Pembaca yang budiman,
Memberikan nasehat bukanlah kewajiban yang dimonopoli oleh para orang tua, maka seorang anakpun memiliki kewajiban yang sama dalam hal ini. Yang unik, bahwa nasehat itu dapat dilakukan dengan beragam cara, salah satunya yaitu dengan melontarkan petanyaan yang cerdas kepada pihak yang ingin disampaikan kepadanya sebuah nasehat. Dan, yang menakjubkan ternyata nasehat dengan cara ini kadang lebih mengena dan membangkitkan kesadaran yang luar biasa.
Pembaca yang budiman,
Marilah kita simak sekelumit kisah yang berisikan dialog antara seorang anak dengan ayahnya, di mana sang anak bermaksud memberikan nasehat kepada ayahnya agar melakukan amal yang sangat baik, namun sang anak menyampaikan pesannya tersebut melalui sebuah pertanyaan yang cerdas, dan dengan izin Allah pesannya tersebut diterima oleh ayahnya. Bahkan, dibenarkannya dan akhirnya ayahnya tersebut melakukan amal yang sangat baik yang menjadi target dari nasehat yang disampaikan oleh anaknya tersebut.
Pembaca yang budiman,
Diriwayatkan bahwa ketika Abu Yazid Thaifur bin Isa al-Busthami menghafal ayat,
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (1) قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا (2) [المزمل : 1 ، 2]
Wahai orang yang berselimut, bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya) (Qs. Al-Muzammil : 1-2)
Ia berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, siapakah yang dikatakan Allah dalam ayat ini ? “ ayahnya menjawab, “Wahai anakku, dialah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam Thaifur berkata, “Wahai ayah, mengapa engkau tidak melakukan seperti apa yang dilakukan Nabi ? ayahnya menjawab, “Wahai anakku, tahajjud itu dikhususkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bukan untuk umatnya. Thaifur terdiam.
Selang beberapa hari Thaifur menghafal ayat,
إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ [المزمل : 20]
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu (Qs. Al-Muzammil : 20)
Thaifur berkata kpeada ayahnya, “Wahai ayah, aku mendengar ada segolongan manusia melaksanakan shalat tahajjud dan mendirikan shalat malam. Siapakah golongan ini ? “ Ayahnya menjawab,”Wahai anakku, mereka adalah para sahabat, semoaga Allah meridhai mereka semuanya. Thaifur berkata, “Wahai ayahku, adakah kebaikan dengan meninggalkan perbuatan yang dilakukan Nabi dan pada sahabatnya ?” Ayahnya menjawab, ”Engkau benar, wahai anakku”. Setelah itu ayahnya melaksanakan shalat Tahajjud dan menghidupkan malam (dengan berbagai amal ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala)
Pada suatu malam Thaifur terjaga dari tidurnya, ia melihat ayahnya sedang shalat, (Setelah ayahnya selesai shalat), Thaifur berkata, “Wahai ayahku, ajarkan kepadaku bagaimana melaksanakan shalat malam”, ayahnya berkata, ‘wahai anakku, tidurlah, engkau masih kecil”. Thaifur berkata, “Wahai ayahku, ketika manusia bertebaran untuk melihat amal perbuatan mereka (maksudnya hari Kiamat), aku akan berkata kepada tuhanku,”Aku pernah berkata kepada ayahku,’ ajarkanlah shalat malam kepadaku,’ tapi ayahku menolak dan berkata, ‘Tidurlah, engkau masih kecil.’ Apakah engkau menginginkan hal ini ? Ayahnya berkata,” Demi Allah, tidak wahai anakku. Yang aku inginkan adalah ini “. Akhirnya, ayahnya mengajarkan shalat malam kepadanya, dan akhirnya ia melaksanakan shalat malam bersama ayahnya. “
Pembaca yang budiman,
Demikianlah nasehat sang anak yang disampaikan kepada orang tuanya, yang disampaikannya melalui pertanyaan yang cerdas, bebas dari kesan menggurui orang tuanya, dan akhirnya, orang tuanya pun menerima nasehat tersebut dan melaksanakannya dengan kesadaran yang luar biasa.
Akhirnya, mari kita semua belajar untuk saling memberikan nasehat di antara kita dengan cara yang lebih baik. Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita. Amin
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis : Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Disarikan dari “ Kaifa Takunu Aban Najihan : Halaqat tarbawiyyah Hadifah”, Abdullah Muhamad Abdul Mu’thi, (Edisi Bahasa Indonesia), dengan sedikit gubahan.
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,