Connect with us

Keluarga

Sikap Merendahkan Itu Tidak Mendidik, Tapi Justru Menghancurkan

Published

on

Fatimah adalah seorang siwa kelas dua SMP. Ia menggunakan jasa angkutan umum untuk berangkat ke sekolah setiap hari. Suatu hari Fatimah pulang dari sekolah dengan air mata berlinang. Ia melapor ke ibunya bahwa kartu bis yang ia gunakan telah hilang. Ibunya sangat marah, karena kartu bis itu baru digunakan lima hari. Padahal, semestinya kartu itu digunakan untuk jatah satu bulan.

Sang Ibu membentak Fatimah dengan kata-kata kasar dan memerintahkannya agar segera enyah dari hadapannya. Fatimah berada di dalam kamar menanti kedatangan sang ayah yang juga akan menghukumnya karena kesalahannya telah menghilangkan kartu bis tersebut. Fatimah di dalam kamar dan menangis. Tentu saja ia tidak dapat mengerjakan PR, karena ia tidak dapat berkonsentrasi pada pelajaran. Yang ada di benaknya hanyalah hukuman yang akan ia terima ketika ayahnya tiba di rumah.

Ketika sang ayah tiba di rumah, hal pertama yang diberitahukan ibu adalah masalah yang menimpa Fatimah. Sang ayah sangat marah kerena ibu juga menceritakan hal itu dengan emosi. Hal ini membuat sang ayah membentak dengan kerasnya,”Mana anak yang sembrono itu ? Kamu sudah berapa kali diberi tahu supaya menjaga barang-barang. Karena kamu teledor, maka hukumannya kamu tidak boleh makan malam bersama ayah dan ibu. Besok tidak boleh pergi ke sekolah. Saya akan menelpon kepala sekolah dan memberitahu alasan kamu tidak masuk kelas, agar semua teman-teman sekelasmu tahu kalau kamu memang orang yang sembrono !”

Setelah semua kemarahan dengan bentakan dan hardikan itu, pada hari berikutnya ayah Fatimah membelikan katu bis yang baru buat Fatimah. Ia memberikan kartu itu kepada Fathimah sambil berkata, “Kalau kamu menghilangkan kartu ini lagi, saya akan memberikan hukuman yang lebih keras”.

 Wahai para ayah

Bacalah kisah di atas beberapa kali, kemudian jawab beberapa pertanyaan di bawah ini dengan detail secara tertulis. Setelah selesai menuliskan jawaban, bacalah Analisa Peristiwa  dengan teliti, agar Anda dapat membandingkan antara jawaban Anda dengan analisa tersebut. Sekarang ambillah pena dan kertas dan ajaklah istri Anda untuk ikut serta dalam latihan ini. Mulailah dengan mengharap berkah dari Allah.

Pertanyaan :

Apa pendapat Anda tentang cara kedua orang tua dalam kisah di atas mengatasi permasalahan yang menimpa putri mereka ?

Ceritakan bagaimana perasaan Fathimah setelah peristiwa ini !

Ceritakan bagaimana perasaan Fathimah terhadap kedua orang tuanya dan terhadap orang-orang yang lebih tua dari dirinya, setelah peristiwa ini !

Menurut pendapat Anda, bagaimanakah cara terbaik dalam menghadapi permasalahan seperti ini ?

 

Analisa Peristiwa

Pertama, Tidak diragukan lagi bahwa cara kedua orang tua Fathimah mengatasi permasalahan tersebut keliru. Tindakan yang dilakukan kedua orang tua Fathimah tidak menunjukkan perhatian mereka terhadap permasalahan yang sedang dihadapi Fathimah. Pada waktu yang sama, Fathimah tidak dapat belajar dari kesalahannya.

Kedua, Fathimah pasti sangat terluka dengan peristiwa itu. Ia merasa putus asa dan sakit. Ia berada dalam sebuah masalah dan ia membutuhkan bantuan kedua orang tua. Namun yang ia dapati adalah bentakan dan cercaan. Peristiwa seperti ini terkadang dapat mempengaruhi hubungan baik dan rasa hormat Fathimah terhadap kedua orang tuanya. Bahkan di masa yang akan datang mungkin saja Fathimah tidak akan memberitahukan kepada orang tuanya setiap permasalahan yang ia hadapi, agar ia tidak mendapatkan bentakan dan teguran dari kedua orangtuanya. Fathimah akan mencoba untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri yang justru akan menjerumuskannya kepada kesalahan yang lebih fatal.

Ketiga
, Setelah kejadian ini, Fathimah pasti merasa bahwa orang-orang dewasa itu bertindak aneh ketika mereka menghadapi suatu masalah. Mereka tidak mendiskusikannya dengan tenang untuk menemukan solusi, akan tetapi seringkali mereka malah membentak, marah dan merendahkan.

 Keempat, Berikut ini beberapa ide yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut 
Kedua orang tua mesti benar-benar ikut merasakan permasalahan yang dialami Fathimah, agar ia dapat merasakan perhatian orangtuanya terhadap masalah yang sedang ia hadapi.

