Jika syirik besar dapat membatalkan keislaman seseorang, maka syirik kecil dapat menghanguskan pahala dari amalan yang telah dikerjakannya, sangat disayangkan padahal telah berletih dalam mengerjakannya. Itulah yang diakibatkan dari sikap riya dan sum’ah, memamerkan amalannya dengan menyebut-nyebutnya, atau memperlihatkan dengan tujuan agar dianggap orang yang banyak beramal.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(Q.S Albaqarah: 264)
Maka, hendaklah seseorang menjaga niatnya ketika beribadah dan setelahnya agar terus ikhlas karena Allah Ta’ala, sebagaimana perintah-Nya:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S Albayyinah: 5)
Yakni ikhlas hanya untuk Allah Ta’ala bukan untuk tujuan lainnya dari pujian manusia dan lain sebagainya.
Namun sayangnya tidak sedikit yang tidak menyadari hal di atas, sehingga tanpa disadari pahala amalannya terancam hangus begitu saja padahal sebelumnya sudah mengerjakannya dengan berusah payah atau juga mengeluarkan pahala seperti sedekah, umrah atau haji.
Maka dari itu, Nabi sangat mengkhawatirkannya, beliau bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ. قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ)
“Sesungguhnya yang paling kukhawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashgar.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik asghar, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Syirik asghar adalah) riya’.” (HR. Ahmad
Untuk itu, marilah murnikan niat dan tujuan dalam beribadah dan kuat dalam menjaganya dari keinginan untuk mendapatkan keuntungan duniawi, karena hakikatnya tidaklah kita beramal kecuali karena Allah Ta’ala dan ganjaran dari-Nya di akhirat kelak, adapun dunia hanyalah kenikmatan sesaat nan fana karena memang diciptakan sebagai tempat ujian,
نسأل الله تعالى العافية.
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: MDH tv (Media Dakwah Hisbah )
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor