Connect with us

Khutbah

Tauhid; Menghapus Semua Dosa

Published

on

Khutbah Pertama:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ خَلَقَ الإِنْسَانَ، عَلَّمَهُ البَيَانَ، وَحَذَّرَهُ مِنْ آفَاتِ الْلِسَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَدَةً تُفْتَحُ لِقَائِلِهَا أَبْوَابَ الجِنَانِ، وَتُغْلَقُ عَنْ أَبْوَابِ النِيْرَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُؤَيِّدُ بِالمُعْجِزَاتِ وَالبُرْهَانِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، أَهْلُ البِرِّ وَالْإِيْمَانِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا

أَمَّا بَعْدُ:

أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى،

Ibadallah…

Apa rahasia kehebatan tauhid, sehingga mampu menghapus segala dosa, sebesar apapun? Seorang Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu misalnya, tokoh yang sebelum masuk Islam terkenal paling menentang ajaran Islam dan terkenal dengan kekafirannya serta pernah mengubur putrinya hidup-hidup. Namun dengan masuk Islam, mentauhidkan peribadatan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, maka terhapuslah segala dosa dan kesalahannya yang menggunung. Bahkan menjadi tokoh paling mulia di sisi Allah sesudah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu.

Apalagi jika kesalahan seseorang lebih kecil, tentu akan lebih mudah terhapus dengan tauhid. Bahkan jika kesalahan serta kekufurannya lebih besar dari Umar radhiyallahu ‘anhu sekalipun, tetap semua itu akan hapus dan sirna dengan tauhid.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“…وَمَنْ لَقِيَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطِيْئَةً لاَيُشْرِكُ بِي شَيْئًا، لَقِيْتُهُ بِمِثْلِهَا مَغْفِرَةً” رواه مسلم

Allah Azza wa Jalla berfirman, “…Dan barangsiapa menjumpai-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Aku, maka Aku akan menjumpainya dengan ampunan yang sepenuh bumi pula”. (HR. Muslim).

Dalam Sunan Tirmidzi, dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman :

يَاابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَتُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

Wahai anak Adam! Sesungguhnya jika engkau datang menghadap kepada-Ku dengan membawa kesalahan-kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau datang kepada-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Ku, maka Aku akan datang kepadanya dengan membawa ampunah sepenuh bumi pula (HR. at-Tirmidzi).

 

Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang datang dengan membawa tauhid (kepada Allah), meskipun memiliki kesalahan sepenuh bumi, niscaya Allah akan menemuinya dengan membawa ampunan sepenuh bumi pula.”

Maksudnya, hadits di atas menegaskan bahwa siapa yang bertauhid dengan sempurna, maka bisa mendapat ampunan dari dosa-dosanya meskipun dosa-dosa itu memenuhi bumi. Bukan hanya itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan bahwa orang yang sempurna tauhidnya, tidak akan diadzab oleh Allah di akhirat.

Dalam hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu tentang hak dan kewajiban hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا اللهَ وَلاَيُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئاً، وَحَقُّ الْعِباَدِ عَلَى اللهِ : أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً. قُلْتُ: ياَرَسُوْلَ اللهِ، أَفَلاَ أُبَشِّر الناَّسَ؟ قَالَ : لاَتُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوْا.

“Hak Allah yang menjadi kewajiban para hamba ialah agar mereka beribadah kepada Allah saja dan tidak mempersekutukan sesuatupun (syirik) dengan Allah. Sedangkan hak hamba yang akan diperoleh dari Allah ialah bahwa Allah tidak akan mengadzab siapapun yang tidak mempersekutukan (syirik) sesuatu dengan Allah.” Aku (mu’adz) berkata, ‘Wahai Rasulullah, tidakkah kabar gembira ini aku sampaikan kepada orang banyak ?’ Beliau menjawab, “Jangan engkau kabarkan kepada mereka, sebab mereka akan bergantung (dengan mengatakan: yang penting tidak syirik).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits ini menunjukkan, orang yang sama sekali tidak berbuat syirik dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia tidak akan diadzab.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula:

مَنْ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَابْنُ أَمَتِهِ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ، وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ الله مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ(وفى رواية: أَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ).

“Siapa yang berkata: Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, juga bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allah dan anak hamba (perempuan) Allah, ia adalah manusia yang dicipta dengan kalimat-Nya, lalu dimasukkan ke dalam diri Maryam, dan ia adalah ruh yang dicipta oleh Allah. Juga bersaksi bahwa sorga adalah benar adanya, dan nerakapun benar adanya, maka Allah pasti akan memasukannya ke dalam sorga, melalui pintu mana saja yang dia kehendaki dari pintu-pintunya yang delapan. (Dalam riwayat lain: maka Allah pasti akan memasukannya ke dalam sorga, sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukannya). (HR. Bukhari dan Muslim).

Masih banyak nash lain yang menceritakan kehebatan tauhid. Apa Rahasianya?

Di sini perlu dikaji beberapa hal di antaranya:

Kaum muslimin rahimakumullah,

Tauhid ialah meng-Esakan Allah Azza wa Jalla dengan hanya memberikan peribadatan kepada-Nya saja. Artinya, agar orang beribadah (menyembah) hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja serta tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya (tidak syirik kepada-Nya). Dia beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla dengan mencurahkan kecintaan, pengagungan, harapan dan rasa cemas.

Kata tauhid artinya menjadikan sesuatu menjadi satu-satunya. Dan ini tidak akan terjadi kecuali dengan menggabungkan antara nafi (peniadaan) dan itsbat (penetapan). Meniadakan (peribadatan) dari selain yang di-Esakan, serta menetapkan (peribadatan) hanya pada yang di-Esakan.

Tauhid yang dibawa Rasul Allah sebagai ajarannya tidak lain berisi penetapan bahwa sifat Uluhiyah (berhak disembah) hanyalah milik Allah Azza wa Jalla saja. Yaitu, ikrar bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah Azza wa Jalla, tidak ada yang boleh diibadahi kecuali Dia, tidak diserahkan sikap tawakal kecuali hanya kepada-Nya, tidak ada kecintaan kecuali karena-Nya, tidak dilakukan permusuhan kecuali karena-Nya dan tidak dilakukan amal perbuatan kecuali dalam rangka ridha-Nya. Dan itu semua mencakup penetapan nama-nama serta sifat-sifat-Nya sesuai dengan apa yang telah Dia tetapkannya sendiri bagi diriNya”.