Perasaan seperti itu tidak akan tertanam pada diri seorang anak jika ia tidak benar-benar merasakan bahwa kedua orang tuanya ikut membantunya untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Untuk menunjukkan sikap kesungguhan itu dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara : Berusaha mencari kartu bis yang hilang dengan menelpon ke sekolah dan menanyakan kartu tersebut; menelpon ke sekolah dan menanyakan ke perusahaan angkutan umum yang bersangkutan, apakah mereka menemukan kartu bis atas nama Fathimah; membantu mencarikan kartu tersebut di dalam buku-buku dan di dalam tas sekolah Fathimah, karena mungkin saja kartu tersebut terselip di balik buku atau di dalam tas sekolah.

2 Setelah orang tua memperlihatkan perhatiannya terhadap masalah yang sedang dihadapi Fathimah dan membantunya untuk mencari kartu yang hilang, maka diperlukan sikap memaafkan dari kedua orang tua, jika kehilangan ini adalah untuk yang pertama kali. Adapun jika sikap sembrono sudah menjadi kebiasaannya, maka ia pasti merasakan dampak dari sikap teledornya tersebut dan ia tahu bahwa setiap kesalahan mesti ada hukuman. Oleh sebab itu, kedua orang tua tidak boleh langsung membelikan kartu bis yang baru untuk Fathimah. Akan tetapi kedua orang tua mesti membicarakan hal itu dengan Fathimah, berusaha mencoba solusi lain, dan mengambil keputusan dengan solusi terbaik. Dalam keadaan seperti ini, para orang tua dapat memilih beberapa solusi berikut ini :

1. Jika sekolah tersebut tidak terlalu jauh dari rumah, mungkin untuk pergi dan pulang dari sekolah dengan berjalan kaki, maka biarkan Fathimah pergi ke sekolah dengan berjalan kaki untuk beberapa hari.

2. Jika letak sekolah tersebut jauh dari rumah, tidak mungkin untuk pergi dan pulang dari sekolah dengan berjalan kaki, maka gunakanlah sebagian dari jatah uang jajan Fathimah untuk membeli kartu bis.
Wahai para orang tua…

Sikap memaafkan merupakan dasar pendidikan yang luhur. Memaafkan merupakan akhlak Islami yang agung dan mulia. Gunakanlah sikap memaafkan terhadap anak-anak Anda sesuai dengan situasi dan kondisi.

Semoga Allah memberikan taufiq kepada Anda. Amin

Sumber :

Kaifa Takunu Aban Najihan : Halaqaat Tarbawiyyah Hadifah, Abdullah Muhammad Abdul Mu’thi, (Edisi Bahasa Indonesia), hal. 160-164

Penulis : Amar Abdullah bin Syakir

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keluarga

Lembutkan Suaramu

Published

on

Apakah kamu wahai istri, mengangkat suaramu di depan suamimu ?

Di antara kecantikan wanita adalah kelembutan dan kerendahan suaranya. Sesuatu yang telah menghilangkan sifat lembutnya berarti telah menghilangkan kecantikannya, karena itu Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman,

فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ  [الأحزاب : 32]

Maka janganlah kamu merendahkan suara (dengan lemah lembut yang dibuat-buat) sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya …(al-Ahzab : 32)



Namun sangat disayangkan, tidak sedikit wanita malah berkata lembut kepada orang yang dia tidak boleh berkata lembut kepadanya, dan berkata kasar di hadapan orang yang bila dia melembutkan kata-katanya, maka dia akan meraih kebahagiaan dunia dan keberuntungan akhirat, dengan izin Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.

Aku berharap suami tidak merasa perlu menyumbat telinganya dengan kapas.

Sebagian suami tidak mengetahui kelembutan kata-kata istrinya, susunannya yang indah, seni berbicara dan dialognya kecuali ketika dia berbicara dengan kerabat atau temannya saja.

Kamu wahai suami, aku berkata kepadamu apa yang aku katakan kepada istrimu, aku mengajakmu untuk berkata yang halus dan lembut kepada semua orang apalagi kepada orang yang paling dekat denganmu.

Wallahu A’lam

Amar Abdullah bin Syakir

Sumber :

Az-Zaujan Fi Khaimah as-Sa’adah Maharat wa Wasa’il, Abdurrahman al-Qar’awi, ei, hal. 134

 

Continue Reading

Keluarga

Hanya Dengan Senyum, Kamu Bisa Menundukkan Hatinya

Published

on

Ia tidak membutuhkan usaha besar, tidak perlu capek dan bersusah payah, tetapi ia melakukan layaknya sihir terhadap hati, ia masuk ke dalam hati melalui gerbang paling luas, pasangan akan merasakan cinta, kasih sayang, dan perhatian, tidak memerlukan banyak kata-kata cinta, tidak membutuhkan banyak untaian sanjungan. Di samping itu, ia menambah kewibawaan dan keceriaan bagi pemiliknya.

Ia adalah senyuman dan wajah berseri. Betapa indahnya bibir yang tersungging senyuman.

