Connect with us

Buletin Hisbah

Saudaraku…Tinggalkanlah Syirik, Besar Maupun Kecil!

Published

on

Allah ta’ala berfirman, artinya,

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS. An Nisa: 36 ). Ya, Jangan lah anda mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, janganlah anda menyamakan selain Allah ta’ala dengan Allah ta’ala dalam hal-hal yang merupakan kekhususanNya, seperti berdoa kepada selain Allah ta’ala disamping berdo’a kepada Allah Subhanahu waTa’ala, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdoa dan sebagainya kepada selainNya. Janganlah anda menaati selain Allah dalam hal maksiat kepada Allah Ta’ala. Janganlah anda menyamakan selain Allah Subhanahu waTa’ala dengan Allah Subhanahu waTa’ala dalam hal kecintaan. Janganlah anda bersumpah dengan nama selain Allah. Janganlah anda mengatakan “ atas kehendak Allah ta’ala dan kehendakmu “. Jangan pula anda mengucapkan, ““Kalau bukan karena Allah Subhanahu waTa’ala dan karena si dia.”  Janganlah anda memakai kalung dan sejenisnya atau menggantungkannya di rumah sebagai pengusir atau penangkal mara bahaya, baik anda berkeyakinan bahwa perbuatan anda tersebut merupakan sebab-sebab pengusir atau penangkal mara bahaya, maupun berkeyakinan bahwa hal-hal tersebut bisa menolak atau mengusir mara bahaya. Janganlah anda beramal dengan amal untuk mendekatkan diri kepada Allah namun anda ingin dipuji orang (riya‘) atau ingin didengar orang (sum’ah).

Saudaraku…ketahuilah bahwa tidaklah Allah ta’ala dan rasulNya melarang sesuatu melainkan disana ada sesuatu hikmah, baik kita ketahui maupun tidak kita ketahui. Demikian pula dalam larangan Allah ta’ala yang satu ini “janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun “. Apakah gerangan hikmah di balik larangan Allah ta’ala ini ?  maka, dengan memohon pertolongan Allah ta’ala berikut ini akan kami sebutkan beberapa hikmah di balik larangan Allah tersebut. Semoga bermanfaat. amien

Saudaraku…kaum muslimin…

Di antara hikmahnya adalah bahwa barang siapa yang menyekutukan Allah berarti ia telah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.

Ya, kalau anda –seorang muslim – ditanya “ kepada siapakah hendaknya anda beribadah “ ? saya cukup yakin – bila anda adalah orang islam yang beriman kepada Allah dengan keimanan yang tidak dibarengi dengan keraguan sedikitpun, niscaya anda akan mengatakan, “ kepada Allah “. Karena anda membenarkan Allah ta’ala yang berfirman, artinya : “ Sembahlah Allah “. Oleh karena itu, ibadah itu semestinya ditujukan kepada Allah semata, tidak kepada yang lainnya, karena itu adalah tempat semestinya, maka ketika seseorang melakukan peribadatan kepada selain Allah, ia memberikan kepada yang tidak berhak berarti ia telah meletakkan sesuatu bukan pada tempat semestinya. Dengan demikian, ia telah melakukan sebuah kezhaliman. Bahkan kezhoiman seperti ini merupkan kezahaliman yang sangat besar. Simaklah firman Allah ta’ala, artinya :

Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” (Luqman: 13).

Saudaraku… kaum muslimin…

Di antara hikmahnya adalah bahwa pelaku perbuat ini berdosa.

Bagaimana tidak ?! Allah ta’ala melarangnya dari perbuatn ini, tapi ia justru melakukan sebaliknya. Ini dari satu sisi. Dari sisi yang lain, sebagai mana telah kita katakan bahwa orang yang melakukan perbuatan menyekutukan Allah ta’ala dengan yang lainnya ia berarti telah melakukan kezaliman bahkan merupakan kezhaliman yang besar sebagaimana yang ditegaskan Allah ta’ala dalam Qs. Lukman : 13 di atas. Sementara berbuat zhalim itu dilarang oleh Allah ta’ala, baik zhalim terhadap makhluk maupun kepada Allah ta’ala tuhan yang telah menciptakan mereka. Simaklah sabda nabi kita yang mulia Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Qudsi berikut, beliau bersabda, Allah berfirman,

“Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. (HR. Muslim)

Dengan demikian maka orang yang melakukan kezhaliman ia telah melanggar larangan Allah ta’ala. Dan orang yang melanggar larangan Allah ta’ala dia berhak mendapatkan balasannya. Di antara bentuk balasannya adalah dosa. Dan bahkan dalam kasus ini, pelakunya berdosa yang besar. Simaklah firman Allah berikut,

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا  [النساء/48]

” …Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa : 48 )

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللَّهِ قَالَ: اْلإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ.

“Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa yang paling besar?” Kami menjawab, “Ya, wahai Rasulullah!” Beliau bersabda, “Berbuat syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Bahkan, dosa karena perbuatan syirik-jika pelakunya belum bertaubat kepada Allah ta’ala sebelum ia meninggal dunia, ia meninggal dunia dalam kesyirikannya – tidak akan diampuni oleh Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman, artinya :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya.” (QS. An-Nisa’: 48).

Saudaraku… kaum muslimin…

Di antara hikmahnya adalah agar seseorang bisa memetik buah dari amalnya, yaitu pahala dari Allah ta’ala.

Ya, karena jika seseorang melakukan perbuatan syirik, hal itu akan menyebabkan pahala amalnya   terhapus. Allah ta’ala berfirman, artinya :

Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 88)

Jika pahala amal seseorang terhapus atau lenyap berarti ia tidak akan memetik buah yang baik dari amalnya tersebut. Oleh karena itu, agar seseorang bisa memetik buah dari amal baiknya ia harus melakukan amalnya tersebut semata-mata karena Allah ta’ala, tidak mencampuri amalnya dengan kesyirikan. Oleh karena itu, Allah ta’ala Dzat yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang, memerintahkan kepada hamba-Nya agar mengikhlaskan ibadahnya hanya untuk Nya semata. Allah ta’ala berfirman, artinya :

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus … ( QS. Al Bayyinah: 5)  

Saudaraku… kaum muslimin…

Di antara hikmahnya adalah  agar seseorang tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi.

Telah kita katakan di atas bahwa kesyirikan itu bisa  menjadi sebab terhapusnya pahala amal seseorang. Ia tidak bisa memetik buah yang baik dari amal baik yang dikakukannya. Jika demikian halnya maka sungguh ia telah merugi. Bagaimana tidak ?! taruhlah anda seorang karyawan di sebuah  perusahaan, setiap hari kerja anda masuk kerja. Namun, setelah tiba saatnya anda menerima gaji sebagai upah kerja anda di perusahaan tersebut ternyata anda tidak menerimanya karena anda telah melakukan kesalahan besar terhadap perusahan di mana anda bekerja. Bukankah anda rugi ? ya, anda telah rugi karena anda telah mengerahkan tenaga dan mengorbankan waktu namun tak ada balas jasanya. Atau, taruhlah anda seorang pedagang di mana anda telah banyak melakukan transaksi jual beli berhari-hari, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Anda telah menuai keuntungan, lalu ternyata pada suatu saat anda melakukan sesuatu yang mengakibatkan barang dagangan anda ludes, uang yang anda simpan ludes pula. Maka, jika demikian telah rugilah anda. Oleh karena itu, apa yang semestinya anda lakukan agar tidak rugi ? di antara jawabannya adalah hendaklah anda meninggalkan hal-hal yang akan bisa berpotensi menimbulkan kerugian. Seperti, berhati-hati dalam bertindak dan mengikuti rambu-rambu yang telah ditentukan. Menyekutukan Allah ta’ala dalam melakukan peribadatan kepadaNya merupakan sesuatu yang merugikan. Oleh karena itu, Allah ta’ala melarang hamba-Nya untuk tidak melakukannya. Allah ta’ala menghabarkan secara tegas,

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, ‘Jika kamu menyekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65).

Saudaraku… kaum muslimin…

Di antara hikmahnya adalah  agar seseorang tidak diharamkan untuk masuk Surga.

Saudaraku…

Kalau anda ditanya, “ maukah anda tidak diperbolehkan masuk ke dalam Surga , anda dipersilahkan masuk ke dalam Neraka ? saya yakin, anda akan menjawab, “ tidak, saya tidak mau “. Namun, tahukah anda bahwa jika anda menyekutukan Allah dengan yang lain, niscaya anda tidak diperbolehkan ( baca : diharamkan ) masuk ke dalam Surga, anda akan ditempatkan di dalam Neraka ?. jika anda belum tahu jawabannya, maka simaklah firman Allah ta’ala berikut,

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al-Maidah: 72)

Nah, agar seseorang tidak diharamkan masuk ke dalam Surga, maka Allah Dzat yang maha tahu akan kemaslahatan hambaNya Dia melarang hamba-hambaNya  menyekutukanNya dengan yang lain.

Saudaraku… kaum muslimin…

Di antara hikmahnya adalah  agar seseorang tidak dikeluarkan dari islam.

Syirik besar bisa mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal di dalam neraka, jika ia meninggal dunia dan belum bertaubat daripadanya. Syirik besar adalah memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada selain Allah Subhanahu waTa’ala, seperti berdoa kepada selain Allah Subhanahu waTa’ala atau mendekatkan diri kepadanya dengan menyembelih kurban dan nadzar untuk selain Allah Subhanahu waTa’ala , baik untuk kuburan, jin dan setan, takut kepada orang-orang telah mati, jin atau setan bahwa mereka bisa membahayakan atau membuatnya sakit, mengharapkan sesuatu kepada selain Allah Subhanahu wa ta’ala yang tidak kuasa melakukannya kecuali Allah Subhanahu waTa’ala berupa pemenuhan kebutuhan dan menghilangkan kesusahan, hal yang saat ini banyak sekali dilakukan di sekeliling bangunan-bangunan yang didirikan di atas kuburan para wali dan orang-orang shalih di sebagian wilayah Islam seperti di indonesia.

Saudaraku… kaum muslimin…

Di antara hikmahnya adalah  agar ketauhidan seseorang tetap utuh tidak terkurangi.

Syirik kecil tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia mengurangi tauhid dan merupakan perantara (wasilah) kepada syirik besar. Di antara contonya adalah bersumpah dengan nama selain Allah, berkata ‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu,’ berkata, “Kalau bukan karena Allah Subhanahu waTa’ala dan karena si fulan”, memakai kalung atau benang sebagai pengusir atau penangkal mara bahaya, atau menggantungkan tamimah karena takut kena ‘ain dengan keyakinan bahwa perbuatannya tersebut merupakan sebab-sebab pengusir atau penangkal mara bahaya, melakukan suatu amal tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , tetapi untuk mendapatkan pujian manusia (riya), atau ingin didengar orang (sum’ah).

Saudaraku… kaum muslimin…

Itulah beberapa hikmah Allah melarang hamba-hambaNya dari menyekutukan-Nya dengan yang lain yang bisa kami sebutkan dalam tulisan ini, yaitu :

1.     Bahwa barang siapa yang menyekutukan Allah berarti ia telah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.

2.     Bahwa pelaku perbuat ini berdosa.

3.     Agar seseorang tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi.

4.     Agar seseorang bisa memetik buah dari amalnya, yaitu pahala dari Allah ta’ala.

5.     Agar seseorang tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi.

6.     Agar seseorang tidak diharamkan untuk masuk ke dalam Surga.

7.     Agar seseorang tidak dikeluarkan dari islam.

8.     Agar ketauhidan seseorang tetap utuh tidak terkurangi. Allahu ‘alam

Akhirnya, kita berdoa kepada Allah ta’la,

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ وَنَحْنُ نَعْلَمُ، وَنَسْتَغْفِرُكَ لمِاَ لَا نَعْلَمُ

(Yaa Allah, sungguh kami mohon perlindung kepadamu dari menyekutukanmu sementara kami mengetahuinya, dan kami mohon ampun kepadamu akan sesuatu yang kami tidak mengetahuinya).

