

Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. (al-Baqarah : 165)



Hadiah Valentine’s Day

Para ahli ilmu (ulama) telah menetapkan bahwasanya tidak boleh bagi seorang muslim untuk menerima hadiah apa pun atau makanan yang dibuat karena adanya memontum hari raya orang-orang kafir.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah-رَحِمَهُ اللهُ-mengatakan, ‘ Dan barang siapa menghadiahkan kepada kaum Muslimin sebuah hadiah dalam perayaan-perayaan ini yang menyelisihi kebiasaan pada seluruh waktu-waktu selain perayaan ini, maka hadiahnya tidak boleh diterima, terlebih bilamana hadiah yang diberikan tersebut termasuk hal yang akan dapat digunakan untuk membantu bertasyabbuh (meniru-niru) mereka (orang-orang kafir).”

Karena itu, para ayah dan para ibu hendaknya perhatian terhadap anaknya akan hal ini, terlebih bilamana mereka melihat anak-anak perempuan mereka mengkhususkan pakaian berwarna merah pada hari tersebut. Demikian pula apabila mereka meminta untuk dibelikan bunga-bunga dan kartu-kartu ucuapan selamat dan yang sejenisnya pada hari tersebut. Hendaknya orang tua menjelaskan kepada mereka, anak-anaknya hakikat perkara tersebut, dengan menggunakan gaya yang selaras dengan tuntunan syariat, yang mendidik, yang memuaskan dan menyadarkan.

Demimikian pula para guru wanita, hendaknya membuka pintu diskusi dengan para murid perempuan seputar permasalahan ini agar jelas bagi mereka hakikat dari persoalan ini (valentine’s day) dan hal-hal yang ada di dalamnya berupa khurafat-khurafat, dan berkenan pula untuk mendengarkan komentar-komentar dari mereka sehingga memungkinkan untuk dilakukannya koreksi dan pembenahan terhadap hal-hal yang salah yang boleh jadi mereka tidak menyadarinya.



Mengucapkan ‘Selamat Valenten’s Day’

Sesungguhnya termasuk hal yang patut disayangkan adalah bahwa sebagian dari kalangan orang-orang Islam baik laki-laki maupun perempuan ada yang mengekor dibelakang parayaan hari ini yang tidak lepas dari adanya unsur kesyirikan dan kekufuran, di mana mereka saling mengucapkan selamat, padahal hal ini merupakan perkara yang membahayakan agama mereka.

Imam Ibnu al-Qayyim-رَحِمَهُ اللهُ-mengatakan,

“Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya bagimu!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang telah bersujud kepada Salib. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.”

 

Para Pemudi dan Valenten’s Day

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah-رَحِمَهُ اللهُ-mengatakan, “Banyak hal meniru-niru kalangan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) dalam hal perayaan hari raya mereka dan yang lainnya diserukan kepada kalangan wanita.”

Dan ini merupakan fakta … mengapa ?

Karena wanita itu, khususnya bila mana ia seorang gadis, ia memiliki kelembutan perasaan dan kelabilan jiwa yang bisa jadi akan menjadikan banyak hal akan berkecamuk dan bercampur di dalam dirinya, sehingga ketika itu ia tidak mampu untuk membedakan antara berhias yang disyariatkan dan berhias yang terlarang, boleh jadi sikap menimbang antara baik buruknya menipunya sehingga ia terpedaya dengan hal-hal yang akan dapat menyentuh perasaannya berupa ucapan-ucapan yang lembut dan condong untuk terpaut hatinya karena hal tersebut, di mana karena hal itulah  boleh jadi sebagian orang yang sekit hatinya akan mendatangkan fitnah terhadapnya.

 

Para Pedagang Valenten’s Day

Kita sangat mencela dan memperingatkan saudara-saudara kita dari kalangan para pedagang yang beragama Islam yang memperjual belikan simbol-simbol perayaan dalam hari raya-hari raya orang-orang kafir, dengan memajang simbol-simbol tersebut atau memproduksinya, seperti orang-orang yang memperjual belikan karangan bunga dan menyediakannya pada hari tersebut dalam bentuk yang spesial, atau para pemilik toko mainan dan bingkisan hadiah.