Itulah hakikat tauhid yang menjadi intisari dakwah serta ajaran setiap Rasul Allah, yaitu yang berisi dua hal pokok: Pertama, penolakan terhadap setiap sesembahan selain Allah, dan kedua, penetapan bahwa sesembahan yang benar hanyalah Allah Azza wa Jalla saja.

Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada setiap umat untuk menyeru kepada umat masing-masing, “Beribadahlah kalian kepada Allah saja, dan jauhilah thaghut.” (QS. an-Nahl:36).

Dan banyak firman Allah yang senada dengan ayat ini.

Ibadallah…

Adalah sangat naif dan dangkal jika orang berprasangka bahwa hidup di dunia ini hanyalah untuk tujuan dunia, untuk membangun dunia dengan segala gebyar serta teknologinya, dan untuk melakukan kebaikan-kebaikan duniawi hanya demi kebaikan serta kesejahteraan dunia.

Orang hidup pasti akan mati dan meninggalkan dunia fana ini menuju kehidupan lain. Dan pasti akan ada pertanggung jawaban dalam kehidupan lain itu. Karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan, bahwa hidup di dunia ini memiliki tujuan agung yang bukan sekedar hidup, kemudian mati, lalu selesai. Tujuan agung itu adalah peribadatan kepada Allah Azza wa Jalla. Firman-Nya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat:56).

Ibadah yang dimaksud adalah ibadah murni yang tidak terkotori dengan peribadatan kepada selain Allah Azza wa Jalla. Jika seseorang dalam peribadatannya melakukan perbuatan syirik, mempersekutukan makhluk dengan Allah, maka pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala akan murka dan tidak akan ridha.

Di antara dalilnya ialah, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersukutukan) kepada-Nya, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah mengadakan dosa yang sangat besar.” (QS. an-Nisa’:48).

Juga firman-Nya :

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya (dosa) syirik (mempersekutukan Allah), benar-benar merupakan kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman:13).

Demikian pula firman-Nya :

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah, maka janganlah kamu memohon di dalamnya kepada siapapun, di samping kepada Allah.” (QS. al-Jin:18).

 

Jadi, bagaimana mungkin Allah Azza wa Jalla tidak murka jika Dia Yang Maha Perkasa dan Sempurna disejajarkan dengan makhluk-Nya yang serba lemah dan kurang. Karena itulah, larangan terbesar dalam Islam adalah syirik. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (QS. An-Nisa:36).

Demikian juga maksud diturunkannya kitab-kitab Allah Azza wa Jalla serta diutusnya para rasul ialah agar para manusia beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja. Dalilnya sangat banyak, di antaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. Al-Anbiya’:25).

Nah, agar orang tidak kecewa kelak dalam kehidupan di alam lain, ia harus tunduk pada aturan yang ditetapkan oleh Penciptanya. Dan Penciptanya ini telah menunjuk utusan kepercayaan-Nya untuk menyampaikan risalah-Nya. Ia adalah Rasulullah, utusan-Nya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعْنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ البَيَانِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

 

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَإِخْوَانِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا،

أَمَّا بَعْدُ:

أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى،

Kaum muslimin rahimakumullah,

Adalah jelas bahwa Islam dibangun berdasarkan pondasi tauhid. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنَّمَا يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya apa yang diwahyukan kepadaku ialah bahwasanya sesembahan kamu adalah sesembahan yang Esa, maka apakah kamu telah Islam (berserah diri) kepada-Nya”? (QS. al-Anbiya’:108).

Maka agar keislaman seseorang itu benar dan diterima di sisi Allah Azza wa Jalla, ia harus bertauhid dengan benar, yaitu hanya memberikan peribadatan kepada Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas dan tidak memberikan sedikitpun dari macam-macam ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak berdoa dan tidak memohon kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala , hal-hal yang hanya menjadi kekuasaan Allah untuk memberinya; tidak kepada malaikat, tidak kepada Nabi, tidak kepada wali, tidak kepada ‘orang pintar’, tidak kepada pohon, batu, matahari, bulan, kuburan dan lain sebagainya.

Jadi dalam bertauhid, orang harus menolak dan menyingkiri segala yang disembah selain Allah Azza wa Jalla , dan hanya mengakui, menetapkan serta menjalankan bahwa peribadatan hanya merupakan hak Allah saja, Pencipta alam semesta.

Bertauhid bukan sekedar mengikrarkan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pemberi rizki, Pengatur serta Pemilik alam semesta. Sebab tauhid semacam ini telah diikrarkan pula oleh kaum musyrikin Arab pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi bertauhid harus direalisasikan dengan memberikan peribadatan hanya kepada Allah Azza wa Jalla, permohonan, doa dan kegiatan-kegiatan lain yang semakna, hanya kepada Allah saja.

Dengan demikian, agar tauhid berfungsi menghapus segala dosa dan menghalangi masuk neraka, maka seseorang harus memurnikan tauhidnya kepada Allah Azza wa Jalla serta berupaya menyempurnakannya. Ia harus memenuhi syarat-syarat tauhid, baik dengan hati, lidah maupun anggauta badannya. Atau –minimal- dengan hati dan lidahnya pada saat meninggal dunia.

Intinya, menyerahkan peribadatan, kehidupan dan kematian hanya kepada Allah, meninggalkan segala bentuk kemusyrikan serta segala pintu yang dapat menjerumuskan ke dalam kemusyrikan, sebagaimana telah diterangkan dalam ayat-ayat atau hadits-hadits di atas.

Demikian secara sangat ringkas gambaran tentang kehebatan tauhid yang memiliki daya hapus luar biasa terhadap dosa-dosa. Karena itu mengapa orang tidak tertarik memanfaatkan kesempatan ini ? yaitu dengan bertaubat, kembali bertauhid serta memurnikan tauhidnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ? Dan mengapa tidak takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Perlu disadari oleh setiap insan, bahwa kelak masing-masing akan datang sendiri dan mempertanggung jawabkan dirinya sendiri dihadapan Allah yang Maha adil keputusan hukum-Nya.

وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا

“Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allah sendiri-sendiri pada hari Kiamat.” (QS. Maryam:95).

وَاعْلَمُوْا أَنَّ خَيْرَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّ يَدَ اللهِ عَلَى الجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ فِي النَّارِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ فَقَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:(إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)،

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَاشِدِيْنَ، اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ، أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاجْعَلْ هَذَا البَلَدَ آمِناً مُطْمَئِنّاً، وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةً يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ،

اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الغَلَا وَالْوَبَا وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالْزَلَازِلَ وَالمِحَنِ وَسُوْءَ الفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بِلَادِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةً يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ،

اَللَّهُمَّ وَلِّي عَلَيْنَا خِيَارَنَا وَكْفِيْنَا شَرَّ شِرَرَنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَا لَا يَخَافُوْكَ وَلَا يَرْحَمُنَا،

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ،

اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا فِيْهِ صَلَاحَهُ وَصَلَاحَ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ،

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ بِطَانَتَهُ وَجُلَسَاءَهُ وَمُسْتَشَارِيْهِ وَأَبْعَدْ عَنْهُ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالمُفْسِدِيْنَ (رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ)، وَقِنَا شَرَّ الفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ (رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ)، (وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ).

عِبَادَ اللهِ، (إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)، (وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمْ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ)، فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلِذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ .

 

(Diadaptasi dari tulisan Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin di majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XV/1432H/2011).

 

 

Amar Abdullah

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

baru

Jangan Sia-siakan Sepuluh Akhir Ramadhan

Published

on

By

Khutbah Pertama :

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَ رَمَضَانَ عَلَى غَيِرِهِ مِنَ الشُّهُوْرِ

واَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذَي جَعَلَ فِيْهِ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرَا مِنْ أَلْفِ شَهْر

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَيركَ لَهُ  لَهُ الْمُلْكُ  وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ وَلَدِ الْبَشَر

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ  [آل عمران : 102]

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا [النساء : 1]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71) [الأحزاب : 70 ، 71]

Ibadallah !

Bertakwalah kepada Allah. Bekalilah diri dengan bertakwa kepada Allah, kapan saja dan di mana saja kita tengah berada. Sesungguhnya ketakwaan kepada Allah merupakan bekal terbaik kita dalam mengarungi samudera kehidupan dunia nan fana, menuju kehidupan akhirat yang kekal abadi. Allah azza wa jalla berfirman,

 

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ [البقرة : 197]

Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal (al-Baqarah : 197).



Ibadallah !

Bertakwalah kepada Allah, dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.

Bertakwalah kepada Allah, dengan senantiasa mengingat-Nya, tidak melupakan-Nya.

Bertakwalah kepada Allah, dengan mensyukuri segala bentuk nikmat-Nya, janganlah kita mengkufuri-Nya. Dan, janganlah pula kita menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang berharga dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna untuk urusan dunia dan akhirat kita. Manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya setiap kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk melakukan berbagai bentuk kebaikan dan ketaatan.

Ibadallah !

Terlebih, ketika kesempatan itu merupakan peluang yang sangat besar untuk meraih sebanyak-banyaknya pahala dari Allah azza wa jalla.

Ibadallah !

Ketahuilah bahwa disampaikannya seorang hamba ke sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan ini, merupakan kesempatan yang istimewa dan peluang yang sangat berharga untuk meraih pahala yang sangat banyak dari Allah azza wa jalla. Terkhusus adalah di malam-malamnya. Nabi-ضَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرُهَا فَقَدْ حُرِمَ

Pada bulan Ramadhan itu ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barang siapa terhalangi dari kebaikannya, sungguh ia telah terhalangi (dari mendapatkan kebaikan yang banyak) (HR. an-Nasai)

Ibadallah !

Oleh karena itu, dulu Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-dan para sahabatnya mengagungkan sepuluh akhir ini dan mereka bersungguh-sungguh di dalam mengisinya lebih dari kesungguhan mereka dalam mengisi hari-hari lainnya.

Imam Ahmad di dalam Musnadnya dan imam Muslim di dalam shahihnya meriwayatkan dari Aisyah- رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

Rasulullah- صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-biasa bersungguh-sungguh pada sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan) tidak sebagaimana beliau bersungguh-sungguh pada selainnya.

Dan, asy-Syaikhan (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan juga dari Aisyah- رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-ia berkata,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Apabila sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan) telah masuk, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.



Ibadallah !

Makna ((شَدَّ مِئْزَرَهُ)) (mengencangkan ikat pinggangnya) yakni beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersungguh-sungguh dan mengerahkan segenap kesungguhan untuk beribadah dan menjauhkan diri dari istri ; maka pada malam-malam itu beliau tidak bernikmat-nikmat melainkan dengan bermunajat kepada Rabbnya dan mendekatkan diri kepada-Nya. Maka, apa yang diperbolehkan oleh Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-bagi beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-berupa melakukan hubungan intim suami istri pada malam-malam Ramadhan menjadi tersibukkan oleh selainnya berupa ibadah dan ketaatan karena sangat mendambakan untuk mendapatkan pahala sepuluh malam ini dan diberi taufik untuk mendapatkan lailatul qadar.

Ibadallah !

Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- menghidupkan malamnya, yakni, beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bergadang menyibukkan diri dengan melakukan ketaatan. Maka, beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-menghidupkannya dengan hal tersebut. Dan, beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-menghidupkan diri dan jiwanya pada malam itu dengan mendekatkan diri dan merendahkan diri dan beribadah kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Karena tidur itu adalah saudara kematian, dan tidak akan hidup ruh, tidak pula badan, tidak pula waktu, dan tidak pula umur melainkan dengan ketaatan kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Inilah dia kehidupan yang sejatinya. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

{ أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا } [الأنعام:122]

Apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, seperti orang yang berada dalam kegelapan sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? (al-An’am : 122) ?

Ibadallah !

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menamakan jasad-jasad ini sebagai ‘mayat’ padahal ia bergerak di atas muka bumi, makan dan minum. Hal demikian itu karena jauhnya jasad-jasad tersebut dari iman dan ketaatan kepada Dzat yang Maha Penyayang (Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-) dan kesibukannya dengan kesesataan, kefasikan, dan kedurhakaan serta kezhaliman.

Ibadallah !

Selain bahwa Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- menghidupkan malamnya, Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- juga (( أَيْقَظَ أَهْلَهُ ))  (membangunkan keluarganya), yakni, membangunkan mereka untuk menunaikan shalat dan ibadah pada malam-malam ini.

Ibadallah !