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ditulis oleh: Abu Umair bin Syakir

Artikel : www.Hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

About Author

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

baru

Hukuman Mati Bagi Penyihir

Published

on

Islam memiliki hukuman bagi orang-orang yang melampaui batas dengan melanggar larangan Allah ta’ala, seperti hukuman potong tangan bagi pencuri dan hukuman penggal bagi seorang yang membunuh dengan sengaja. Dan dalam hal ini, Penyihir juga layak mendapatkan hukuman mati, karena banyak dan besarnya kerusakan yang dilakukannya.

Yang utamanya adalah kekafirannya karena mempelajari sihir dengan bersekongkol bersama para jin dan syaitan. Allah ta’ala berfirman:

وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ

Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia” (QS. Al Baqarah: 102)

Dalil ini menunjukkan kufurnya sihir dan kafirnya orang yang mengamalkannya.

Kemudian, dengan sihirnya seorang penyihir mencelakakan banyak orang, bahkan menghilangkan nyawanya, seperti melalui teluh dan santet. Jelas ini layaknya membunuh dengan sengaja. Allah ta’ala berfirman:

وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَآؤُهُۥ جَهَنَّمُ خَٰلِدًا فِيهَا وَغَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُۥ وَأَعَدَّ لَهُۥ عَذَابًا عَظِيمًا

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS An Nisa: 93)

Maka, sekurangnya berangkat dari dua sebab di atas, Islam memberikan hukuman mati terhadap para penyihir, seperti dukun dan paranormal.

Dari Jundub, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

حَدُّ السَّاحِرِ ضَرْبَةٌ بِالسَّيْفِ

Hukuman bagi tukang sihir adalah dipenggal dengan pedang” (HR. Tirmidzi no. 1460, yang tepat hadits ini mauquf, hanya perkataan Jundub sebagaimana diriwayatkan oleh Ad Daruquthni dengan sanad yang shahih).

Kita memohon perlindungan kepada Allah ta’ala dari buruknya sihir dan para pelakunya.

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTV
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

About Author

Continue Reading

Aqidah

10 Sebab Terlindung Dari Sihir

Published

on

Sesungguhnya termasuk penyakit yang membinasakan dan keburukan yang sangat besar yang ada pada diri manusia adalah sebuah derita yang disebabkan oleh sihir, pandangan mata yang jahat dan dengki.

Sungguh, bisa jadi orang yang terkena hal hal tersebut akan menderita sakit yang berkepanjangan atau bahkan bisa jadi mati oleh karenanya. Maka, sihir memiliki hakikat dan pengaruh. Hasad juga memiliki hakikat dan pengaruh.

Namun, sesungguhnya termasuk nikmat Allah ﷻ yang diberikan kepada hambanya yang beriman adalah bahwa Allah ﷻ telah menyiapkan untuknya sebab-sebab yang diberkahi dan hal hal yang bermanfaat yang dengannya akan tertolak keburukan darinya, dan akan menghilangkan dari mara bahaya dan bala yang menimpanya yang disebabkan oleh tindakan buruk mereka, para pelaku kejahatan tersebut, yaitu, para tukang sihir, orang-orang yang memiliki pandangan mata jahat, dan orang-orang yang dengki.

Ibnul Qayyim  رَحِمَهُ اللهُ telah mengumpulkan hal tersebut dalam 10 sebab yang agung, bila mana seorang hamba mempraktekkannya niscaya akan hilang darinya keburukan orang yang dengki, orang yang memiliki pandangan mata jahat, dan tukang sihir.

 

  1. Berlindung kepada Allah dari keburukannya dan Membentengi diri Dengannya

Allah ﷻ berfirman

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh. Dari kejahatan makhluknya dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki. (Qs. Al Falaq : 5)

Tidak ada penjaga bagi seorang hamba dan tempat memohon perlindungan kecuali Allah ﷻ. Dia ﷻ Dzat yang akan mencukupi orang-orang yang bertawakkal (menyandarkan urusannya) kepadanya, Dialah Dzat yang akan memberikan rasa aman terhadap rasa takut orang yang ketakutan, melindungi orang-orang yang memohon perlindungan, Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

 

  1. Bertakwa kepada Allah dan menjaga perintah dan larangannya

Barang siapa bertakwa kepada Allah ﷻ, niscaya Allah ﷻ menjamin penjagaan dirinya, dan Dia ﷻ tidak akan menyerahkannya kepada selainnya.

