Connect with us

Tafsir

Tafsir Surat al-Fatihah (5)

Published

on

Alhamdulillah, pada tulisan sebelumnya kita telah membahas firman Alloh ta’ala:

نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”

Diantara poin penting ayat ini adalah :

  1. Ayat ini, menjelaskan kepada kita bahwa kita mengiqrarkan diri untuk menyembah/beribadah hanya kepada Alloh ta’ala saja dan memohon pertolongan juga hanya kepada-Nya.
  2. Firman Alloh ta’ala, إِيَّاكَ نَعْبُدُ  (Hanya Engkaulah yang kami sembah), mengisyaratkan implementasi makna kalimat syahadat, “Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Alloh”.
  3. Penyebutan kalimat, وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ setelah kalimat,  إِيَّاكَ نَعْبُدُ terdapat isyarat yaitu bahwa tidak selayaknya menyerahkan urusan kecuali kepada Dzat yang berhak diibadahi.; karena selainnya tak memiliki kekuasaan sedikitpun.
    1. Pengedepanan ibadah atas memohon pertolongan termasuk bab pengedepanan hal yang bersifat umum atas hal yang bersifat khusus. Dan, agar seseorang lebih perhatian untuk mengedepankan hak Alloh ta’ala atas hak seorang hamba.
    2. Penyebutan isti’anah setelah ‘ibadah padahal isti’adah termasuk bentuk ibadah adalah karena – Wallohu a’lam- sangat perlunya seorang hamba terhadap permohonan pertolongan kepada Alloh dalam pelaksanaan ibadahnya kepada Allohta’ala.
      1. Ibadah ialah istilah yang mencakup segala perkara yang dicintai dan diridhoi Alloh  berupa perbuatan dan ucapan yang nampak maupun yang tidak nampak. Sedangkan “isti’anah” yaitu percaya dan menyandarkan diri kepada Alloh dalam hal mendatangkan perkara-perkara yang bermanfaat dan menolak perkara-perkara yang membahayakan disertai dengan penuh yakin dengan hal tersebut bahwa ia akan mendapatkan hal yang ia harapkan.
      2. Di antara faedah ayat ini, yaitu :
  • Ibadah  hanya ditujukan kepada Alloh ta’ala saja. seseorang tidak boleh memalingkan segala macam bentuk peribadatan kepada selain Alloh ta’ala.
  • Pentingnya memohon pertolongan kepada Alloh ta’ala dalam upaya mencapai hal yang kita inginkan.
  • Di dalamnya ada obat hati dari penyakit bergantung kepada selain Alloh ta’ala, penyakit riya, ujub dan sombong.
  • Beribadah dan memohon pertolongan kepada Alloh merupakan wasilah untuk mendapatkan kebahagiaan yang abadi.

Selanjutnya, Alloh ta’ala berfirman, اهْدِنَا الصِّرَا طَ الْمُسْتَقِيمَ ,Tunjukilah Kami jalan yang lurus.

Yakni, tunjukkanlah kami, bimbinglah kami dan beritaufiqlah kami kepada jalan yang Lurus, kokohkanlah kami berada di atasnya hingga kami berjumpa denganMu. Jalan itu adalah al-Islam, yaitu suatu jalan yang jelas yang akan menyampaikan kepada keridhoan Alloh dan kepada SurgaNya, yang telah ditunjukkan oleh penutup para Rosul dan para nabi, yaitu Muhammad shallallohu ‘alaihi wasallam. Tak ada jalan menuju kepada kebahagiaan seorang hamba melainkan dengan istiqomah di atas jalan tersebut (At Tafsir al Muyassar)

Syaikh Abdurrohman bin Nashir as Sa’di mengatakan, Maknanya yaitu : “Tunjukilah, bimbinglah dan berikanlah taufik kepada kami untuk meniti shirathal mustaqiim yaitu jalan yang lurus.” Jalan lurus itu adalah jalan yang terang dan jelas serta mengantarkan orang yang berjalan di atasnya untuk sampai kepada Allah dan berhasil menggapai surga-Nya. Hakikat jalan lurus (shirathal mustaqiim) adalah memahami kebenaran dan mengamalkannya. Oleh karena itu ya Allah, tunjukilah kami menuju jalan tersebut dan ketika kami berjalan di atasnya. Yang dimaksud dengan hidayah menuju jalan lurus yaitu hidayah supaya bisa memeluk erat-erat agama Islam dan meninggalkan seluruh agama yang lainnya. Adapun hidayah di atas jalan lurus ialah hidayah untuk bisa memahami dan mengamalkan rincian-rincian ajaran Islam. Dengan begitu do’a ini merupakan salah satu do’a yang paling lengkap dan merangkum berbagai macam kebaikan dan manfaat bagi diri seorang hamba. Oleh sebab itulah setiap insan wajib memanjatkan do’a ini di dalam setiap rakaat shalat yang dilakukannya. Tidak lain dan tidak bukan karena memang hamba begitu membutuhkan do’a ini (lihat Taisir Karimir Rahman, ibnu Sa’di)

Di antara faedah yang dapat kita pertik adalah :

  1. Di dalam ayat ini terdapat intisari bantahan kepada seluruh ahli bid’ah dan penganut ajaran sesat. Karena pada hakikatnya semua pelaku kebid’ahan maupun penganut ajaran sesat itu pasti menyimpang dari jalan yang lurus; yaitu memahami kebenaran dan mengamalkannya.
  2. Hendaklah seorang hamba senantiasa memohon kepada Alloh agar mendapatkan petunjukNya, dibibing olehNya dalam meniti petunjuk tersebut. Karena, sungguh ia sangat butuh kepada petunjukNya.  Wallohu a’lam

 

Sumber :

  1. At Tafsir al Muyassar, Sejumlah Profesor bidang Tafsir dibawah bimbingan Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin at Turkiy.   
  2. Taisiir al Karimi ar Rohman fii Tafsiri Kalami al Mannaan, Syaikh Abdurrohman bin Nashir as Sa’diy, Tahqiq: Abdurrohman bin Ma’la al Luwaihiq. Penerbit: Muassasah ar Risalah. Cet.I Th.1430 H /2000 M
Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tafsir

Untuk Mereka yang Beriman Kemudian Istiqamah

Published

on

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَـٰمُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَـٰئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ (٣٠)نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْأخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِى أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (٣١)نُزُلًا مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيمٍ (٣٢)

Sesungguhnya orang-orang yang berkata.’Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati ; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”

Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat ; di dalamnya (Surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.

Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang (Fushshilat : 30-32)

**

Faedah :

Di antara faedah yang dapat diambil dari ayat yang mulia ini adalah :

  1. Bahwa sekedar keyakinan dalam hati tidaklah mencukupi sedikitpun hingga amal menyertainya. Apa yang dikatakan oleh banyak orang ‘Kita di atas aqidah (keyakinan)’, ini benar dan tidak diragukan, dan mereka dipuji karenanya. Akan tetapi, haruslah dikatakan, ‘Kami berada di atas aqidah (keyakinan) ini dan amal shaleh. Karena, amal merupakan keharusan.
  2. Anjuran untuk beristiqamah, istiqamah di atas agama Allah, yaitu, tetap dan tegak berada di atasnya, tidak berubah.
  3. Ayat ini, juga menetapkan adanya para malaikat.
  4. Bahwa Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-mengatur dan menundukkan para malaikat untuk bani Adam (manusia) di banyak tempat, seperti di dalam ayat ini, dan seperti dalam ayat 23-24 dari surat ar-Ra’d, seperti juga Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengatur mereka duduk di pintu-pintu masjid pada hari Jum’at mencatat orang-orang yang hadir pertama dan seterusnya. Dan di tempat-tempat lainnya, sebagaimana yang disebutkan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
  5. Bahwa para malaikat yang turun kepada mereka orang-orang yang beriman yang istiqamah memberikan kabar gembira kepada mereka tiga hal ; (1) bahwa tidak ada ketakutan pada mereka, (2) bahwa mereka tidak bersedih, dan (3) Bahwa Surga itu adalah tempat tinggal mereka.
  6. Bahwa kabar kembira tersebut benar-banar bakal terwujud karena adanya penegasan terhadap hal tersebut. Hal ini diambil dari firman-Nya,

ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ

yang telah dijanjikan kepadamu

di mana mereka tahu bahwa janji Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- itu tidak akan dipungkiri.