Hal ini-wahai hamba-hamba Allah- sesungguhnya termasuk kesempurnaan kesungguhan beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-terhadap keluarganya agar mendapatkan kebaikan dan juga kesempurnaan perhatian beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- terhadap mereka sebagai bentuk penunaian kewajiban memperhatikan hal-hal yang Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- wajibkan kepada beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-untuk diperhatikan.

Ibadallah !

Hal ini juga menunjukkan kesemangatan dari beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-untuk menunjukkan mereka kepada kebaikan. Dan, orang yang menunjukkan kepada kebaikan adalah seperti pelakunya. Ditambah lagi dengan pahalanya yang diusahakannya karena kesungguhanya dengan dirinya sendiri.

Ibadallah !

Dalam tindakan beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-ini juga sebagai pensyariatan untuk umatnya agar mereka mengambil langkahnya dan meneladani beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-dalam hal tersebut.

Ibadallah !

Di dalamnya juga terdapat arahan bagi para ayah dan ibu dan motivasi bagi mereka agar perhatian dengan pendidikan anak-anak mereka dan agar benar-benar memperhatikan keadaan mereka, terkhusus pada bulan nan mulia ini, memantau keadaan mereka dan mengawasi mereka dalam hal ibadah mereka, dan sungguh-sungguh dalam upaya menjaga mereka, mendorong dan memotivasi mereka untuk berlomba dalam melakukan ketaatan dan menjauhi perkara yang terlarang, dan mendayagunakan sarana yang dapat digunakan untuk menakut-nakuti dan memberikan motivasi kepada mereka.

Ibadallah !

Aisyah- رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-mengatakan,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Apabila sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan) telah masuk, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.



Ibadallah !

Ibnu Hajar-رَحِمَهُ اللهُ-berkata, ‘Di dalam hadis ini terdapat anjuran untuk bersemangat dalam mendawamkan atau merutinkan shalat malam pada sepuluh akhir ini sebagai sebuah isyarat kepada dorongan untuk memperbagus penutupan. Semoga Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menutup amal dan kehidupan kita dengan kebaikan.’ Amin

أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْن وَأَسْتَغْفِرَاللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْن وَالمُؤْمِنِيْن اَلمُوَحِّدِيْن مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah kedua :

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَيركَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Ibadallah !

Di antara ibadah yang agung, yang Allah pertintahkan kepada kita, hamba-hamba-Nya yang beriman adalah bershalawat kepada Nabi kita Muhammad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. Di dalam al-Qur’an, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا  [الأحزاب : 56]

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman ! Bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya (al-Ahzab :  56)

Sementara Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-telah bersabda, mengkhabarkan kepada kita salah satu di antara sekian banyak keutamaan bersalawat kepadanya, dalam sabdanya,

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا

Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, nicaya Allah bershalawat kepadanya 10 kali.

Oleh karena itu, hendaknya kita perbanyak ibadah ini, yaitu, bershalawat kepadanya di hari ini, hari Jum’at, sebagaimana yang diperintahkan oleh Nabi kita Nabi Muhammad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- dalam sabdanya,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيهِ

Sesungguhnya hari Jum’at termasuk hari-hari kalian yang sangat utama. Maka, berbanyaklah oleh kalian bershalawat kepadaku di hari tersebut…(HR. Abu Dawud)

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْم وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْم إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْم وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْم إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد .

وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْن اَلْأَئِمَّةِ الْمَهْدِيِّيْن ؛ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيْق ، وَعُمَرَ الْفَارُوْق ، وَعُثْمَانَ ذِي النُّوْرَيْن ، وَأَبِي السِّبْطَيْن عَلِيٍّ . وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْن وَمَنْ اتَّبَعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرِمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْن .

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْن ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْن ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْن, وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْن ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْن,

اَللَّهُمَّ احْمِ حَوْزَةَ الدِّيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن ,

اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ  وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن ،

اَللَّهُمَّ انْصُرْ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِبَادَكَ الْمُؤْمِنِيْن ،

اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الدِّيْن ،

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْم يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَام ،

اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وِلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى ، اَللَّهُمَّ وَأَعِنْهُ عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَسَدِّدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ وَأَلْبِسْهُ ثَوْبَ الصِّحَّةِ وَالْعَافِيَةِ .

اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْجَلَالِ وَاْلِإكْرَامِ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا ،

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ .

اَللَّهُمَّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ ، اَللَّهُمَّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ ، اَللَّهُمَّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ ،

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا ، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا ، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادُنَا ، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ ،

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ ،

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعِفَّةَ وَالْغِنَى ،

رَبَّنَا إِنَّناَ ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخاسِرِيْن ،

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرِةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار .

عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرْوا اللهَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، ( وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ )

Wahai hamba-hamba Allah ! Ingatlah Allah, niscaya Allah mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Nya atas nikmat-nikmatNya, niscaya Dia menambahkan nikmat-Nya kepada kalian. Sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lainnya). Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan.

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: Hisbahtv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Continue Reading

baru

Dosa Dosa Besar Diingatkan di Hari Besar

Published

on

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذي أَكْمَلَ لَنَا دِيْنَنَا وَأَتَمَّ عَلَيْنَا نِعْمَتَهُ وَرَضِيَ لَنَا الْإْسْلَامَ دِيْنًا
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعَيْنَ
أَمَّا بَعْدُ :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ  [آل عمران : 102]

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian meninggal dunia melainkan dalam keadaan muslim.
Ibadallah, wahai hamba-hamba Allah, kaum Muslimin rahimakumullah !

 

Ketahuilah bahwa ketakwaan kepada Allah-سٌبْحَانَهُ وَتَعَالَى-merupakan bekal terbaik perjalanan hidup kita di dunia yang fana ini, menuju kepada kehidupan akhirat nanti yang kekal abadi.

Tuhan dan sesembahan kita yang hak, yaitu Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah berfirman di dalam kitab-Nya al-Qur’an yang mulia,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ [البقرة : 197]

 

Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (al-Baqarah : 197)

Wahai orang-orang yang berakal ! Bertakwalah kepada Allah, niscaya Anda terjamin untuk mendapatkan keberuntungan dalam kehidupan dunia ini, bahkan sampai di kehidupan akhirat nanti.