Allah ﷻ berfirman

وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (Qs. Ali Imran : 120)

 

  1. Besabar terhadap musuh. Karena keburukan yang dilakukannya akan berpulang kepada pelakunya.

Allah ﷻ berfirman

وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِه

Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri (Qs. Al Fathir : 43)

Maka, bila orang yang didengki itu bersabar, niscaya ia akan mendapatkan kesudahan yang baik.

 

  1. Bertawakkal kepada Allah

Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia ﷻ akan mencukupinya. Ketawakkalan merupakan sebab terkuat yang akan menolak sesuatu yang ia tidak mampu menghadapinya berupa tindakan kelaliman yang dilakukan orang lain terhadap dirinya.

 

  1. Kosongkan hati dari sibuk dengannya dan memikirkannya

Hendaknya ia bermaksud untuk menghapusnya dari benaknya setiap kali melintasi pikirannya, maka ia tidak melirik kepadanya, tidak merasa takut dengannya. Ini termasuk resep obat yang paling bermanfaat untuk menolak kejahatannya.

 

  1. Menghadapkan diri sepenuhnya kepada Allah dan memurnikan ketaatan kepadanya

 

Dan menjadikan kecintaan kepadanya dan mendapatkan ridhanya dan kembali kepadanya dalam setiap lintasan pikirannya dan harapan-harapannya. Allah berfirman tentang musuhnya,

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83)

Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka (Qs. Shaad : 82-83)

Maka, seorang yang mukhlis laksana orang yang berlindung di balik benteng yang sangat kokoh, tidak ada rasa takut atas orang yang berlindung diri dengannya, tidak ada kesempitan atas orang yang menyandarkan perlindungan kepadanya, tidak ada hasrat bagi musuh untuk mendekatinya.

 

  1. Bertaubat kepada Allah dari dosa yang menyebabkan musuh dapat menguasainya

Karena sesungguhnya Allah ﷻ telah berfirman

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri (Qs. Asy Syura : 30)

Maka, tidaklah seorang hamba dapat dikuasai oleh orang menyakitnya malainkan karena dosa yang diperbuatanya, baik yang diketahuinya atau pun yang tidak diketahuinya. Dan, dosa-dosa yang tidak diketahui oleh seorang hamba bisa jadi jauh lebih banyak dan berlipat ganda di bandingkan dosa-dosa yang diketahuinya, dan apa yang dilupakannya dari dosa yang diketahuinya jauh lebih banyak daripada dosa yang diketahuinya dan diingatnya.

Dalam doa yang masyhur (di mana kita diperintahkan untuk berdoa dengannya) disebutkan

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ

Ya Allah!, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari aku menyekutukan Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku memohon ampun kepadaMu untuk yang aku tidak ketahui. (HR. Al Bukhari di dalam Al Adab Al Murfad)

 

  1. Sedekah dan berbuat baik yang memungkinkan untuk dilakukan

Hal tersebut memilik pengaruh yang menakjubkan dalam hal menolak bala. Hampir-hampir saja hasad, ain, sihir dan tindakan menyakiti orang lainnya tidak akan menyerang dan menguasai orang-orang yang berlaku baik yang gemar bersedekah. Bersedekah dan berlaku baik termasuk bentuk syukur nikmat, dan kesyukuran itu merupakan penjaga nikmat dari segala hal yang akan menyebabkan hilangnya kenikmatan tersebut.

 

  1. Memadamkan api pendengki, orang yang zhalim dan orang yang menyakiti dengan berlaku baik kepadanya

Maka, setiap kali orang-orang tersebut menambah kealimannya dan keburukannya, setiap kali itu pula Anda menambah perlakuan baik kepadanya. Allah ﷻ berfirman

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar (Qs. Fushshilat : 34-35)

 

  1. Memurnikan tauhid

Mengetahui bahwa segala sesuatu tidak akan memberikan manfaat tidak pula memberikan madharat kecuali dengan izin Allah ﷻ . Allah ﷻ berfirman

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ

Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurunianya (Qs. Yunus : 107)

Nabi ﷺ bersabda kepada Abdullah bin Abbas  رَضِيَ اللهُ عَنْهُ Dan ketahuilah bahwa sekelompok orang bila mana mereka berkumpul (bersatu padu) untuk memberikan manfaat kepadamu niscaya mereka tidak akan dapat memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah dicatat oleh Allah untukmu. Demikian pula, andai mereka berkumpul (bersatu padu) untuk memadharatkanmu, niscaya mereka tidak akan dapat memudharatkanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tuliskan bakal menimpamu (HR. At Tirmidzi)

Maka, bila seorang hamba telah memurnikan tauhidnya, niscaya keluarlah rasa takut kepada selainnya dari hatinya. Musuhnya akan sulit menimbulkan rasa takut pada dirinya.

Maka, tauhid merupakan benteng (dari) Allah yang paling agung di mana orang yang masuk ke dalamnya niscaya ia termasuk orang-orang yang aman. Sebagian salaf berkata :

Barang siapa takut kepada Allah niscaya segala sesuatu takut kepadanya, dan barang siapa tidak takut kepada Allah niscaya Dia memberikan rasa takut padanya dari segala hal.

Inilah 10 sebab dimana keburukan orang yang dengki, orang yang memiliki pandangan jahat, dan tukang sihir akan tertolak karenanya. (Lihat, Bada-i’ Al Fawaid, Ibnul Qayyim, 2/238-246)

Kita memohon kepada Allah Dzat yang Maha Mulia agar memelihara kita dan kaum Muslimin semuanya dari segala bentuk keburukan, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mengabulkan permohonan.

 Wallahu A’lam

 

Sumber :

Lembaran Dakwah berjudul, “At Ta’awwudz Min Al ‘Aini Wa As Sihri Wa Al Hasadi”, Oleh : Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr حفظه الله. Dengan ringkasan

Amar Abdullah bin Syakir

 

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTV
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

About Author

Continue Reading

Aqidah

Sihir Tidak Diperbolehkan Sedikitpun

Published

on

Pertanyaan :

Kami mengharapkan penjelasan tentang hakikat sihir, apakah diperbolehkan sesuatu dari sihir itu, dan apakah aktifitas sihir itu dinilai keluar dari agama Islam ?

Jawaban :

Sihir dalam bahasa adalah sesuatu yang halus dan tersembunyi sebabnya. Hakikat sihir, sebagaimana dijelaskan Al Muwaffaq (Ibnu Qudamah Al Maqdisi) dalam Al Kafi, adalah ungkapan tentang azimat, jampi-jampi dan buhul-buhul yang berpengaruh dalam hati dan pada badan, lalu ia sakit, terbunuh dan dipisahkan di antara suami dan istrinya.

Sihir semuanya adalah haram, tidak diperbolehkan sedikitpun darinya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَالَهُ فيِ اْلأَخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ

“Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat.” (QS. Al Baqarah : 102)

Al Hasan berkata, “Ia tidak mempunyai agama, dan ini menunjukkan atas haramnya sihir dan kafirnya orang yang melakukannya. Nabi Shallallahu ‘Alahi Wasallam telah mengategorikannya dalam tujuh perkara yang membinasakan, dan membunuh penyihir itu wajib.” Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Membunuh penyihir itu diriwayatkan dari tiga sahabat Nabi Shallallahu ‘Alahi Wasallam .” Yakni, membunuh penyihir itu diriwayatkan secara shahih dari tiga sahabat, yaitu: Umar, Hafshah dan Jundub radhiyallahu ‘anhum. Jadi, aktifitas sihir itu, baik belajar, mengajarkannya, maupun mepraktikkannya adalah kufur kepada Allah, keluar dari millah, dan wajib membunuh penyihir tersebut untuk membebaskan manusia dari keburukannya, jika terbukti bahwa ia seorang penyihir: karena ia kafir dan karena keburukannya menjalar ke masyarakat.

[Al Muntaqa min fatawa asy-Syaikh Shalih Al Fauzan, jilid 2, hal. 59]

 

Amar Abdullah bin Syakir

 

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTV
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

About Author

Continue Reading

Trending