Dari Jarir رَضِيَ اللهُ عَنْهُ , dia berkata,

مَا حَجَبَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ أَسْلَمْتُ وَلَا رَآنِي إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي

“Nabi صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak mencegahku berkunjung padanya sejak aku masuk Islam, dan tidaklah beliau melihat aku melainkan beliau tersenyum kepadaku.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Dari Abu Dzar رَضِيَ اللهُ عَنْهُ dia berkata, Rasulullah صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda,

لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Jangan sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sedikit pun walaupun (hanya berupa) kamu menjumpai saudaramu (yang Muslim) dengan wajah berseri-seri.” Diriwayatkan oleh Muslim.
Iklan




Dari Abu Dzar رَضِيَ اللهُ عَنْهُ dia berkata, Rasulullah صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda,

تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيْكَ لَكَ صَدَقَةٌ

“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah bagimu.” Dariwayatkan oleh at-Tirmidzi, dan dihasankan oleh al-Albani.

Ini untuk saudaramu yang Muslim walau dia jauh (kekerabatannya), lalu bagaimana bila senyummu di depan suami atau istrimu ?

Rasulullah صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  mengajak kita demikian karena ia mendekatkan hati dan menyatukannya, serta mengakrabkan pemiliknya. Hendaknya wajah kita selalu tersenyum, tetapi bukan senyum penjilat. Sebagian suami atau istri tersenyum, tetapi kapan ? Saat mereka menginginkan sesuatu !

***

إِذَا كَانَ الْكَرِيْمُ عَبُوْسُ الْوَجْهِ

قَمَا أَحْلَى الْبَشَاشَةَ فِي الْبَخِيْلِ

 Bila orang dermawan berwajah masam

Betapa manisnya senyuman pada (wajah) orang kikir.

***

Wallahu A’lam

Amar Abdullah bin Syakir

Sumber :

Az-Zaujan Fi Khaimah as-Sa’adah Maharat wa Wasa’il, Abdurrahman al-Qar’awi, ei, hal. 117-118

 

 

 

Continue Reading

Keluarga

Libatkan Orang yang Teguh Beragama dalam Masalah Kalian Berdua

Published

on

Manakala kita berselisih, kita patut berusaha menyelesaikannya di antara kita, lalu bila memang harus meminta penengah kepada orang ketiga dan meminta sarannya, maka hendaknya kita memilih orang yang beragama, berilmu dan berakal, karena bila suami atau istri meminta pendapat sembarang orang, maka biasanya dia malah membuat benang masalah semakin kusut, persoalannya semakin melebar, orang-orang pun mengetahuinya, keduanya tidak menemukan solusi dari persoalan mereka. Kriteria agama semata tidak cukup bagi seseorang untuk dimintai nasehatnya, dan sangat disayangkan bila sebuah nasehat dimintakan kepada orang-orang di mana mereka hanya sekedar teman, atau kerabat, atau penulis di perkumpulan ini dan itu.

Hari ini, alhamdulillah, sudah banyak pusat-pusat penyuluhan sosial yang bisa dimintai bantuannya setelah Allah.

Ada sisi lain yang patut diperhatikan, bahwa berbicara kepada orang yang tidak bisa diharapkan memberikan solusi, atau nasehat, atau saran yang tepat oleh suami atau istri mengenai pasangannya, bisa masuk ke dalam ghibah yang diharamkan. Hendaknya diwaspadai.
Iklan


Betapa indahnya sebuah rumah yang terjaga aman problemnya di ruang lingkup temboknya. Bila penghuni rumah memang perlu meminta bantuan kepada pihak ketiga sesudah Allah, maka   hendaknya orang tersebut adalah orang yang dipercaya akal dan agamanya.

Aku tidak menganjurkan untuk membiarkan masalah di dalam rumah, kecuali bila suami-istri berharap dan berusaha bisa menyelesaikannya di anatara mereka berdua. Adapun bila keduanya atau salah satu dari keduanya melihat bahwa masalah semakin meruncing, maka sangat perlu meminta bantuan pihak lain mendamaikan.

**

Al-A’masy pernah berselisih dengan istrinya, lalu dia meminta temannya untuk membujuk istrinya dan mendamaikan keduanya, maka si teman datang dan berkata kepada istri al-A’masy, “Sesungguhnya Abu Muhammad (al-A’masy) adalah laki-laki tua, jangan membencinya hanya karena kedua matanya rabun, kedua kakinya ringkih, kedua lututnya lemah, kedua ketiaknya bau, kedua tangannya kaku, dan mulutnya yang tidak sedap.” Maka al-A’masy menghardiknya, “Pergilah, semoga Allah memburukkanmu, kamu malah hanya membuka aib-aibku yang tidak dia ketahui sebelumnya.”

Wallahu A’lam

Amar Abdullah bin Syakir

Sumber :

Az-Zaujan Fi Khaimah as-Sa’adah Maharat wa Wasa’il, Abdurrahman al-Qar’awi, ei, hal. 79-80

 

Continue Reading

Trending