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-yang memerintahkan Anda untuk bertakwa kepada-Nya ini telah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ  [آل عمران : 200]

 

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (Ali Imran : 200)

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ  [النور : 52]

Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan.(an-Nur : 52)

 

Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, di antaranya dengan cara mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya, menjauhi semua larangan-larangan-Nya dan semua larangan-larangan Rasul-Nya, takut akan akibat berbuat maksiat kepada-Nya, dan takut akan azab dan siksa-Nya. Niscaya, Anda termasuk golongan mereka orang-orang yang beruntung dan mendapatkan kesuksesan di dunia bahkan di akhirat dengan mendapatkan berbagai kenikmatan di dalam Surga-Nya, yang telah disiapkan bagi orang-orang yang bertakwa kepada-Nya semasa kehidupannya di dunia nan fana ini,

 

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,

وَإِنَّ لِلْمُتَّقِينَ لَحُسْنَ مَآبٍ (49) جَنَّاتِ عَدْنٍ مُفَتَّحَةً لَهُمُ الْأَبْوَابُ (50) مُتَّكِئِينَ فِيهَا يَدْعُونَ فِيهَا بِفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ وَشَرَابٍ (51) وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ أَتْرَابٌ (52) هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِيَوْمِ الْحِسَابِ (53) [ص : 49 – 53]

 

Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) Surga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka bersandar (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di Surga itu. dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya. Inilah apa yang dijanjikan kepada kalian pada hari penghisaban

(Shad : 49-53)

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah !

 

Ketahuilah bahwa termasuk perkara yang diperintahkan kepada kita adalah membaca, mentadabburi dan memperhatikan kandungan ayat-ayat-Nya (tanda-tanda kekuasaan-Nya) yang termaktub di dalam kitab-Nya al-Qur’an yang mulia. Allah berfirman,

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ [ص : 29]

 

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.(Shad : 29)

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Di antara ayat quraniyah yang hendaknya kita perhatikan kandungannya adalah ayat yang diturunkan di hari Jum’at yang menegaskan tentang kesempurnaan syariat. Ayat tersebut adalah firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا  [المائدة : 3]

 

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian

(Qs. al-Maidah : 3)

 

Umar-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-berkata, “Sungguh, aku benar-benar tahu hari diturunkannya ayat tersebut, juga tempat turunnya. Ayat ini turun, sedangkan Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-tengah berdiri (wukuf) di Arafah pada hari Jum’at.”

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Bila kita perhatikan kandungan dan kapan ayat ini diturunkan, kita pun akan tahu betapa agung kandungannya, dan keagungan hari diturunkannya, juga keagungan hari-hari setelahnya.

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Ayat tersebut memuat makna, bahwa Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah memberi anugerah besar kepada kaum Mukminin, yaitu dengan disempurnakannya agama ini. Sehingga tidak terdapat kekurangan dalam syariat-Nya. Aturannya pun tidak terjamah ketimpangan. Al-Qur’an dan sunnah yang merupakan sumber rujukan agama ini, mendapatkan penjagaan dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, sehingga selamanya tetap terjaga dan sesuai di segala waktu dan tempat. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ  [الحجر : 9]

 

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (al-Hijr : 9)

Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –juga bersabda,

تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بِعْدَهُمَا (إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا) كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِي

 

Aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selamanya (jika kalian berpegang teguh pada keduanya) ; yaitu Kitabullah dan sunnahku. (HR. al-Hakim dan lainnya)

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Agama Islam ini adalah agama yang sempurna, aturan yang menyeluruh mencakup semua kemaslahatan hamba. Agama ini sesuai untuk segala waktu dan tempat. Ditambah lagi bahwa agama ini terpelihara dari tangan-tangan jahil yang hendak mendistorsi dan merubahnya.

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Agama Islam ini sempurna dalam prinsip-prinsip dasarnya, juga sempurna dalam hukum-hukum cabangnya. Sempurna dalam hal urusan ibadah juga sempurna dalam muamalah. Aturannya mencakup tataran umat dan juga tataran individu.

Agama Islam adalah agama yang menjamin prinsip mengambil hal yang maslahat dan menolak yang merusak, juga menjaga segala hak serta memberi efek jera kepada para pembuat kerusakan.

Agama Islam adalah agama yang mengatur segala urusan, yang tidak tersentuh oleh kekurangan maupun ketimpangan. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-  berfirman,

لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ  [فصلت : 42]

 

“Yang tidak datang kepadanya (al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji (Fushshilat : 42)

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Maka orang yang menilai Islam tidak cocok untuk zaman sekarang, atau meragukannya, atau menyatakan bahwa Islam hanya  mengatur urusan manusia dengan Sang Pencipta semata, sedangkan urusan dunia dengan berbagai dimensinya tidak diatur Islam, maka ia telah keluar dari Islam, ia telah mendustakan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- yang telah menyatakan bahwa Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah menyempurnakan agama-Nya.

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Kalau kita perhatikan hari di mana ayat di atas diturunkan yaitu, hari Arafah dan di hari Jum’at pula, maka kita pun tahu betapa mulia waktu turunnya ayat di atas. Hari itu adalah hari terbaik.

Tentang keutamaan hari Arafah, disebutkan di antaranya adalah bahwa hari tersbut merupkan hari pengampunan dosa dan pembebasan dari siksa neraka.

Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ

“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah. Dan sesungguhnya Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman : Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim no. 1348)

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Hari Arafah juga merupakan hari disempurnakannya agama dan nikmat.

Dalam shahihain (Bukhari-Muslim), ‘Umar bin Al Khothob-semoga Allah meridhainya- berkata bahwa ada seorang Yahudi berkata kepadanya,

آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا .

 

“Ada ayat dalam kitab kalian yang kalian membacanya dan seandainya ayat tersebut turun di tengah-tengah orang Yahudi, tentu kami akan menjadikannya sebagai hari perayaan (hari ‘ied).

قَالَ أَىُّ آيَةٍ

“Ayat apakah itu?” tanya ‘Umar.

قَالَ ( الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا ) .

 

Si Yahudi menjawab, “(Ayat itu adalah ayat yang artinya): Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian.

قَالَ عُمَرُ قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِىِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ

‘Umar berkata, “Kami telah mengetahui hal itu yaitu hari dan tempat di mana ayat tersebut diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri di ‘Arofah pada hari Jum’at.”

 

(HR. Bukhari no. 45 dan Muslim no. 3017). At Tirmidzi mengeluarkan dari Ibnu ‘Abbas semisal itu. Di dalamnya disebutkan bahwa ayat tersebut turun pada hari ‘Ied yaitu hari Jum’at dan hari ‘Arofah.

