Tidak Mau Beramar Ma’ruf Nahi Munkar

Kebanyakan kemungkaran itu terjadi di majelis-majelis kaum wanita, bahkan dikerjakan dengan terang-terangan di perkumpulan tersebut. Namun, Anda dapatkan tidak ada satu pun di antara wanita yang hadir tersebut menegakkan amar ma’ruf -dengan cara yang tepat –dan nahi munkar –dengan tanpa menimbulkan kemungkaran yang baru atau yang lebih besar-. Sehingga orang-orang yang melakukan perbuatan batil pun akan terus-menerus mengerjakannya karena sedikitnya orang yang mengingatkan dan banyaknya orang yang mendukung.


Dari Hudzaefah bin Yaman-semoga Allah meridhainya- diriwayatkan bahwa Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلَا يُسْتَجَابَ لَكُمْ


Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Kalian mau beramar ma’ruf dan nahi munkar atau Allah hampir saja menurunkan azab-Nya kepada kalian. Lantas kalian berdoa, namun doa kalian tidak dikabulkan (Shahih Sunan at-Tirmidzi, II/233 (1762)


Dari Jabir bin Abdillah –semoga Allah meridhainya- diriwayatkan bahwa ia berkata, Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam– bersabda,

مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي ، هُمْ أَعَزُّ مِنْهُمْ وَأَمْنَعُ ، لاَ يُغَيِّرُونَ ، إِلاَّ عَمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابٍ


Tidaklah perbuatan maksiat itu dikerjakan di suatu kaum, padahal di situ ada orang-orang mulia dan mempu mencegah perbuatan tersebut, namun mereka tidak mau mengubahnya kecuali Allah pasti akan menurunkan azab-Nya secara merata (Shahih Sunan Ibni Majah, II/368 (3237)


Musibah besarnya adalah bahwa ada sebagian wanita shalihah mengetahui banyaknya dosa-dosa yang terjadi di beberapa majelis yang mereka hadiri. Sebenarnya ia ingin mengingkarinya, namun takut kepada manusia dan malu kepada wanita lainnya. Padahal ia tidak boleh takut kepada manusia dan malu kecuali hanya kepada Allah saja.


Dari Abdul Wahab bin Ward, dari seorang penduduk Madinah diriwayatkan bahwa ia berkata, “Mu’awiyah pernah menulis sepucuk surat kepada ‘Aisyah,’Tulislah sebuah surat yang berisi wasiat kepadaku, dan jangan terlalu panjang.” Perowi melanjutkan, Maka Aisyah –semoga Allah meridhainya- menulis sepucuk surat kepada ‘Mu’awiyah, ‘Assalamu’alaika. Amma ba’du, ‘Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,’Barangsiapa mencari keridhaan Allah dengan kemurkaan manusia, maka Allah akan mencukupinya dari kesusahan manusia. Sebaliknya, barangsiapa mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah, maka Allah akan menyerahkan urusannya kepada manusia. Wassalamu’alaikum (Shahih Sunan at-Tirmidzi (II/288) (1967)


Bentuk lain yang lebih parah adalah ada orang yang perpaling dari para pemberi nasehat, bahkan membantah mereka, merasa bosan dengan nasehat mereka, dan selalu menghindar dari mereka. Nasehat memang pahit dan sulit untuk diterima. Apalagi bagi sebagian wanita yang bisa jadi memusuhi orang yang memberikan nasehat kepadanya, tidak suka kalau ada orang yang menerangkan aibnya, dan suka menjauhi orang yang mengingatkan dirinya mengenai sedikit kekurangan dan penyimpangan yang telah dikerjakannya. Lantas bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa.


Allah ta’ala berfirman,

وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ


Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.(Qs. al-Baqarah : 206)


Dari Abdullah bin Mas’ud –semoga Allah meridhainya- diriwayatkan bahwa ia berkata, Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

إِنَّ أَحَبَّ الْكَلاَمِ إِلَى اللهِ أَنْ يَقُولَ الْعَبْدُ : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ ، وَتَعَالَى جَدُّكَ ، وَلاَ إِلَهَ غَيْرَكَ ، وَإِنَّ أَبْغَضَ الْكَلاَمِ إِلَى اللهِ أَنْ يَقُولَ الرَّجُلُ لِلرَّجُلِ : اتَّقِ اللَّهَ فَيَقُولُ : عَلَيْكَ نَفْسَكَ


Ucapan yang paling dicintai oleh Allah adalah perkataan seorang hamba, ‘Mahasuci Engkau ya Allah dan segala puji bagi-Mu. Nama-Mu penuh dengan keberkahan, kemuliaan-Mu begitu tinggi, dan tiada ilah yang berhak diibadahi selain-Mu.” Sedangkan ucapan yang paling dibenci oleh Allah adalah jika ada seseorang yang berkata kepadanya, “Bertakwalah kamu kepada Allah”!. Kemudian dia menjawab,”Engkau urus saja dirimu sendiri.” (HR. an-Nasai dalam ‘Amalul Yaum Wal Lailah dan Baihaqiy dalam asy-Syu’ab. Lihat, As-Silsilatus Shahihah, II-VI/1055 (2939)


Jika Anda diingatkan tentang Allah-subhanahu wata’ala-, maka segera ingatlah, waspadalah dan tinggalkanlah perbuatan dosamu.


Dari Abu Hurairah-semoga Allah meridhainya- diriwayatkan bahwa ia berkata, Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

إِذَا ذُكِرْتُمْ بِاللهِ فَانْتَهُوْا


Jika kalian diingatkan tentang Allah, maka sudahilah perbuatan dosamu (HR. al-Bazzar. Lihat As-Silsilatus Shahihah III/309 (1319)


Wallahu A’lam


Sumber :


Mukhalafat Nisaiyyah
,
100 Mukhalafah Taqa’u Fiihal Katsir Minan Nisa’ Bi Adillatiha Asy-Syar’iyyah, (e.i, hal. 185)


Amar Abdullah bin Syakir

 

 

 

 

 

 

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *