Connect with us

Khutbah

Khutbah Jum’at : Tak Ada Keberkahan dalam Riba

Published

on

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ فِي كُلِّ زَمَانٍ فَتْرَةً مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى الْهُدَى وَيَصْبِرُونَ مِنْهُمْ عَلَى الْأَذَى، يُـحْيَونَ بِكِتَابِ اللهِ الـمَوْتَى وَيُبَصِّرُونَ بِنُورِ اللهِ أَهْلَ الْعَمَى، فَكَمْ مِنْ قَتِيْلٍ لِإِبْلِيْسَ قَدْ أَحْيَوْهُ وَكَمْ مِنْ ضَالٍّ تَائِهٍ قَدْ هَدَوْهُ فَمَا أَحْسَنَ أَثَرِهِم عَلَى النَّاسِ وَأَقْبَحَ أَثَرِ النَّاسِ عَلَيْهِمْ. يُنْفَوْنَ عَنْ كِتَابِ اللهِ تَـحْرِيفَ الغَالِّينَ وَانْتِحَالَ الـمُبْطِلِينَ وَتَأْوِيْلَ الجَاهِلِينَ الَّذِيْنَ عَقَدُوا أُلُوِيَّةَ البِدْعَةِ وَأَطْلَقُوا عِقَالَ الفِتْنَةِ فَهُمْ مَخْتَلِفُونَ فِي الكِتَابِ مُخَالِفُونَ لِلْكِتَابِ مُجْمِعُونَ عَلَى مُفَارَقَةِ الكِتَابِ يَقُولُونَ عَلَى اللهِ وَفِي اللهِ وَفِي كِتَابِ اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَتَكَلَّمُونَ بِالـمُتَشَابِهِ مِنَ الكَلَامِ وَيُـخْدِعُونَ جُهَّالَ النَّاسِ بِمَا يُشْبِهُونَ عَلَيْهِمْ فَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ فِتَنِ الْمُضِلِّينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ﴾

﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً﴾

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً﴾؛ أَمَّا بَعْدُ

Ayyuhal muslimun!

Bertakwalah kepada Allah subhanahu wata’ala dan bersyukurlah kepada-Nya yang telah menunjukkan Anda kepada agama Islam dan memberi Anda anugerah yang melimpah.

Ibaadallah! Islam datang sebagai agama yang sempurna dan aturan yang lengkap. Islam datang untuk memperbaiki negara dan manusia. Islam telah menyiapkan sistem yang mengatur segala urusan dunia dan akhirat yang meliputi apa yang akan terjadi sesudah mati. Islam sangat peduli terhadap upaya pelurusan akidah dan ibadah, serta perbaikan akhlak dan muamalah. Semua aturan yang membawa kebaikan bagi individu maupun masyarakat, bagaimanapun bentuknya telah dibawa dan dianjurkan oleh Islam. Islam memberikan porsi yang seimbang antara dunia ruhani dan dunia materi dalam sebuah paduan yang sangat unik dan bangunan kokoh yang belum pernah disaksikan sebelumnya oleh manusia sepanjang sejarah. Salah satu sistem penting adalah aspek ekonomi di dalam kehidupan individu dan umat. Karena aspek ini sangat penting di dalam hidup manusia dan realitas sehari-hari mereka. Terutama menyangkut hubungan timbal-balik mereka dalam masalah harta benda.

Ikhwatal Islam! Agama Islam membangun aturan ekonominya berlandaskan iman dan berasaskan akidah. Yaitu bahwa Allah subhanahu wata’ala adalah pencipta alam semesta dan satu-satunya pemilik kerajaan ini. Dialah yang berhak menciptakan dan memerintahkan. Dan Dialah yang berhak membuat keputusan hukum dan menetapkan undang-undang. Seluruh harta yang ada sesungguhnya adalah milik Allah yang dikuasakan-Nya kepada umat manusia untuk melihat apa yang mereka perbuat. Dia juga memberi mereka beragam rezeki, penghasilan makanan sebagai ujian dan cobaan, untuk melihat kesungguhan mereka dalam memperlakukannya. Dia juga mengizinkan mereka melakukan transaksi jual beli dan berdagang agar urusan mereka di dunia ini menjadi teratur, sesuai dengan ketentuan, kebijaksanaan, dan kasih sayang-Nya.

Ayyuhal muslimun! Salah satu ciri khas dan keistimewaan undang-undang ekonomi Islam ialah diharamkannya riba dan diancamkannya dengan ancaman keras terhadap pelaku-pelaku praktik riba. Karena riba memiliki banyak dampak negatif, akibat buruk, ancaman bahaya, bencana berkepanjangan, sanksi dunia dan Akhirat, dan sangat merugikan kehidupan individu maupun masyarakat. Riba adalah dosa besar, kejahatan sadis, dan bencana dahsyat yang diharamkan berdasarkan Kitab Allah, Sunnah Rasulullah, dan ijma’ (konsensus) umat Islam. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan sebagai salah satu dari tujuh dosa besar yang membinasakan. Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Riba adalah salah satu dosa yang paling besar menurut Allah dan merupakan salah satu perbuatan paling keji yang diharamkan di dalam seluruh syariat samawi (yang turun dari langit). Allah subhanahu wata’ala berfirman,

فَبِظُلْمٍ مِّنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ اللهِ كَثِيرًا وَأَخْذِهِمُ الرِّبَاوَقَدْنُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. (QS. An-Nisa’  161)

Orang-orang yang mengkonsumsi riba diancam dengan ancaman yang keras di dunia dan Akhirat. Mereka diancam dengan adzab di Neraka dan tempat tinggal yang seburuk-buruknya. Orang-orang yang menjalankan praktik riba adalah orang-orang yang memerangi Allah dan Rasulnya. Allah subhanahu wata’ala berfirman ,

يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَذَرُوا مَابَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ فَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِّنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَإِن تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لاَ تَظْلِمُونَ وَلاَ تُظْلَمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (QS. Al-Baqarah : 278-279)

Para pelaku riba (baca: rentenir) pasti tidak disukai orang dan dijauhi masyarakat. Mereka terlihat kikir, rakus, gila harta dan enggan berderma. Para rentenir dikutuk oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Imam muslim meriwayatkan dari Jabir radhiyallahuanhu, bahwa ia berkata,

“Rasulullah melaknat pemakan riba, pemberi makan riba, pencatatnya dan kedua saksinya.” Dan beliau menyatakan, “Mereka sama saja.” (Shahih Muslim, 1598). Maksudnya sama-sama berdosa.

Riba dapat merusak negara dan manusia. Riba berpotensi menyia-nyiakan berbagai kemaslahatan umat manusia dan membahayakan harta benda mereka. Riba adalah tindakan semena-mena, zalim, jahat dan kejam. Riba dapat menghapuskan kebajikan dan menghapuskan kebaikan kepada sesama. Riba juga dapat menghabiskan kekayaan dan menghapus keberkahan.

يَمْحَقُ اللهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (QS. Al-Baqarah: 276)

Pelaku riba berada di bibir jurang Neraka dan berjalan menuju kehancuran yang mengerikan. Pelaku riba adalah penjahat bagi dirinya sendiri, masyarakatnya dan keamanannya. Ia dimurkai Allah dan dibenci sesama manusia.

Simaklah kondisi orang-orang yang memakan harta riba. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

الَّذِينَ يَأْكُلوُنَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan. (QS. Al-Baqarah: 275)

Menurut para ahli tafsir, maksudnya ialah mereka akan bangkit dari kubur kelak pada hari kiamat seperti orang yang kesurupan dan kerasukan setan. Setiap kali hendak berdiri, mereka mendadak pingsan. Dan setiap kali hendak bangkit, mereka mendadak jatuh tersungkur. Mereka seperti orang yang kerasukan setan. Wal iyadzubillah!

Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,

Ketika melaksanakan perjalanan Isra’ aku bertemu dengan orang-orang yang perutnya ada di hadapan mereka. Masing-masing perutnya sebesar rumah yang besar. Perut mereka membuat tubuh mereka miring dan tidak bisa bergerak. Setiap kali hendak berdiri mereka dipaksa miring oleh perut mereka sendiri. Lalu aku bertanya, ‘Siapakah mereka itu, Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Mereka adalah para pemakan harta riba. Mereka tidak dapat berdiri melainkan seperti orang yang senpoyongan karena kerasukan setan.’”

Ibnu Majah, Al-Hakim dan Al-Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,

Riba ada 73 pintu. Yang paling ringan adalah seperti orang yang berzina dengan ibu kandungnya.” (Sunan Ibnu Majah, 2275, Al-Mustadrak, 2/37 dan Syu’abul Iman, 5519)

Na’uzubillah min dzalik! Jika ini yang paling ringan, bagaimana dengan yang paling berat? Ya Allah, lindungilah dan bebaskanlah kami dari riba.

Anas bin Malik berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkhutbah di hadapan kami lalu menyebut riba dan menganggapnya sebagai persoalan besar. Dan beliau bersabda,

Sesungguhnya uang satu dirham yang didapat oleh seseorang dari riba itu lebih besar dosanya di sisi Allah dibanding 28 kali dosa zina yang dilakukan orang tersebut. (HR. Ibnu Abid Dunya dalam Ash-Shamtu, 175, dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 5519)

Ibaadallah! Bertakwalah kepada Allah subahanahu wata’ala, wahai umat Islam! Bertakwalah kepada Allah subhanahu wata’ala, wahai para pedagang! Bertakwalah kepada Allah wahai para pemilik bank dan money changer! Bertakwalah kepada Allah Wahai umat sekalian! Selamatkan umat dari muamalah yang haram. Jangan sampai umat ini dilanda kehinaan, kenistaan dan kekalahan akibat cara muamalah anda yang tidak benar.

Wahai para pelaku riba, ingatlah malapetaka yang akan menimpa para pelaku riba di dunia dan akhirat. Jangan sekali-kali tergoda dengan mereka yang melakukan praktik riba, Anda akan ditanya di hadapan Allah tentang harta benda: dari mana Anda mendapatkannya? Bagaimana Anda membelanjakannya? Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan lain-lain.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُّضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ وَأَطِيعُوا اللهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang kafir. Dan ta’atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. (QS. Al-Imran: 130-132)

 

بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَاِلنَا  مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

Ikhwatal Islam! Bertakwalah kepada Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Mengetahui hal-hal rahasia dan tersembunyi, dan Maha Melihat apa-apa yang tersimpan di dalam hati.

Ibaadallah! Kini banyak praktek-praktek riba yang diharamkan berkembang di tengah-tengah masyarakat muslim. Dan setiap muslim wajib mewaspadainya dan tidak boleh terseret ke dalamnya. Mereka harus bertanya kepada para ulama tentang praktik-praktik muamalah yang belum mereka pahami dengan baik. Dan sekarang ini banyak beredar praktik-praktik muamalah yang haram atau syubhat, dan rekayasa-rekayasa yang terlarang. Salah satu bentuk nasihat untuk agama Allah dan hamba-hamba Allah ialah memberikan peringatan akan hal tersebut agar diwaspadai.

Praktik riba yang diharamkan itu antara lain, Pinjaman berbunga. Misalnya seseorang meminjamkan uang kepada orang lain dengan syarat ada tambahan (bunga) sekian persen atau jumlah tertentu saat mengembalikannya, – Tabungan berbunga (deposito), – Keuntungan yang diperoleh dari penukaran mata uang (valuta asing) yang tidak diserahterimakan secara tunai di tempat transaksi. Termasuk keuntungan yang diperoleh dari toko-toko perhiasan dan permata yang menjualnya dengan uang tetapi tidak tunai.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Penukaran emas dengan emas, perak dengan perak, gandum bagus dengan gandum bagus, gandum jelek dengan gandum jelek, kurma dengan kurma, garam dengan garam, harus dilakukan dengan kadar yang sama dan tunai. Jika jenis-jenis itu berbeda, juallah sesukamu jika dilakukan secara tunai.” (HR. Muslim, 1587).

Dan dalam Hadits riwayat Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dikatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Barangsiapa yang memberikan tambahan atau meminta tambahan, ia telah berbuat riba. Orang yang mengambil dan orang yang memberi dalam hal ini sama saja.” (HR. Muslim, 1584,82)

Salah satu praktik muamalah masa kini yang diharamkan ialah penjualan saham yang dilakukan oleh bank-bank, perusahaan-perusahaan, atau lembaga-lembaga keuangan yang tidak sepi dari unsur riba.

Maka, setiap muslim harus mewaspadai itu semua. Karena ini adalah masalah besar dan resikonyapun besar. Sementara masih banyak praktik muamalah halal dan mubah bisa menjadi alternatif. Dan masyarakat yang hidup dengan cinta, kasih sayang, belas kasih, dan solidaritas (baca: kepedulian sosial).

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

وَإِن تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لاَ تَظْلِمُونَ وَلاَ تُظْلَمُونَ

Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (QS. Al-Baqarah: 279)

اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.

اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ.

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.


Artikel : www.hisbah.net

Gabung di Fans Page kami hisbah.net

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

baru

Jangan Sia-siakan Sepuluh Akhir Ramadhan

Published

on

By

Khutbah Pertama :

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَ رَمَضَانَ عَلَى غَيِرِهِ مِنَ الشُّهُوْرِ

واَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذَي جَعَلَ فِيْهِ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرَا مِنْ أَلْفِ شَهْر

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَيركَ لَهُ  لَهُ الْمُلْكُ  وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ وَلَدِ الْبَشَر

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ  [آل عمران : 102]

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا [النساء : 1]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71) [الأحزاب : 70 ، 71]

Ibadallah !

Bertakwalah kepada Allah. Bekalilah diri dengan bertakwa kepada Allah, kapan saja dan di mana saja kita tengah berada. Sesungguhnya ketakwaan kepada Allah merupakan bekal terbaik kita dalam mengarungi samudera kehidupan dunia nan fana, menuju kehidupan akhirat yang kekal abadi. Allah azza wa jalla berfirman,

 

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ [البقرة : 197]

Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal (al-Baqarah : 197).



Ibadallah !

Bertakwalah kepada Allah, dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.

Bertakwalah kepada Allah, dengan senantiasa mengingat-Nya, tidak melupakan-Nya.

Bertakwalah kepada Allah, dengan mensyukuri segala bentuk nikmat-Nya, janganlah kita mengkufuri-Nya. Dan, janganlah pula kita menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang berharga dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna untuk urusan dunia dan akhirat kita. Manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya setiap kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk melakukan berbagai bentuk kebaikan dan ketaatan.

Ibadallah !

Terlebih, ketika kesempatan itu merupakan peluang yang sangat besar untuk meraih sebanyak-banyaknya pahala dari Allah azza wa jalla.

Ibadallah !

Ketahuilah bahwa disampaikannya seorang hamba ke sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan ini, merupakan kesempatan yang istimewa dan peluang yang sangat berharga untuk meraih pahala yang sangat banyak dari Allah azza wa jalla. Terkhusus adalah di malam-malamnya. Nabi-ضَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرُهَا فَقَدْ حُرِمَ

Pada bulan Ramadhan itu ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barang siapa terhalangi dari kebaikannya, sungguh ia telah terhalangi (dari mendapatkan kebaikan yang banyak) (HR. an-Nasai)

Ibadallah !

Oleh karena itu, dulu Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-dan para sahabatnya mengagungkan sepuluh akhir ini dan mereka bersungguh-sungguh di dalam mengisinya lebih dari kesungguhan mereka dalam mengisi hari-hari lainnya.

Imam Ahmad di dalam Musnadnya dan imam Muslim di dalam shahihnya meriwayatkan dari Aisyah- رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

Rasulullah- صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-biasa bersungguh-sungguh pada sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan) tidak sebagaimana beliau bersungguh-sungguh pada selainnya.

Dan, asy-Syaikhan (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan juga dari Aisyah- رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-ia berkata,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Apabila sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan) telah masuk, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.



Ibadallah !

Makna ((شَدَّ مِئْزَرَهُ)) (mengencangkan ikat pinggangnya) yakni beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersungguh-sungguh dan mengerahkan segenap kesungguhan untuk beribadah dan menjauhkan diri dari istri ; maka pada malam-malam itu beliau tidak bernikmat-nikmat melainkan dengan bermunajat kepada Rabbnya dan mendekatkan diri kepada-Nya. Maka, apa yang diperbolehkan oleh Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-bagi beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-berupa melakukan hubungan intim suami istri pada malam-malam Ramadhan menjadi tersibukkan oleh selainnya berupa ibadah dan ketaatan karena sangat mendambakan untuk mendapatkan pahala sepuluh malam ini dan diberi taufik untuk mendapatkan lailatul qadar.

Ibadallah !

Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- menghidupkan malamnya, yakni, beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bergadang menyibukkan diri dengan melakukan ketaatan. Maka, beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-menghidupkannya dengan hal tersebut. Dan, beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-menghidupkan diri dan jiwanya pada malam itu dengan mendekatkan diri dan merendahkan diri dan beribadah kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Karena tidur itu adalah saudara kematian, dan tidak akan hidup ruh, tidak pula badan, tidak pula waktu, dan tidak pula umur melainkan dengan ketaatan kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Inilah dia kehidupan yang sejatinya. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

{ أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا } [الأنعام:122]

Apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, seperti orang yang berada dalam kegelapan sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? (al-An’am : 122) ?

Ibadallah !

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menamakan jasad-jasad ini sebagai ‘mayat’ padahal ia bergerak di atas muka bumi, makan dan minum. Hal demikian itu karena jauhnya jasad-jasad tersebut dari iman dan ketaatan kepada Dzat yang Maha Penyayang (Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-) dan kesibukannya dengan kesesataan, kefasikan, dan kedurhakaan serta kezhaliman.

Ibadallah !

Selain bahwa Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- menghidupkan malamnya, Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- juga (( أَيْقَظَ أَهْلَهُ ))  (membangunkan keluarganya), yakni, membangunkan mereka untuk menunaikan shalat dan ibadah pada malam-malam ini.

Ibadallah !

Hal ini-wahai hamba-hamba Allah- sesungguhnya termasuk kesempurnaan kesungguhan beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-terhadap keluarganya agar mendapatkan kebaikan dan juga kesempurnaan perhatian beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- terhadap mereka sebagai bentuk penunaian kewajiban memperhatikan hal-hal yang Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- wajibkan kepada beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-untuk diperhatikan.

Ibadallah !

Hal ini juga menunjukkan kesemangatan dari beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-untuk menunjukkan mereka kepada kebaikan. Dan, orang yang menunjukkan kepada kebaikan adalah seperti pelakunya. Ditambah lagi dengan pahalanya yang diusahakannya karena kesungguhanya dengan dirinya sendiri.

Ibadallah !

Dalam tindakan beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-ini juga sebagai pensyariatan untuk umatnya agar mereka mengambil langkahnya dan meneladani beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-dalam hal tersebut.

Ibadallah !

Di dalamnya juga terdapat arahan bagi para ayah dan ibu dan motivasi bagi mereka agar perhatian dengan pendidikan anak-anak mereka dan agar benar-benar memperhatikan keadaan mereka, terkhusus pada bulan nan mulia ini, memantau keadaan mereka dan mengawasi mereka dalam hal ibadah mereka, dan sungguh-sungguh dalam upaya menjaga mereka, mendorong dan memotivasi mereka untuk berlomba dalam melakukan ketaatan dan menjauhi perkara yang terlarang, dan mendayagunakan sarana yang dapat digunakan untuk menakut-nakuti dan memberikan motivasi kepada mereka.

Ibadallah !

Aisyah- رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-mengatakan,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Apabila sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan) telah masuk, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.



Ibadallah !

Ibnu Hajar-رَحِمَهُ اللهُ-berkata, ‘Di dalam hadis ini terdapat anjuran untuk bersemangat dalam mendawamkan atau merutinkan shalat malam pada sepuluh akhir ini sebagai sebuah isyarat kepada dorongan untuk memperbagus penutupan. Semoga Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menutup amal dan kehidupan kita dengan kebaikan.’ Amin

أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْن وَأَسْتَغْفِرَاللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْن وَالمُؤْمِنِيْن اَلمُوَحِّدِيْن مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah kedua :

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَيركَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Ibadallah !

Di antara ibadah yang agung, yang Allah pertintahkan kepada kita, hamba-hamba-Nya yang beriman adalah bershalawat kepada Nabi kita Muhammad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. Di dalam al-Qur’an, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا  [الأحزاب : 56]

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman ! Bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya (al-Ahzab :  56)

Sementara Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-telah bersabda, mengkhabarkan kepada kita salah satu di antara sekian banyak keutamaan bersalawat kepadanya, dalam sabdanya,

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا

Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, nicaya Allah bershalawat kepadanya 10 kali.

Oleh karena itu, hendaknya kita perbanyak ibadah ini, yaitu, bershalawat kepadanya di hari ini, hari Jum’at, sebagaimana yang diperintahkan oleh Nabi kita Nabi Muhammad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- dalam sabdanya,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيهِ

Sesungguhnya hari Jum’at termasuk hari-hari kalian yang sangat utama. Maka, berbanyaklah oleh kalian bershalawat kepadaku di hari tersebut…(HR. Abu Dawud)

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْم وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْم إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْم وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْم إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد .

وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْن اَلْأَئِمَّةِ الْمَهْدِيِّيْن ؛ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيْق ، وَعُمَرَ الْفَارُوْق ، وَعُثْمَانَ ذِي النُّوْرَيْن ، وَأَبِي السِّبْطَيْن عَلِيٍّ . وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْن وَمَنْ اتَّبَعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرِمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْن .

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْن ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْن ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْن, وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْن ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْن,

اَللَّهُمَّ احْمِ حَوْزَةَ الدِّيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن ,

اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ  وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن ،

اَللَّهُمَّ انْصُرْ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِبَادَكَ الْمُؤْمِنِيْن ،

اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الدِّيْن ،

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْم يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَام ،

اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وِلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى ، اَللَّهُمَّ وَأَعِنْهُ عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَسَدِّدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ وَأَلْبِسْهُ ثَوْبَ الصِّحَّةِ وَالْعَافِيَةِ .

اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْجَلَالِ وَاْلِإكْرَامِ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا ،

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ .

اَللَّهُمَّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ ، اَللَّهُمَّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ ، اَللَّهُمَّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ ،

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا ، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا ، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادُنَا ، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ ،

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ ،

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعِفَّةَ وَالْغِنَى ،

رَبَّنَا إِنَّناَ ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخاسِرِيْن ،

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرِةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار .

عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرْوا اللهَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، ( وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ )

Wahai hamba-hamba Allah ! Ingatlah Allah, niscaya Allah mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Nya atas nikmat-nikmatNya, niscaya Dia menambahkan nikmat-Nya kepada kalian. Sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lainnya). Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan.

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: Hisbahtv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Continue Reading

baru

Dosa Dosa Besar Diingatkan di Hari Besar

Published

on

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذي أَكْمَلَ لَنَا دِيْنَنَا وَأَتَمَّ عَلَيْنَا نِعْمَتَهُ وَرَضِيَ لَنَا الْإْسْلَامَ دِيْنًا
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعَيْنَ
أَمَّا بَعْدُ :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ  [آل عمران : 102]

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian meninggal dunia melainkan dalam keadaan muslim.
Ibadallah, wahai hamba-hamba Allah, kaum Muslimin rahimakumullah !

 

Ketahuilah bahwa ketakwaan kepada Allah-سٌبْحَانَهُ وَتَعَالَى-merupakan bekal terbaik perjalanan hidup kita di dunia yang fana ini, menuju kepada kehidupan akhirat nanti yang kekal abadi.

Tuhan dan sesembahan kita yang hak, yaitu Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah berfirman di dalam kitab-Nya al-Qur’an yang mulia,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ [البقرة : 197]

 

Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (al-Baqarah : 197)

Wahai orang-orang yang berakal ! Bertakwalah kepada Allah, niscaya Anda terjamin untuk mendapatkan keberuntungan dalam kehidupan dunia ini, bahkan sampai di kehidupan akhirat nanti.

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-yang memerintahkan Anda untuk bertakwa kepada-Nya ini telah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ  [آل عمران : 200]

 

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (Ali Imran : 200)

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ  [النور : 52]

Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan.(an-Nur : 52)

 

Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, di antaranya dengan cara mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya, menjauhi semua larangan-larangan-Nya dan semua larangan-larangan Rasul-Nya, takut akan akibat berbuat maksiat kepada-Nya, dan takut akan azab dan siksa-Nya. Niscaya, Anda termasuk golongan mereka orang-orang yang beruntung dan mendapatkan kesuksesan di dunia bahkan di akhirat dengan mendapatkan berbagai kenikmatan di dalam Surga-Nya, yang telah disiapkan bagi orang-orang yang bertakwa kepada-Nya semasa kehidupannya di dunia nan fana ini,

 

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,

وَإِنَّ لِلْمُتَّقِينَ لَحُسْنَ مَآبٍ (49) جَنَّاتِ عَدْنٍ مُفَتَّحَةً لَهُمُ الْأَبْوَابُ (50) مُتَّكِئِينَ فِيهَا يَدْعُونَ فِيهَا بِفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ وَشَرَابٍ (51) وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ أَتْرَابٌ (52) هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِيَوْمِ الْحِسَابِ (53) [ص : 49 – 53]

 

Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) Surga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka bersandar (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di Surga itu. dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya. Inilah apa yang dijanjikan kepada kalian pada hari penghisaban

(Shad : 49-53)

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah !

 

Ketahuilah bahwa termasuk perkara yang diperintahkan kepada kita adalah membaca, mentadabburi dan memperhatikan kandungan ayat-ayat-Nya (tanda-tanda kekuasaan-Nya) yang termaktub di dalam kitab-Nya al-Qur’an yang mulia. Allah berfirman,

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ [ص : 29]

 

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.(Shad : 29)

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Di antara ayat quraniyah yang hendaknya kita perhatikan kandungannya adalah ayat yang diturunkan di hari Jum’at yang menegaskan tentang kesempurnaan syariat. Ayat tersebut adalah firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا  [المائدة : 3]

 

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian

(Qs. al-Maidah : 3)

 

Umar-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-berkata, “Sungguh, aku benar-benar tahu hari diturunkannya ayat tersebut, juga tempat turunnya. Ayat ini turun, sedangkan Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-tengah berdiri (wukuf) di Arafah pada hari Jum’at.”

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Bila kita perhatikan kandungan dan kapan ayat ini diturunkan, kita pun akan tahu betapa agung kandungannya, dan keagungan hari diturunkannya, juga keagungan hari-hari setelahnya.

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Ayat tersebut memuat makna, bahwa Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah memberi anugerah besar kepada kaum Mukminin, yaitu dengan disempurnakannya agama ini. Sehingga tidak terdapat kekurangan dalam syariat-Nya. Aturannya pun tidak terjamah ketimpangan. Al-Qur’an dan sunnah yang merupakan sumber rujukan agama ini, mendapatkan penjagaan dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, sehingga selamanya tetap terjaga dan sesuai di segala waktu dan tempat. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ  [الحجر : 9]

 

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (al-Hijr : 9)

Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –juga bersabda,

تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بِعْدَهُمَا (إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا) كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِي

 

Aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selamanya (jika kalian berpegang teguh pada keduanya) ; yaitu Kitabullah dan sunnahku. (HR. al-Hakim dan lainnya)

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Agama Islam ini adalah agama yang sempurna, aturan yang menyeluruh mencakup semua kemaslahatan hamba. Agama ini sesuai untuk segala waktu dan tempat. Ditambah lagi bahwa agama ini terpelihara dari tangan-tangan jahil yang hendak mendistorsi dan merubahnya.

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Agama Islam ini sempurna dalam prinsip-prinsip dasarnya, juga sempurna dalam hukum-hukum cabangnya. Sempurna dalam hal urusan ibadah juga sempurna dalam muamalah. Aturannya mencakup tataran umat dan juga tataran individu.

Agama Islam adalah agama yang menjamin prinsip mengambil hal yang maslahat dan menolak yang merusak, juga menjaga segala hak serta memberi efek jera kepada para pembuat kerusakan.

Agama Islam adalah agama yang mengatur segala urusan, yang tidak tersentuh oleh kekurangan maupun ketimpangan. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-  berfirman,

لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ  [فصلت : 42]

 

“Yang tidak datang kepadanya (al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji (Fushshilat : 42)

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Maka orang yang menilai Islam tidak cocok untuk zaman sekarang, atau meragukannya, atau menyatakan bahwa Islam hanya  mengatur urusan manusia dengan Sang Pencipta semata, sedangkan urusan dunia dengan berbagai dimensinya tidak diatur Islam, maka ia telah keluar dari Islam, ia telah mendustakan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- yang telah menyatakan bahwa Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah menyempurnakan agama-Nya.

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Kalau kita perhatikan hari di mana ayat di atas diturunkan yaitu, hari Arafah dan di hari Jum’at pula, maka kita pun tahu betapa mulia waktu turunnya ayat di atas. Hari itu adalah hari terbaik.

Tentang keutamaan hari Arafah, disebutkan di antaranya adalah bahwa hari tersbut merupkan hari pengampunan dosa dan pembebasan dari siksa neraka.

Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ

“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah. Dan sesungguhnya Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman : Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim no. 1348)

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Hari Arafah juga merupakan hari disempurnakannya agama dan nikmat.

Dalam shahihain (Bukhari-Muslim), ‘Umar bin Al Khothob-semoga Allah meridhainya- berkata bahwa ada seorang Yahudi berkata kepadanya,

آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا .

 

“Ada ayat dalam kitab kalian yang kalian membacanya dan seandainya ayat tersebut turun di tengah-tengah orang Yahudi, tentu kami akan menjadikannya sebagai hari perayaan (hari ‘ied).

قَالَ أَىُّ آيَةٍ

“Ayat apakah itu?” tanya ‘Umar.

قَالَ ( الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا ) .

 

Si Yahudi menjawab, “(Ayat itu adalah ayat yang artinya): Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian.

قَالَ عُمَرُ قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِىِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ

‘Umar berkata, “Kami telah mengetahui hal itu yaitu hari dan tempat di mana ayat tersebut diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri di ‘Arofah pada hari Jum’at.”

 

(HR. Bukhari no. 45 dan Muslim no. 3017). At Tirmidzi mengeluarkan dari Ibnu ‘Abbas semisal itu. Di dalamnya disebutkan bahwa ayat tersebut turun pada hari ‘Ied yaitu hari Jum’at dan hari ‘Arofah.

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Adapun tentang hari Jum’at, Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ

Sesungguhnya di antara hari-hari kalian yang paling utama adalah hari jum’at…(HR. Abu Dawud)

Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-juga bersabda,

خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ

 

Sebaik-baik hari di mana matahari terbit pada hari tersebut adalah hari Jum’at…(HR. Muslim)

Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-juga bersabda,

الصَّلاَةُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ

 

Shalat (fardhu) yang lima (waktu),  hari Jum’at ke hari Jum’at berikutnya merupakan penghapusan dosa yang ada di antara semuanya selagi dosa-dosa besar tidak dilakukan (oleh seseorang) (HR. Muslim).

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Ya, dosa-dosa besar apa pun bentuknya tidaklah boleh dilakukan. Dan ketahuilah bahwa pada hari Jum’at, pada hari Arafah, pada hari yang besar ini,  Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- telah menegaskan dan mengingatkan beberapa contoh bentuk dosa-dosa besar yang seharusnya ditinggalkan.

 

Dalam khutbahnya-sebagaimana diriwayatkan oleh imam Muslim di dalam shahihnya dari sahabat mulia Jabir bin Abdillah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

Sesungguhnya darah kalian dan harta kalian haram atas kalian, seperti keharaman hari kalian ini, pada bulan kalian ini, di negeri kalian ini. Ketahuilah bahwa segala sesuatu dari perkara jahiliyah dibawah kakiku diletakkan. Darah di masa jahiliyah diletakkan. Dan sesungguhnya darah pertama yang aku letakkan dari darah kita adalah darah Ibnu Rabiah bin al-Harits. Dulu, ia disusui di Bani Sa’ad, lalu Hudzail membunuhnya. Riba jahiliyah juga dibatalkan. Dan, riba pertama yang aku batalkan adalah riba kita riba Abbas bin Abdul Muthalib, sesungguhnya ribanya tersebut dibatalkan semuanya…”

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Menumpahkan darah atau membunuh orang lain tanpa hak sungguh merupakan dosa besar. Perbuatan tersebut adalah terlarang dan diharamkan. Harus dijauhi dan ditinggalkan. Demikian pula mengambil harta orang lain dengan cara batil. Perbuatan tersebut merupakan dosa besar, terlarang dan diharamkan. Harus dijauhi dan ditinggalkan. Demikian pula melakukan praktek riba, juga merupakan perbuatan dosa besar, terlarang dan diharamkan, tidak boleh dilakukan, perbuatan tersebut harus dihindari dan ditinggalkan.

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Itulah tiga contoh bentuk dari dosa-dosa besar yang diingatkan oleh Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- di hari yang besar agar dihindari dan ditinggalkan. Namun demikian, sungguh masih banyak bentuk dosa-dosa besar lainnya yang harus pula dijauhi, dihindari dan ditinggalkan oleh kita semuanya sebagai umat Islam, sebagai orang-orang yang beriman, seperti, menyekutukan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-atau syirik, sihir, meninggalkan shalat, tidak mau membayar zakat, durhaka kepada kedua orang tua, memakan harta anak yatim dengan cara zhalim, berdusta atas nama nabi, membatalkan puasa Ramadhan tanpa alasan atau keringanan, lari dari medan pertempuran, berzina, Khianat, Zhalim, dan bertindak sewenang-wenang yang dilakukan oleh pemimpin terhadap rakyatnya, meminum khamer, menyombongkan diri, takabbur, ujub dan angkuh, persaksian palsu, melakukan homoseksual, menuduh zina, mencuri, merampok, sumpah palsu, selalu berdusta di setiap ucapan, bunuh diri, membiarkan kemungkaran di dalam keluarga, bertingkah laku seperti lawan jenis, makan bangkai, darah, dan daging babi, memalak (pungutan liar), mengungkit-ungkit kebaikan, tidak beriman terhadap takdir, mengkhianati pemimpin, membenarkan dukun, memutus hubungan kekerabatan, durhaka terhadap pasangan,… dan masih banyak lagi bentuk dosa besar yang lainnya sebagaimana disebutkan dan dijelaskan oleh para ulama, seperti yang disebutkan oleh imam Adz-Dzahabi di dalam bukunya al-Kabair. Dan, di dalam bukunya tersebut beliau berpesan seraya mengatakan, ‘Oleh karena itu, kita wajib untuk mempelajari dosa-dosa besar agar seorang muslim bisa menjauhinya.’

أَقُوْلُ قَوْليِ هَذَا وَأَسْتَغْفِرَ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلَسَائِرِ الْمُسِلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 Khuthbah Kedua :

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71) [الأحزاب : 70 ، 71]

 

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagi kalian amalan-amalan kalian dan mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Sesungguhnya hari ini, hari Jum’at merupakan hari yang utama, dan kita pun dianjurkan untuk mengisinya dengan amalan yang utama pula. Bahkan kita dianjurkan untuk memperbanyak melakukan amal yang utama tersebut.

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Ketahuilah bahwa termasuk amal yang utama yang kita dianjurkan untuk memperbanyaknya adalah bershalawat kepada Nabi kita Muhammad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam Sunannya, Nabi kita Muhammad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيهِ

 

Sesungguhnya di antara hari-hari kalian yang paling utama adalah hari Jum’at. Oleh karena itu, perbanyaklah oleh kalian bershalawat kepadaku di hari tersebut …

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللَّهُمَّ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَوَحِّد صُفُوْفَهُمْ وَاَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ وَاكْسُرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِيْنَ وَاكْتُبْ السَّلَامَ وَالْأَمْنَ لِعِبَادِكَ أَجْمَعِيْنَ

 

Ya Allah ! Muliakanlah Islam dan kaum Muslimin, satukanlah barisan dan kalimat mereka di atas kebenaran. Hancurkan kekuatan orang-orang yang zhalim dan karuniakanlah kedamaian serta keamanan untuk semua hamba-Mu.

 

اَللَّهُمَّ نَجِّي إِخْوَانَنَا اَلْمُسْلِمِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ

Ya Allah ! Selamatkanlah saudara-saudara kami kaum Muslimin yang tertindas di Palestina dan di setiap tempat.

 

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنِ فِي سَبِيْلِكَ عَلَى أَعْدَائِهِمْ

Ya Allah ! Menangkanlah saudara-saudara kami para Mujahidin di jalan-Mu atas para musuh-musuh mereka.

 

اَللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَكَ عَلَى الْيَهُوْدِ الْغَاسِبِيْنَ الظَّالِمِيْنَ وَمَنْ شَايَعَهُمْ وَأَعَانَهُمْ يَا عَزِيْزُ يَا جَبَّارُ

Ya Allah ! Timpakanlah azab keras-Mu terhadap kaum Yahudi penjajah yang zhalim, serta siapa pun yang mendukung dan membantu mereka wahai yang Maha Perkasa, wahai yang Maha Mengalahkan.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِيْنَ كَسِنِيْنِ يُوْسُفَ

Ya Allah ! Jadikanlah adzab-Mu atas mereka berupa paceklik yang berkepanjangan sebagaimana yang terjadi di Masa Nabi Yusuf

 

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا وَعَلَيْهِمْ صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَأَقْدَامَهُمْ وَانْصُرْنَا وَانْصُرْهُمْ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Ya Allah ! Ya Tuhan Kami ! Tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan mereka (saudara-saudara kami), kokohkanlah pendirian kami dan mereka, dan tolonglah kami dan tolonglah (pula) mereka terhadap orang-orang kafir.

 

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا وَعَلَيْهِمْ صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ

” Ya Allah ! Ya Tuhan Kami !, Limpahkanlah kesabaran kepada Kami dan kepada mereka dan wafatkanlah kami dan mereka dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)”.

 

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Ya Allah ! “Ya Tuhan kami !, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)”.

 

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka”

 

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Ditulis oleh :

Amar Abdullah bin Syakir

 

Continue Reading

baru

Ujian Sihir

Published

on

Khutbah Pertama :

إن الحمد لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.. أَمَّا بَعْدُ.

Bertakwalah kepada Allah, wahai hamba-hamba Allah !

Sesungguhnya barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.

Ketahuilah-wahai orang-orang yang beriman-sesungguhnya termasuk ketakwaan kepada Allah adalah bersyukur kepada-Nya saat dalam kesenangan dan bersabar atas ketentuan dan takdirnya saat dalam kesusahan dan saat menghadapi bala dan musibah. Karena sesungguhnya Allah memberikan cobaan kepada kalian dengan sesuatu yang kalian sukai dan dengan sesuatu yang tidak kalian sukai, agar Dia melihat kesyukuran kalian dalam perkara-perkara yang kalian sukai dan agar Dia melihat kesabaran kalian terhadap hal-hal yang tidak kalian sukai. Kemudian, setelah itu, kepada-Nya-lah kalian kembali. Orang-orang yang bersyukur dan bersabar akan diserukan kepada mereka “Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu karena apa yang selalu kamu kerjakan.”



Ayyuhal Mukminun !

Sesungguhnya di antara hal yang Allah cobakan kepada sebagian hamba-hamba-Nya adalah sakit dan penyakit dalam berbagai bentuk ragam dan macamnya. Hanya saja, di antara bentuk cobaan yang paling dahsyat dan paling besar adalah ‘sihir’. Sesungguhnya sihir itu merupakan penyakit yang besar, cobaan yang nyata, keburukan yang terbentang, merusak akal, mengacaukan pandangan dan perasaan, memisahkan antara para kekasih, merusak kehidupan saudara-saudara, sungguh benar Allah ketika berfirman tentang sihir itu,

يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ [البقرة : 102]

(dapat) memisahkan antara seorang (suami) dan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan (sihir)-nya, kecuali dengan izin Allah. (al-Baqarah : 102)

Ayyuhal Mukminun

Sesungguhnya sihir merupakan dosa besar, kejahatan yang berbahaya, Allah mengaitkannya dengan kekufuran dan kesyirikan,

وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ [البقرة : 102]

Sulaiman itu tidak kufur, tetapi setan-setan itulah yang kufur. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal, keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu)  oleh sebab itu janganlah kufur!” (al-Baqarah : 102)

Dan Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-menempatkannya di belakang kesyirikan, seraya bersabda, sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari,

«اجتنبوا الموبقات : الشِّركَ باللهِ والسِّحرَ»

Jauhilah oleh kalian hal-hal yang membinasakan : kesyirikan dan sihir, …

Ayyuhal Mukminun

Sesungguhnya di antara bentuk sihir merupakan kekufuran kepada Allah Dzat yang Maha Agung. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ [البقرة : 102]

Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Sungguh, mereka benar-benar sudah mengetahui bahwa siapa yang membeli (menggunakan sihir) itu niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh, buruk sekali perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir jika mereka mengetahui(-nya). (al-Baqarah : 102).

Ini balasannya di akhirat. Adapun balasannya di dunia, maka dipenggal (lehernya) dengan pedang, kepalanya dipisahkan dari badannya, diputus keburukannya, dibatalkan usahanya, dan diperingatkan dari kesesatannya.



Ayyuhal Mukminun

Sesungguhnya termasuk bentuk tindak kejahatan yang sangat besar terhadap seorang muslim adalah melakukan sihir untuknya, atau mengusahakannya, atau menjadi sebab dilakukannya hal tersebut. Sesungguhnya hal tersebut merupakan kezhaliman yang sangat besar. Tindakan aniaya yang akibatnya sangat buruk. Sungguh di antara orang yang lemah imannya terhadap Allah dan hari akhir ada orang-orang yang meminta tolong dengan melakukan sihir atau dengan mendatangi para tukang sihir untuk mewujudkan keinginannya yang rusak dan untuk mendapatkan tujuan-tujuannya yang menyimpang, meraih maksudnya yang hina. Ia pergi ke para tukang sihir agar para tukang sihir tersebut melakukan sihir terhadap fulan atau fulanah, dengan penuh kedengkian, permusuhan dan kelaliman. Sungguh ini merupakan tindakan yang akan menimbulkan kerusakan di bumi, menyakiti makhluk dan menimbulkan kemurkaan rabb semesta alam.

Ayyuhal Mukminun

Sesungguhnya mereka (para tukang sihir dan orang-orang yang meminta pertolongan kepada mereka untuk melakukan sihir untuknya atau orang-orang yang menyebakan terjadinya praktek sihir) adalah para pelaku tindak kezaliman, para pelaku tindak kejahatan, orang-orang yang membuat kerusakan di bumi. Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-telah menyatakan berlepas diri dari mereka, sebagaimana riwayat yang shahih dari beliau, bahwa beliau bersabda,

« ليس مِنَّا مَن تطيَّرَ أو تُطِيَّرَ له، أو تَكهَّنَ أو تُكُهِّن له، أو سَحَر أو سُحِر له

Tidak termasuk golongan kami orang-orang yang melakukan atau meminta tathayyur, atau meramal atau minta diramalkan, atau yang menyihir atau meminta disihirkan.

Alangkah hina dan ruginya orang yang Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-dan orang-orang beriman berlepas diri darinya.

Maka, bertakwalah kalian kepada Allah, wahai hamba-hamba Allah. Jauhilah oleh kalian kezhaliman, karena sesungguhnya kezhaliman itu merupakan kegelapan-kegelapan pada hari Kiamat.

Ayyuhal Mukminun

Sesungguhnya sihir merupakan hal yang membahayakan, tidak ada kemanfaatan padanya dari sisi mana pun, sebagaimana firman Allah,

وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ  [البقرة : 102]

Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka (al-Baqarah : 102)

Sebagaimana bahwa barang siapa menyihir seorang muslim atau berupaya untuk menyihirnya, niscaya ia tidak akan dapat mencapai maksudnya betapa pun ia melakukannya, karena sesungguhnya Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menjamin pembatalan upaya orang-orang yang melakukan kerusakan, seraya berfirman,

إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ  [يونس : 81]

Sesungguhnya Allah akan membatalkan (mengalahkan)-nya. Sesungguhnya Allah tidak membiarkan perbuatan orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus : 81)

Dan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah berfirman,

وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى [طه : 69]

Tidak akan menang penyihir itu, dari mana pun ia datang.” (Thaha : 69)

Maka, bertakwalah kalian kepada Allah, wahai hamba-hamba Allah. Dan, tinggalkanlah dosa yang terlihat dan dosa yang tersembunyi. Jauhilah oleh kalian kebiasaan-kebiasaan orang-orang yang bakal sengsara, dan jauhilah pula oleh kalian jalan-jalan menuju kehinaan dan kenistaan.

Ayyuhal Mukminun

Sesungguhnya di antara sebab terbesar untuk menjaga diri dan melindungi diri dari bala yang jelas ini adalah banyak mengingat Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, karena sesungguhnya hati bilamana penuh dengan mengingat-Nya niscaya tidak ada sesuatu pun yang akan membahayakannya. Karena itu-wahai hamba-hamba Allah- hafalkanlah dzikir-dzikir yang disyariatkan, wirid-wirid nabi, rukyah ilahiyah, seperti membaca ummul kitab (surat al-Fatihah), ayat kursi, penutup surat al-Baqarah, surat al-ikhlash, al-Mu’awadzatain (surat al-Falaq dan surat an-Naas) dan yang lainnya berupa doa dan dzikir (yang disyariatkan)

Termasuk penjagaan dan perlindungan diri dari bala ini adalah kejujuran bersandar dan bertawakkal kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dalam segala urusannya.

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ  [الطلاق : 3]

Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan-nya (ath-Thalaq : 3)

Maka, hanya kepada-Nya-lah hendaknya kalian bertawakkal, wahai orang-orang yang beriman agar kalian mendapatkan keberuntungan.

 

Khutbah Kedua :

 

Amma Ba’du

Ayyuhal Mukminun

Sesungguhnya yang wajib atas orang yang tertimpa ujian sihir ini atau sakit dan penyakit-penyakit  yang lainnya adalah bersabar terhadap ketentuan dan takdir Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, karena sesungguhnya sabar dan mencari pahala merupakan upaya yang akan membuahkan hasil yang sangat besar dan pahala yang banyak. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ [الزمر : 10]

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa perhitungan. (az-Zumar : 10)

Maka, bersabarlah Anda, wahai hamba Allah. karena sesungguhnya sakitnya seorang mukmin dan cobaan dan ujian yang menderanya, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjadikannya-dengan rahmat-Nya- sebagai penebus kesalahan dan dosa-dosanya, dan sebagai kesempatan untuk bertaubat kepada-Nya. Dan, hendaklah engkau berdoa dan merendahkan diri kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, memohon kesembuhan kepada-Nya, karena sesungguhnya tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Nya.

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ  [الشعراء : 80]

Apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku (asy-Syu’ara : 80)

Dan, jujurlah kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-di dalam berdoa, tampakkanlah hajat dan kebutuhanmu kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, karena sesungguhnya doa yang jujur merupakan musuh bala’, mengangkat bala’ dan menerapinya.

أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ  [النمل : 62]

Apakah (yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang mengabulkan (doa) orang yang berada dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, menghilangkan kesusahan (An-Naml : 62)

Tempuhlah sebab-sebab syar’i untuk mengangkat bala’ yang besar ini. Jangalah Anda sekali-kali menemui para tukang sihir dan para normal, atau mengikuti para dajjal dan orang-orang yang menyimpang. Karena sesungguhnya mereka itu akan merusak hati dan menghancurkan badan, mereka akan menjatuhkan seseorang ke dalam kemurkaan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, berfirman,

كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا [الجن : 6]

Sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari (kalangan) manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari (kalangan) jin sehingga mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat. (Al-Jin : 6)

Maka, tidak ada kebaikan pada sisi mereka. Bahkan, mereka adalah sumber munculnya keburukan dan kejelekan berbagai hal. Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-telah mewanti-wanti jangan sampai mendatangi mereka, seraya bersabda,

من أتى كاهِناً أو ساحِراً فصدَّقَه، فقد كَفَرَ بما أُنزلَ على محمَّدٍ

Barang siapa mendatangi dukun atau tukang sihir lalu ia membenarkannya, maka sungguh ia telah ingkar terhadap apa yang diturunkan kepada Muhamamad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- (yakni, al-Qur’an)

Maka, bertakwalah Anda kepada Allah, wahai orang yang beriman. Lalu, jika seandainya Anda meninggal dunia dalam keadaan sakit, beriman dan mengesakan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, niscaya hal itu-Demi Allah- adalah lebih baik bagimu daripada engkau meninggal dunia dalam keadaan sehat, selamat, namun dalam keadaan sebagai orang yang menyekutukan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-

اللهم إنا نعوذُ بك من الشركِ كلِّه.

Ya Allah ! Sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari kesyirikan seluruhnya.

 

Sumber :

As-Sihru Wa Syu’muhu, Syaikh Prof. Dr. Khalid bin Abdullah al-Mushlih-حَفِظَهُ اللهُ تَعَالى- https://www.almosleh.com/ar/27

Amar Abdullah bin Syakir

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Continue Reading

Trending