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Adapun tentang hari Jum’at, Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ

Sesungguhnya di antara hari-hari kalian yang paling utama adalah hari jum’at…(HR. Abu Dawud)

Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-juga bersabda,

خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ

 

Sebaik-baik hari di mana matahari terbit pada hari tersebut adalah hari Jum’at…(HR. Muslim)

Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-juga bersabda,

الصَّلاَةُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ

 

Shalat (fardhu) yang lima (waktu),  hari Jum’at ke hari Jum’at berikutnya merupakan penghapusan dosa yang ada di antara semuanya selagi dosa-dosa besar tidak dilakukan (oleh seseorang) (HR. Muslim).

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Ya, dosa-dosa besar apa pun bentuknya tidaklah boleh dilakukan. Dan ketahuilah bahwa pada hari Jum’at, pada hari Arafah, pada hari yang besar ini,  Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- telah menegaskan dan mengingatkan beberapa contoh bentuk dosa-dosa besar yang seharusnya ditinggalkan.

 

Dalam khutbahnya-sebagaimana diriwayatkan oleh imam Muslim di dalam shahihnya dari sahabat mulia Jabir bin Abdillah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

Sesungguhnya darah kalian dan harta kalian haram atas kalian, seperti keharaman hari kalian ini, pada bulan kalian ini, di negeri kalian ini. Ketahuilah bahwa segala sesuatu dari perkara jahiliyah dibawah kakiku diletakkan. Darah di masa jahiliyah diletakkan. Dan sesungguhnya darah pertama yang aku letakkan dari darah kita adalah darah Ibnu Rabiah bin al-Harits. Dulu, ia disusui di Bani Sa’ad, lalu Hudzail membunuhnya. Riba jahiliyah juga dibatalkan. Dan, riba pertama yang aku batalkan adalah riba kita riba Abbas bin Abdul Muthalib, sesungguhnya ribanya tersebut dibatalkan semuanya…”

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Menumpahkan darah atau membunuh orang lain tanpa hak sungguh merupakan dosa besar. Perbuatan tersebut adalah terlarang dan diharamkan. Harus dijauhi dan ditinggalkan. Demikian pula mengambil harta orang lain dengan cara batil. Perbuatan tersebut merupakan dosa besar, terlarang dan diharamkan. Harus dijauhi dan ditinggalkan. Demikian pula melakukan praktek riba, juga merupakan perbuatan dosa besar, terlarang dan diharamkan, tidak boleh dilakukan, perbuatan tersebut harus dihindari dan ditinggalkan.

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Itulah tiga contoh bentuk dari dosa-dosa besar yang diingatkan oleh Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- di hari yang besar agar dihindari dan ditinggalkan. Namun demikian, sungguh masih banyak bentuk dosa-dosa besar lainnya yang harus pula dijauhi, dihindari dan ditinggalkan oleh kita semuanya sebagai umat Islam, sebagai orang-orang yang beriman, seperti, menyekutukan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-atau syirik, sihir, meninggalkan shalat, tidak mau membayar zakat, durhaka kepada kedua orang tua, memakan harta anak yatim dengan cara zhalim, berdusta atas nama nabi, membatalkan puasa Ramadhan tanpa alasan atau keringanan, lari dari medan pertempuran, berzina, Khianat, Zhalim, dan bertindak sewenang-wenang yang dilakukan oleh pemimpin terhadap rakyatnya, meminum khamer, menyombongkan diri, takabbur, ujub dan angkuh, persaksian palsu, melakukan homoseksual, menuduh zina, mencuri, merampok, sumpah palsu, selalu berdusta di setiap ucapan, bunuh diri, membiarkan kemungkaran di dalam keluarga, bertingkah laku seperti lawan jenis, makan bangkai, darah, dan daging babi, memalak (pungutan liar), mengungkit-ungkit kebaikan, tidak beriman terhadap takdir, mengkhianati pemimpin, membenarkan dukun, memutus hubungan kekerabatan, durhaka terhadap pasangan,… dan masih banyak lagi bentuk dosa besar yang lainnya sebagaimana disebutkan dan dijelaskan oleh para ulama, seperti yang disebutkan oleh imam Adz-Dzahabi di dalam bukunya al-Kabair. Dan, di dalam bukunya tersebut beliau berpesan seraya mengatakan, ‘Oleh karena itu, kita wajib untuk mempelajari dosa-dosa besar agar seorang muslim bisa menjauhinya.’

أَقُوْلُ قَوْليِ هَذَا وَأَسْتَغْفِرَ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلَسَائِرِ الْمُسِلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 Khuthbah Kedua :

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71) [الأحزاب : 70 ، 71]

 

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagi kalian amalan-amalan kalian dan mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Sesungguhnya hari ini, hari Jum’at merupakan hari yang utama, dan kita pun dianjurkan untuk mengisinya dengan amalan yang utama pula. Bahkan kita dianjurkan untuk memperbanyak melakukan amal yang utama tersebut.

 

Kaum Muslimin, rahimakumullah

 

Ketahuilah bahwa termasuk amal yang utama yang kita dianjurkan untuk memperbanyaknya adalah bershalawat kepada Nabi kita Muhammad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam Sunannya, Nabi kita Muhammad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيهِ

 

Sesungguhnya di antara hari-hari kalian yang paling utama adalah hari Jum’at. Oleh karena itu, perbanyaklah oleh kalian bershalawat kepadaku di hari tersebut …

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللَّهُمَّ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَوَحِّد صُفُوْفَهُمْ وَاَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ وَاكْسُرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِيْنَ وَاكْتُبْ السَّلَامَ وَالْأَمْنَ لِعِبَادِكَ أَجْمَعِيْنَ

 

Ya Allah ! Muliakanlah Islam dan kaum Muslimin, satukanlah barisan dan kalimat mereka di atas kebenaran. Hancurkan kekuatan orang-orang yang zhalim dan karuniakanlah kedamaian serta keamanan untuk semua hamba-Mu.

 

اَللَّهُمَّ نَجِّي إِخْوَانَنَا اَلْمُسْلِمِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ

Ya Allah ! Selamatkanlah saudara-saudara kami kaum Muslimin yang tertindas di Palestina dan di setiap tempat.

 

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنِ فِي سَبِيْلِكَ عَلَى أَعْدَائِهِمْ

Ya Allah ! Menangkanlah saudara-saudara kami para Mujahidin di jalan-Mu atas para musuh-musuh mereka.

 

اَللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَكَ عَلَى الْيَهُوْدِ الْغَاسِبِيْنَ الظَّالِمِيْنَ وَمَنْ شَايَعَهُمْ وَأَعَانَهُمْ يَا عَزِيْزُ يَا جَبَّارُ

Ya Allah ! Timpakanlah azab keras-Mu terhadap kaum Yahudi penjajah yang zhalim, serta siapa pun yang mendukung dan membantu mereka wahai yang Maha Perkasa, wahai yang Maha Mengalahkan.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِيْنَ كَسِنِيْنِ يُوْسُفَ

Ya Allah ! Jadikanlah adzab-Mu atas mereka berupa paceklik yang berkepanjangan sebagaimana yang terjadi di Masa Nabi Yusuf

 

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا وَعَلَيْهِمْ صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَأَقْدَامَهُمْ وَانْصُرْنَا وَانْصُرْهُمْ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Ya Allah ! Ya Tuhan Kami ! Tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan mereka (saudara-saudara kami), kokohkanlah pendirian kami dan mereka, dan tolonglah kami dan tolonglah (pula) mereka terhadap orang-orang kafir.

 

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا وَعَلَيْهِمْ صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ

” Ya Allah ! Ya Tuhan Kami !, Limpahkanlah kesabaran kepada Kami dan kepada mereka dan wafatkanlah kami dan mereka dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)”.

 

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Ya Allah ! “Ya Tuhan kami !, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)”.

 

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka”

 

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Ditulis oleh :

Amar Abdullah bin Syakir

 

Continue Reading

baru

Ujian Sihir

Published

on

Khutbah Pertama :

إن الحمد لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.. أَمَّا بَعْدُ.

Bertakwalah kepada Allah, wahai hamba-hamba Allah !

Sesungguhnya barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.

Ketahuilah-wahai orang-orang yang beriman-sesungguhnya termasuk ketakwaan kepada Allah adalah bersyukur kepada-Nya saat dalam kesenangan dan bersabar atas ketentuan dan takdirnya saat dalam kesusahan dan saat menghadapi bala dan musibah. Karena sesungguhnya Allah memberikan cobaan kepada kalian dengan sesuatu yang kalian sukai dan dengan sesuatu yang tidak kalian sukai, agar Dia melihat kesyukuran kalian dalam perkara-perkara yang kalian sukai dan agar Dia melihat kesabaran kalian terhadap hal-hal yang tidak kalian sukai. Kemudian, setelah itu, kepada-Nya-lah kalian kembali. Orang-orang yang bersyukur dan bersabar akan diserukan kepada mereka “Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu karena apa yang selalu kamu kerjakan.”



Ayyuhal Mukminun !

Sesungguhnya di antara hal yang Allah cobakan kepada sebagian hamba-hamba-Nya adalah sakit dan penyakit dalam berbagai bentuk ragam dan macamnya. Hanya saja, di antara bentuk cobaan yang paling dahsyat dan paling besar adalah ‘sihir’. Sesungguhnya sihir itu merupakan penyakit yang besar, cobaan yang nyata, keburukan yang terbentang, merusak akal, mengacaukan pandangan dan perasaan, memisahkan antara para kekasih, merusak kehidupan saudara-saudara, sungguh benar Allah ketika berfirman tentang sihir itu,

يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ [البقرة : 102]

(dapat) memisahkan antara seorang (suami) dan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan (sihir)-nya, kecuali dengan izin Allah. (al-Baqarah : 102)

Ayyuhal Mukminun

Sesungguhnya sihir merupakan dosa besar, kejahatan yang berbahaya, Allah mengaitkannya dengan kekufuran dan kesyirikan,

وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ [البقرة : 102]

Sulaiman itu tidak kufur, tetapi setan-setan itulah yang kufur. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal, keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu)  oleh sebab itu janganlah kufur!” (al-Baqarah : 102)

Dan Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-menempatkannya di belakang kesyirikan, seraya bersabda, sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari,

«اجتنبوا الموبقات : الشِّركَ باللهِ والسِّحرَ»

Jauhilah oleh kalian hal-hal yang membinasakan : kesyirikan dan sihir, …

Ayyuhal Mukminun

Sesungguhnya di antara bentuk sihir merupakan kekufuran kepada Allah Dzat yang Maha Agung. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ [البقرة : 102]

Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Sungguh, mereka benar-benar sudah mengetahui bahwa siapa yang membeli (menggunakan sihir) itu niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh, buruk sekali perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir jika mereka mengetahui(-nya). (al-Baqarah : 102).

Ini balasannya di akhirat. Adapun balasannya di dunia, maka dipenggal (lehernya) dengan pedang, kepalanya dipisahkan dari badannya, diputus keburukannya, dibatalkan usahanya, dan diperingatkan dari kesesatannya.



Ayyuhal Mukminun

Sesungguhnya termasuk bentuk tindak kejahatan yang sangat besar terhadap seorang muslim adalah melakukan sihir untuknya, atau mengusahakannya, atau menjadi sebab dilakukannya hal tersebut. Sesungguhnya hal tersebut merupakan kezhaliman yang sangat besar. Tindakan aniaya yang akibatnya sangat buruk. Sungguh di antara orang yang lemah imannya terhadap Allah dan hari akhir ada orang-orang yang meminta tolong dengan melakukan sihir atau dengan mendatangi para tukang sihir untuk mewujudkan keinginannya yang rusak dan untuk mendapatkan tujuan-tujuannya yang menyimpang, meraih maksudnya yang hina. Ia pergi ke para tukang sihir agar para tukang sihir tersebut melakukan sihir terhadap fulan atau fulanah, dengan penuh kedengkian, permusuhan dan kelaliman. Sungguh ini merupakan tindakan yang akan menimbulkan kerusakan di bumi, menyakiti makhluk dan menimbulkan kemurkaan rabb semesta alam.

Ayyuhal Mukminun

Sesungguhnya mereka (para tukang sihir dan orang-orang yang meminta pertolongan kepada mereka untuk melakukan sihir untuknya atau orang-orang yang menyebakan terjadinya praktek sihir) adalah para pelaku tindak kezaliman, para pelaku tindak kejahatan, orang-orang yang membuat kerusakan di bumi. Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-telah menyatakan berlepas diri dari mereka, sebagaimana riwayat yang shahih dari beliau, bahwa beliau bersabda,

« ليس مِنَّا مَن تطيَّرَ أو تُطِيَّرَ له، أو تَكهَّنَ أو تُكُهِّن له، أو سَحَر أو سُحِر له

Tidak termasuk golongan kami orang-orang yang melakukan atau meminta tathayyur, atau meramal atau minta diramalkan, atau yang menyihir atau meminta disihirkan.

Alangkah hina dan ruginya orang yang Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-dan orang-orang beriman berlepas diri darinya.

Maka, bertakwalah kalian kepada Allah, wahai hamba-hamba Allah. Jauhilah oleh kalian kezhaliman, karena sesungguhnya kezhaliman itu merupakan kegelapan-kegelapan pada hari Kiamat.

Ayyuhal Mukminun

Sesungguhnya sihir merupakan hal yang membahayakan, tidak ada kemanfaatan padanya dari sisi mana pun, sebagaimana firman Allah,

وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ  [البقرة : 102]

Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka (al-Baqarah : 102)

Sebagaimana bahwa barang siapa menyihir seorang muslim atau berupaya untuk menyihirnya, niscaya ia tidak akan dapat mencapai maksudnya betapa pun ia melakukannya, karena sesungguhnya Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menjamin pembatalan upaya orang-orang yang melakukan kerusakan, seraya berfirman,

إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ  [يونس : 81]

Sesungguhnya Allah akan membatalkan (mengalahkan)-nya. Sesungguhnya Allah tidak membiarkan perbuatan orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus : 81)

Dan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah berfirman,

وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى [طه : 69]

Tidak akan menang penyihir itu, dari mana pun ia datang.” (Thaha : 69)

Maka, bertakwalah kalian kepada Allah, wahai hamba-hamba Allah. Dan, tinggalkanlah dosa yang terlihat dan dosa yang tersembunyi. Jauhilah oleh kalian kebiasaan-kebiasaan orang-orang yang bakal sengsara, dan jauhilah pula oleh kalian jalan-jalan menuju kehinaan dan kenistaan.

Ayyuhal Mukminun

Sesungguhnya di antara sebab terbesar untuk menjaga diri dan melindungi diri dari bala yang jelas ini adalah banyak mengingat Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, karena sesungguhnya hati bilamana penuh dengan mengingat-Nya niscaya tidak ada sesuatu pun yang akan membahayakannya. Karena itu-wahai hamba-hamba Allah- hafalkanlah dzikir-dzikir yang disyariatkan, wirid-wirid nabi, rukyah ilahiyah, seperti membaca ummul kitab (surat al-Fatihah), ayat kursi, penutup surat al-Baqarah, surat al-ikhlash, al-Mu’awadzatain (surat al-Falaq dan surat an-Naas) dan yang lainnya berupa doa dan dzikir (yang disyariatkan)

Termasuk penjagaan dan perlindungan diri dari bala ini adalah kejujuran bersandar dan bertawakkal kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dalam segala urusannya.

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ  [الطلاق : 3]

Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan-nya (ath-Thalaq : 3)

Maka, hanya kepada-Nya-lah hendaknya kalian bertawakkal, wahai orang-orang yang beriman agar kalian mendapatkan keberuntungan.

 

Khutbah Kedua :

 

Amma Ba’du

Ayyuhal Mukminun

Sesungguhnya yang wajib atas orang yang tertimpa ujian sihir ini atau sakit dan penyakit-penyakit  yang lainnya adalah bersabar terhadap ketentuan dan takdir Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, karena sesungguhnya sabar dan mencari pahala merupakan upaya yang akan membuahkan hasil yang sangat besar dan pahala yang banyak. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ [الزمر : 10]

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa perhitungan. (az-Zumar : 10)

Maka, bersabarlah Anda, wahai hamba Allah. karena sesungguhnya sakitnya seorang mukmin dan cobaan dan ujian yang menderanya, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjadikannya-dengan rahmat-Nya- sebagai penebus kesalahan dan dosa-dosanya, dan sebagai kesempatan untuk bertaubat kepada-Nya. Dan, hendaklah engkau berdoa dan merendahkan diri kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, memohon kesembuhan kepada-Nya, karena sesungguhnya tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Nya.

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ  [الشعراء : 80]

Apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku (asy-Syu’ara : 80)

Dan, jujurlah kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-di dalam berdoa, tampakkanlah hajat dan kebutuhanmu kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, karena sesungguhnya doa yang jujur merupakan musuh bala’, mengangkat bala’ dan menerapinya.

أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ  [النمل : 62]

Apakah (yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang mengabulkan (doa) orang yang berada dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, menghilangkan kesusahan (An-Naml : 62)

Tempuhlah sebab-sebab syar’i untuk mengangkat bala’ yang besar ini. Jangalah Anda sekali-kali menemui para tukang sihir dan para normal, atau mengikuti para dajjal dan orang-orang yang menyimpang. Karena sesungguhnya mereka itu akan merusak hati dan menghancurkan badan, mereka akan menjatuhkan seseorang ke dalam kemurkaan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, berfirman,

كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا [الجن : 6]

Sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari (kalangan) manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari (kalangan) jin sehingga mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat. (Al-Jin : 6)

Maka, tidak ada kebaikan pada sisi mereka. Bahkan, mereka adalah sumber munculnya keburukan dan kejelekan berbagai hal. Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-telah mewanti-wanti jangan sampai mendatangi mereka, seraya bersabda,

من أتى كاهِناً أو ساحِراً فصدَّقَه، فقد كَفَرَ بما أُنزلَ على محمَّدٍ

Barang siapa mendatangi dukun atau tukang sihir lalu ia membenarkannya, maka sungguh ia telah ingkar terhadap apa yang diturunkan kepada Muhamamad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- (yakni, al-Qur’an)

Maka, bertakwalah Anda kepada Allah, wahai orang yang beriman. Lalu, jika seandainya Anda meninggal dunia dalam keadaan sakit, beriman dan mengesakan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, niscaya hal itu-Demi Allah- adalah lebih baik bagimu daripada engkau meninggal dunia dalam keadaan sehat, selamat, namun dalam keadaan sebagai orang yang menyekutukan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-

اللهم إنا نعوذُ بك من الشركِ كلِّه.

Ya Allah ! Sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari kesyirikan seluruhnya.

 

Sumber :

As-Sihru Wa Syu’muhu, Syaikh Prof. Dr. Khalid bin Abdullah al-Mushlih-حَفِظَهُ اللهُ تَعَالى- https://www.almosleh.com/ar/27

Amar Abdullah bin Syakir

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Continue Reading

Trending