Sesungguhnya memperjual belikan hal-hal yang akan membantu perayaan hari raya-hari raya orang-orang kafir dan mengambil keuntungan darinya, tidak diragukan termasuk bentuk tolong-menolong dalam dosa dan pelanggaran, dan bahwa hal tersebut termasuk bentuk keikutsertaan dalam menyebarkan keyakinan-keyakinan kufur yang justru boleh jadi akan mengakibatkan kemalangan diri seseorang di dunia dan di akhirat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah-رَحِمَهُ اللهُ-mengatakan, ‘Seorang muslim hendaknya tidak menjualbelikan hal-hal yang akan membantu orang-orang Islam untuk menyerupai mereka.’

Yakni, menyerupai orang-orang kafir dalam perayaan hari raya, berupa makanan, pakaian dan yang lainnya, karena dalam tindakan tersebut terdapat unsur membantu atau menolong dalam melakukan kemungkaran.

 

Valenten’s Day dan Para Pegiat Media Sosial

Sesungguhnya termasuk hal yang semakin menambah nampaknya perayaan Valenten’s Day dan penyebarannya di sejumlah negeri-negeri Islam adalah apa yang diperankan oleh banyak media sosial dan media informasi, baik yang dapat dibaca, yang dapat didengar, maupun yang dapat dilihat, khususnya adalah cannel-cannel dan situs-situs internet.

Sungguh, benar-benar termasuk hal yang memilukan bahwa sarana dan media-media tersebut di negeri-negeri Islam atau negeri yang mayoritas penduduknya adalah kaum Muslimin justru berperan seperti layaknya burung beo, di mana tidak segan-segannya membeo terhadap apa-apa yang disiarkan oleh media-media penyebar berita di dunia tanpa memilah hal-hal yang selaras dan sesuai dengan akidah, prinsip-prinsip keyakinan kita (kaum Muslim) dan akhlak kita. Kebanyakannya justru hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang bertolak belakang sama sekali dengan akidah, keyakinan dan akhlak kaum Muslimin. Khususnya adalah topan globalisasi di mana yang diinginkan dari hal tersebut adalah bagaimana menampakkan ‘budaya barat’ sebagai sosok teladan ‘kemajuan’ dalam berbagai sisi kehidupan. Wallahu Musta’an

 

Wallahu A’lam

 

Sumber :

Iedul Hubbial-Qishshatu Wal Haqiqatu (al-Mihwar ar-Raabi’u), Khalid bin Abdurrahman asy-Syayi’, http://www.saaid.net/Doat/shaya/31.htm. Dengan ringkasan dan gubahan

 

(Amar Abdullah bin Syakir)

About Author

Continue Reading

baru

Jangan Hanya Menjadi Jembatan Kebaikan

Published

on

Berdakwah adalah kewajiban kedua setelah berilmu, sedangkan kewajiban pertamanya adalah mengamalkan ilmu tersebut.

Sehingga, pihak pertama yang seharusnya mendapatkan manfaat dari ilmu itu adalah diri sendiri sebelum orang lain.

Namun, ketika seseorang mendakwah suatu ilmu kepada orang lain, tentang perintah ibadah atau larangan dari suatu maksiat, namun ternyata orang yang mendakwahi itu melupakan dirinya sehingga melakukan apa yang bertentangan dari yang disampaikannya, maka sungguh dia berada di atas bahaya yang besar.

Allah Ta’ala berfirman:

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ  أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab? Maka tidaklah kamu berpikir? (QS Al Baqarah: 44)



Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِالرَّحَى فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُولُونَ يَافُلَانُ مَالَكَ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ فَيَقُوْلُ بَلَى قَدْ كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَلاَ آتِيْهِ وَأَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيْهِ

 

Seorang laki-laki didatangkan pada hari kiamat lalu dilemparkan ke dalam neraka, sehingga isi perutnya terurai, lalu ia berputar-putar seperti keledai berputar-putar mengelilingi alat giling (tepung). Para penghuni neraka mengerumuninya seraya bertanya, ‘Wahai Fulan! Ada apa denganmu? Bukankah engkau dahulu menyuruh orang melakukan perbuatan ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar?’ Ia menjawab, ‘Benar. Aku dahulu biasa menyuruh orang melakukan perbuatan ma’ruf tapi aku tidak melakukannya. Aku mencegah kemunkaran, tetapi justru aku melakukannya. (HR Bukhari dan Muslim)



Maka, hendaklah setiap orang yang menyebarkan kebaikan juga melaksanakan kebaikan itu, jangan sampai dia menjadi layaknya lilin yang menyinari sekitarnya namun dirinya sendiri terbakar tak tersisa, atau sekedar menjadi jembatan, sebagaimana yang dikatakan oleh Al Fudhail bin Iyadh –Rahimahullah- berikut:

إياك أن تدل الناس على الله ثم تفقد أنت الطريق، واستعذ بالله دائما أن تكون جسرا يعبر عليه إلى الجنة، ثم يرمي في النار

(سير أعلام النبلاء 291/6)

“Jangan sampai engkau menuntun manusia kepada Allah Ta’ala kemudian engkau sendiri malah kehilangan jalan itu.

Maka teruslah meminta perlindungan kepada Allah Ta’ala agar engkau tidak menjadi layaknya sekedar jembatan yang mengantarkan orang-orang menuju surga, namun engkau sendiri  kemudian terlempar ke neraka”.

(Siyar A’lam Annubalaa’ hlm 291/6)



Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan taufik-Nya kepada kita semua dan menjauhkan kita dari ilmu yang tidak bermanfaat.

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

About Author

Continue Reading

baru

Kufur dan Besarnya Dosa Sihir

Published

on

Sihir adalah salah satu alat syaitan yang digunakan oleh pengikutnya untuk menghancurkan kehidupan orang lain,seperti dengan mengirim sihir penyakit, pemisah, pencelaka, dan lain sebagainya.

Maka pertama, mempelajarinya adalah haram karena mengantarkan kepada kekufuran. Sebagaimana di dalam firman Allah Ta’ala:

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ [البقرة: 102

Artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.” Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” [QS. al-Baqarah (2): 102]
Dan yang dimaksud dari ayat di atas, bahwa kedua malaikat (Harut dan Marut) itu mengajarkan kepada manusia tentang peringatan terhadap sihir dan cara melawan ilmu sihir syaitan bukan mengajarkan untuk mengajak mereka melakukan sihir. (al–Jami’ li Ahkamil–Qur’an, Juz II, hal. 472).



Dan begitu juga, peringatan tersebut juga berlaku kepada mereka yang minta pertolongan dukun untuk menyihir orang lain, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:


عن عمران بن الحصين رضي الله عنه قال: قال رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ وَمَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  – رواه البزّار بإسناد جيد

Dari Imran bin Hushain Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,” bukan dari golongan kami orang yang menentukan nasib sial dan untung berdasarkan burung dan lainnya, yang bertanya dan yang menyampaikannya, atau yang melakukan praktek perdukunan dan yang meminta untuk didukuni atau yang menyihir atau yang meminta dibuatkan sihir, dan barang siapa yang mendatangi dukun dan membenarkan apa yang ia katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir pada apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam “. [HR Bazzar dengan sanad Jayyid].
Oleh karenanya, maka sihir adalah salah satu dosa besar dan bahkan urutan kedua setelah kesyirikan,  sehingga termasuk yang paling mencelakakan nasib seorang hamba di  dunia apalagi di akhirat. Maka harus dijauhi sejauh mungkin.

Nabi bersabda:

اِجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ اَلشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِىْ حَرَّمَ اللهُ اِلاَّ بِالْحَقِّ وَاٰكِلُ الرِّبَا وَاٰكِلُ مَالِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِ [رواه البخارى ومسلم]

Artinya: Jauhilah tujuh perkara yang merusak (dosa besar). Para shahabat bertanya, “Apa saja ketujuh perkara itu wahai Rasulullah?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Syirik kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, sihir, membunuh seseorang yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kecuali dengan jalan yang benar, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang dan menuduh zina terhadap perempuan-perempuan mukmin.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]


Maka, selayaknya dan sepatutnya seorang muslim tidak dekat-dekat meski sejengkalpun dari sihir dan semua yang berkaitan dengannya, karena Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk mengesakannya saja dalam ibadah dan aqidah, bukan meminta pertolongan ke selain-Nya.

 

Dan semoga Allah Ta’ala menjaga kita dan kaum muslimin dari kejahatan sihir dan pelakunya.

Ustadz Muhammad Hadromi, Lc Hafizhahullahu Ta’ala

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

About Author

Continue Reading

Trending