ﵟوَعۡدَ ٱللَّهِ لَا يُخۡلِفُ ٱللَّهُ ‌ٱلۡمِيعَادَﵞ

(Itulah) janji Allah. Allah tidak akan memungkiri janji(Nya) (Az-Zumar : 20)

  1. Bahwa para malaikat adalah wali (pelindung dan penjaga) bagi orang yang beriman dan beristiqamah di kehidupan dunia dan di kehidupan akhirat.

Di kehidupan dunia, yaitu, mereka menjaga orang yang beriman dan beristiqamah dari berbagai bentuk kemaksiatan, ketergelinciran, mendorong mereka untuk beramal shaleh, membantu mereka untuk itu, dan mengokohkan mereka di atas hal tersebut.

Di kehidupan akhirat, para malaikat menyambut mereka, begitu juga para malaikat masuk kepada mereka dari setiap pintu di dalam Surga. Dan, hal-hal lainnya yang Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-sebutkan.

  1. Bahwa orang-orang beriman kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan istiqamah, meneguhkan pendirian mereka, di dalam Surga mereka memperoleh apa yang diinginkan  dan apa yang diminta. Dan, dalam ayat lain, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

ﵟوَفِيهَا مَا تَشۡتَهِيهِ ٱلۡأَنفُسُ ‌وَتَلَذُّ ٱلۡأَعۡيُنُۖ ﵞ

Dan di dalam Surga itu terdapat apa yang diingini oleh hati dan segala yang sedap (dipandang) mata…(Az-Zukhruf : 71).

  1. Bahwa segala sesuatu yang seseorang pinta ada di dalam Surga. Berdasarkan firman-Nya,

وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ

dan memperoleh apa yang kamu minta

maka, segala sesuatu yang mereka (penduduk Surga) pinta maka hal itu ada di dalam Surga. Kita mohon kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-semoga menjadikan saya dan Anda sekalian termasuk penduduk Surga.

  1. Bahwa mereka (penduduk Surga) diberikan karunia ini di dalam Surga, hal tersebut merupakan bentuk penghormatan bagi mereka dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Berdasarkan firman-Nya,

نُزُلٗا مِّنۡ غَفُورٖ رَّحِيمٖ

Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

  1. Bahwa mereka sampai kepada hal tersebut hanyalah karena ampunan dan rahmat Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Kalaulah bukan karena itu, niscaya mereka tidak akan sampai kepada yang mereka telah sampai kepadanya. Oleh karena ini, Nabi-صَلَّى اللَّه ُعَلَيْهِ وَسَلَّم-mengabarkan,

فَإِنَّهُ لا يُدْخِلُ أَحَدًا الجَنَّةَ عَمَلُهُ» قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «وَلا أَنَا، ‌إِلَّا ‌أَنْ ‌يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ»

sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga karena amalannya.” Para sahabat bertanya, “Begitu juga dengan engkau wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Begitu juga denganku, kecuali bila Allah melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepadaku,”(HR. Al-Bukhari)

  1. Ayat ini juga menetapkan dua nama di antara nama-nama Allah, yaitu, اَلْغَفُوْرُ dan اَلرَّحِيْمُ

 

Wallahu ‘Alam

 

Sumber :

Tafsir al-Qur’an al-Karim, Surat Fushsilat, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, hal. 171-174. Dengan ringkasan

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor



Continue Reading

Tafsir

Bulan dalam Setahun

Published

on

( Tafsir Surat at Taubah ayat 36 ) 

 

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Artinya : Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.(Qs. at Taubah : 36)

 

Pembaca yang budiman …

Alloh tabaroka wata’ala menghabarkan bahwa bilangan bulan pada hokum Alloh dan tercatat di lauhul mahfuzh adalah 12 bulan di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Diantara bulan-bulan tersebut terdapat 4 bulan haram ; Alloh mengharamkan melakukan peperangan pada waktu itu ( keempat bulan haram tersebut yaitu ; Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, Muharrom dan Rojab). Itu adalah agama yang lurus. Oleh karena itu, janganlah kalian menganiaya diri kalian pada bulan-bulan tersebut, karena bertambahnya pengharamannya, perbuatan zholim pada waktu itu lebih dahsyat daripada bulan-bulan lainnya, bukan berari kezhaliman boleh dilakukan di luar bulan-bulan tersebut. Dan, perangilah perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwa Alloh berserta orang-orang yang bertaqwa  dengan penguatan dan pertolongannya. (Tafsir al Muyassar,  Sejumlah Profesor bidang tafsir di bawah bimbingan Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin at Turki)

Pembaca yang budiman…

Alloh ta’ala mengawali ayat yang mulia ini dengan huruf “  ” إن    yang berarti ‘ sesungguhnya’. Dalam Ilmu Bahasa Arab huruf ini digolongan sebagai salah satu huruf yang berfungsi untuk menegaskan sebuh pernyataan ( Harfu Littaukiid ). Muhammad ath Thohir bin Muhammad bin Muhammad ath Thohir bin Asyur at Tunisiy (Wafat : 1393 H) di dalam tafsirnya, التحرير والتنوير من التفسير (at Tahriir wa at Tanwiir min at Tafsiir) mengatakan, pembukaan ungkapan dengan menggunakan huruf taukiid untuk menunjukkan pentingnya isi ungkapan yang hendak disampaikan supaya pendengaran dan hati orang yang mendengarnya akan benar-benar memperhatikannya. (at Tahriir wa at Tanwiir min at Tafsiir, Ibnu Asyur)

Alloh ta’ala berfirman, إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah yang dimaksud dengan bulan di sini yaitu  : Bulan Qomariyah, karena ada indikasi yang menunjukkan demikian, yaitu di antaranya sabda nabi shallallohu ‘alaihi wasallam yang nanti akan disebutkan secara sempurna  insyaa Allohu ta’ala tatkala membahas firman Alloh ta’ala, “مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌdi antaranya empat bulan haram. Namun, tidak mengapa sekarang saya sebutkan sisi pengambilan sabda beliau sebagai indikasi bahwa bulan yang dimaksud adalah bulan qomariyah, bukan syamsyiyyah. Dalam sabda beliau , beliau menyebutkan bulan “ DzulQo’dah, Dzulhijjah, Muharrom, dan Rojab “. Keempat bulan ini semunya adalah “ bulan Qomariyah”. Dengan demikian, diduga kuat bahwa yang dimaksud dengan bulan dalam firman Alloh, إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah “bulan Qomariyah”.  Wallohu a’lam. Di samping karena bulan qomariyah adalah bulan yang masyhur di kalangan orang arab yang mana alQur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa mereka… ( Lihat, at Tahriir wa at Tanwiir min at Tafsiir, Ibnu Asyur ).

Firman Alloh, “  عِنْدَ اللَّهِ “ (pada sisi Allah), ini menunjukkan bahwa bulan-bulan dalam setahun tersebut merupakan ketetapan Alloh ta’ala. Adapun jumlah bulan-bulan tersebut adalah 12 bulan.Dalam ayat ini, Alloh tidak menyebutkan secara terperinci mengenai nama masing-masing bulan. Nama-nama bulan tersebut yaitu ; المحرم  (Muharrom), صفر (Shofar), ربيع أول (Robi’ul Awwal), ربيع الآخر (Robi’ul Akhir), جمادى الأولى  (jumadal Ula), جمادى الآخر الآخرة (jumadal Akhiroh), رجب (rojab), شعبان (sya’ban), رمضان (Ramadhan), شوال (syawwal), القعدة (Dzul Qo’dah ), الحجة (Dzuhijjah)  ( Lihat  المشهور في أسماء الأيام والشهور , al-Masyhuuru Fii Asmaai al Ayyaam wa asy Syuhuur, Syaikh Ilmuddin as Sakhowi) .

Kemudian, Alloh berfirman,  مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ, di antaranya(yakni : di antara keduabelas bulan yang telah kita sebutkan tadi) ada empat bulan haram. Apa sajakah keempat bulan tersebut ? Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

السنة اثنا عشر شهرا منها أربعة حرم ثلاث متواليات ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب مضر الذي بين جمادى وشعبان

Di dalam satu tahun ada dua belas bulan dan di antaranya terdapat empat bulan haram, tiga di antaranya berturut-turut: Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram, dan Rajab yang berada di antara bulan Jumada dan Sya’ban. (HR. al-Bukhari, no.4385).

Jadi, keempat bulan tersbut adalah : Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Inilah yang difahami oleh Abdullah bin Abbas saat menafsirkan ayat tersebut di atas seperti dinukil oleh  al-Hafizh ibnu Kasir di dalam kitabnya, “ Tafsir al Qur’an al Azhim “.

Kemudia, mengapa bulan-bulan tersebut dinamakan bulan haram ?

Syaikh Abdurrohman bin Nashir as Sa’diy di dalam kitab tafsirnya “تيسير الكريم الرحمن في تفسير كلام المنانTaisiir al kariimi ar Rohmaan Fii Tafsiiri Kalaami al Mannaan “ mengatakan, dinamakan dengan “ harom “, karena bertambnya kehormatannya dan haramnya melakukan peperangan pada bulan-bulan tersebut. Wallohu a’lam

Selanjutnya, Alloh berfirman, ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ Itulah (ketetapan) agama yang lurus. Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Gholib al Amaliy, Abu Ja’far ath Thobariy(224-310H H) di dalam kitab tafsirnya “ Jami’ al Bayan Fii Ta’wiili al Qur’an “ mengatakan, adapun firman Alloh ta’ala,

, ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka maknanya ; ini yang Aku kabarkan kepadamu, berupa bahwa bilangan bulan di sisi Alloh 12 bulan di sisi Alloh, bahwa di antara bulan-bulan tersebut ada 4 bulan haram, adalah agama yang lurus, sebagaimana yang dikatakan as Sudiiy saat memaknai firmanNya ini.

Selanjutnya, Alloh ta’ala berfirman, فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan itu.

Alloh tabaroka wata’ala melarang agar kita tidak melakukan kezholiman kepada diri kita sendiri dengan segala macam bentuknya ( berupa kemaksiatan dan lain sebagainya ) pada bulan-bulan tersebut. Namun, ayat ini tidak berarti dipahami bahwa melakukan kezholiman pada bulan-bulan lainnya dibolehkan. Karena, kezhaliman kapanpun adalah terlarang. Hal ini seperti di isyaratkan dalam hadis Qudsi, yang diriwayatkan oleh imam Muslim di dalam Shohihnya, bersumber dari Abu Dzar dari nabi shallallohu ‘alaihi wasallam yang ia riwayatkan dari Alloh tabaroka wata’ala, bahwa Alloh berfirman,

« يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezhaliman atas diriKu sendiri dan Aku telah menjadikannya haram diantara kalian. Oleh karena itu, janganlah kalian saling menzholimi… (HR. Muslim, no.6737).

Bulan-bulan apakah yang dimaksud, di mana kita tidak dibolehkan menganiaya diri kita sendiri ?

Syaikh Abdurrohman bin Nashir as Sa’di di dalam kitab tafsirnya mengatakan, ada kemungkinan zhomir (kata ganti)   هُنَّ dalam firman Nya, فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ , kembali kepada 12 bulan dan ada kemungkinan pula zhomir dalam firman Alloh tersebut kembali kepada 4 bulan haram.Wallohu a’lam. Nampaknya,  perkataan al Hafizh ibnu Katsir dalam tafsirnya condong kepada kemungkinan yang kedua, yaitu bahwa zhomir dalam firman Alloh tersebut kembali kepada 4 bulan haram. Wallohu a’lam. Beliau mengatakan, ( setelah menyebutkan ayat, فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ) yaitu : pada bulan-bulan haram ini ; karena hal itu lebih besar dosanya daripada dilakukan pada bulan-bulan lainnya, seperti halnya kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan di negeri harom dilipatgandakan (dosanya). Berdasarkan firman Alloh ta’ala,

{ وَمَنْ يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ } [الحج: 25]

dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih(Qs.al-Hajj:25). Dan, demikian pula halnya bulan-bulan harom dosa-dosa yang dilakukan pada bulan-bulan tersebut diperberat. Dan oleh karena itu, pada mazhab asy Sayafi’I dan banyak ulama menetapkan , Diayat pada bulan tersebut diperberat.  Dan begitu juga dalam kasus bagi orang yang melakukan pembunuhan di haram atau pembunuhan orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan.

Ibnu Abbas radhiyallohu ‘anhu saat mengomentari firman Alloh ta’ala tersebut mengatakan, “ pada bulan-bulan semuanya. Kemudian, Alloh mengkhususkan 4 bulan dari kedua belas bulan tersebut, maka Alloh menjadikannya haram, dan mengagungkan kemulyaan-kemulyaannya, menjadikan dosa yang dilakukan pada bulan tersebut lebih besar dan begitu pula halnya dengan amal sholeh dan pahalanya. (Tafsir al Qur’an al ‘Azhim, Ibnu Katsir).

Hal senada juga disampaikan oleh Qotadah-segaimana dinukil oleh al Hafizh ibnu Katsir-semoga Alloh merahmatinya. Qotadah berkata, sesungguhnya kezhaliman pada bulan-bulan haram lebih besar kesalahan dan dosanya daripada kezholiman yang dilakukan diluar bulan-bulan haram tersebut meskipun kezholiman pada setiap kondisi adalah perkara yang besar. akan tetapi, Alloh ta’ala menjadikan sebagian dari perkara menjadi agung semaunya.

Selanjutnya, Alloh berfirman,

{ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً }

dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya.

Yakni : perangilah semua ragam orang-orang musrik dan orang-orang kafir terhadap Robb semesta alam. Janganlah kalian mengkhususkan sekelompok orangpun dari kalangan mereka untuk diperangi sementara yang lain tidak. Tapi, jadikanlah mereka semuanya musuh bagi kalian sebagaimana mereka menjadikan kalian sebagai musuh mereka. Mereka benar-benar telah menjadikan orang-orang yang beriman sebagai musuh bagi mereka. Mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) keburukan sedikit pun bagi orang-orang yang beriman. (Taisiir al Kariim ar Rohman fii Tafsiiri Kalaami al-Mannaan, Ibnu Sya’di)

Selanjutnya, Alloh tabaroka wata’ala menutup firmannya,  وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. Yaitu dengan memberikan pertolongan dan penguatanNya. Oleh karena itu, hendaklah kalian tamak mengimplementasikan taqwa kepada Alloh pada kondisi rahasia (tak ada seorang pun yang melihatnya) dan kondisi sebaliknya. Hendaknya juga engkau melakukan ketaatan kepadaNya khususnya tatkala kalian memerangi orang-orang kafir. Karena, pada kondisi ini bisa jadi seorang mukmin meninggalkan perlakukan yang dilandaskan pada ketakwaa data melakukan interaksi dengan orang-orang kafis musuh yang tengah mereka perangi.  (Taisiir al Kariim ar Rohman fii Tafsiiri Kalaami al-Mannaan, Ibnu Sya’di) Wallohu a’lam

Pembaca yang budiman …

Dari ayat yang mulia ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran, di antara yaitu ;

  1. Penegasan Alloh tabaroka wata’ala tentang bilangan bulan
  2. Alloh ta’ala menetapkan sesuatu sesuai kehendaknya
  3. Alloh melarang hambanya menzholimi dirinya sendiri setiap saat. Terlebih pada bulan-bulan haram karena suatu hikmah.
  4. Syariat Alloh adalah syariat yang lurus tidak terdapat kebengkokan sedikitpun
  5. Kebersamaan Alloh ta’ala dengan orang-orang yang bertaqwa (Abu Umair)

 

Sumber :

  1. al-Masyhuuru Fii Asmaai al Ayyaam wa asy Syuhuur, Syaikh Ilmuddin as Sakhowi
  2. 2.    at Tahriir wa at Tanwiir min at Tafsiir, Muhammad ath Thohir bin Muhammad bin Muhammad ath Thohir bin Asyur at Tunisiy (Wafat : 1393 H)
  3. Jami’ al Bayan Fii Ta’wiili al Qur’an, Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Gholib al Amaliy, Abu Ja’far ath Thobariy(224-310H H)
  4. Shohih al Bukhori, Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al Bukhori al Ju’fiy.
  5. Shohih Muslim, Abu al Hasan Muslim bin Hajjaj bin Muslim al Qusyairiy an Naisaabuuriy
  6. Tafsir al Muyassar, Sejumlah Profesor bidang tafsir di bawah bimbingan Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin at Turkiy.
  7. Tafsir al Qur’an al ‘Azhim, Abu al Fida Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurosyi ad-Damsyiqi(700-774)
  8. Taisiir al Kariim ar Rohman fii Tafsiiri Kalaami al-Mannaan,   Syaikh Abdurrohman bin Nashir bin as Sa’diy.

Artikel : www.hisbah.net

Continue Reading

Tafsir

Unta-unta Sebahagian Syiar Allah

Published

on

(lebih…)

Continue Reading

Trending