Connect with us

Buletin Hisbah

Wasiat Para Pendahulu yang Sholeh Menjelang Kematian

Published

on

Buletin Dakwah Hisbah

Th. IV/Jum’at III/26 Shafar 1433 H/20 Januari 2012 M
Wasiat Para Pendahulu yang Sholeh Pada Detik-Detik Menjelang Kematian

Wasiat merupakan salah satu ajaran Allah ‘azza wajalla yang mulia. Hal ini, penting dan sangat berguna. Allah ‘azza wajalla memberikan contoh sebuah wasiat yang amat mulia di dalam kitabNya. Allah ta’ala berfirman, yang artinya, “…dan sungguh Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah…” (Qs. An Nisa : 131)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan keteladan kepada kita ummatnya dengan memberikan contoh wasiat yang baik. Ummu Salamah -istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam– mengatakan adalah di antara wasiat terakhir Rasulullah r, “Solat..sholat dan (perlakukanlah dengan baik) orang-orang yang berada dibawah tanggung wajabmu.” (HR. Ahmad, no.27240)   

Itulah contoh wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang baik yang beliau sampaikan menjelang wafatnya. Lalu, bagaimana halnya dengan generasi terdahulu yang baik (baca: Salaf Sholeh), yang meneladani suri teladan mereka -yakni: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam– dengan baik? Berikut ini kami nukilkan untuk anda –wahai saudaraku kaum muslimin– beberapa contoh wasiat mereka yang mereka lontarkan menjelang kematian mereka. Semoga bermanfaat. Amin.

Wasiat Abu Bakar Ash Shiddiq :

Abu Malih mengatakan, tatkala kematian hendak mendatangi beliau, beliau mengirim (surat) kepada Umar bin Al Khoththob, (di dalam surat beliau tersebut) beliau mengatakan, “aku wasiatkan kepada mu dengan suatu wasiat mudah-mudahan engkau mau menerimanya; sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala mempunyai hak (yang wajib ditunaikan oleh hambaNya) pada malam hari yang tidak diterimaNya di siang hari, sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala mempunyai hak (yang wajib ditunaikan oleh hambanya) pada siang hari yang tidak diterimaNya di malam hari, sesungguhnya Allah ‘azza wajalla tak akan menerima amalan sunnah hingga amalan yang fardhu ditunaikan, timbangan yang berat sesungguhnya adalah yang berat timbangannya di akhirat karena mereka mengikuti kebenaran sewaktu hidup di dunia meskipun hal tersebut terasa berat, adalah hak mizan (timbangan) untuk tidak diletakkan padanya melainkan benar-benar hal tersebut akan memperberatnya. Tidakkah engkau tahu bahwa ringannya timbangan adalah yang ringan timbangannya di akhirat disebabkan mereka mengikuti kebatilan sewaktu di dunia, di mana hal tersebut terasa ringan oleh mereka, maka banar-benar diletakkan di dalam timbangannya melainkan kebatilan sehingga timbangannya menjadi ringan. Tidakkah engkau tahu bahwa Allah ‘azza wajalla menurunkan ayat ar-Roja (ayat yang berisi harapan) pada ayat Asy-Syiddah (ayat yang berisi ancaman yang keras), dan ayat asy-Syiddah pada ayat ar-Roja, agar seorang hamba harap-harap cemas, ia tidak menjerumuskan dirinya ke dalam kehancuran, ia tidak berharap kepada Allah dengan yang tidak benar.      

Wasiat Umar bin Al Khoththob :

Salim bin Abdullah dari ayahnya mengatakan, Umar berada di pahaku saat beliau sakit yang mengakibatkan beliau meninggal dunia. Beliau (yakni : Umar –ed) mengatakan, letakkan kepalaku di atas tanah. Aku pun mengatakan, ada apa dengan anda, aku letakkan kepala di atas tanah atau di atas pahaku?! Lalu, beliau mengatakan, tak ada ibu bagimu, letakkanlah ia di atas tanah. Maka, aku pun meletakkan kepala beliau di atas tanah. Lalu, beliau mengatakan, “celakalah aku dan celakalah ibuku jika ‘azza wajalla tidak merahmatiku.

Wasiat Utsman bin Affan :

Al-‘ala bin Fadhl dari ayahnya mengatakan, tatkala Utsman bin Affan terbunuh, mereka memeriksa beberapa tempat yang dijadikan Utsman sebagai tempat penyimpanan hartanya. Mereka pun mendapati di dalamnya sebuah kotak yang tertutup. Lalu, mereka membukanya. Mereka mendapati secarik kertas yang bertuliskan, “ini adalah wasiat Utsman bin Affan, dengan menyebut nama Allah Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Utsman bin Affan bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah semata tidak ada sekutu baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, bahwa Surga itu benar adanya, bahwa Neraka pun benar adanya, Allah akan membangkitkan orang-orang yang berada di dalam kubur pada hari yang tak ada keraguan padanya, sesungguhnya Allah tak akan menyelisihi janjiNya, di atasnya dia dihidupkan dan di atasnya pula dia dimatikan, dan di atasnya pula dia akan dibangkitkan, insyaa Allah U. 

Wasiat Ali bin Abi Tholib :

Asy Sya’bi mengatakan, tatkala Ali bin Abi Tholib dipukul dengan pukulan itu, beliau mengatakan, apa yang dilakukan orang yang memukulku? Mereka mengatakan, kami telah menangkapnya. Beliau mengatakan, berilah ia makan dari makananku, dan berilah ia minum dari minumanku. Jika aku hidup niscaya aku akan mempertimbangkan kelanjutannya. Namun, jika ternyata aku meninggal maka pukullah ia dengan sekali pukulan saja, jangan kalian menambahkannya. Kemudian, beliau berwasiat kepada Al-Hasan (putranya-ed) agar ia memandikan jenazahnya, tidak bermahal-mahal dalam (pembelian/pengunaan) kain  kafan, beliau mengatakan, “aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “janganlah kalian bermahal mahal dalam hal kain kafan, karena sesungguhnya ia akan cepat rusak” (selanjutnya) beliau (Ali bin Abi Tholib-ed) mengatakan, “dan bawalah aku dengan berjalan, jangan telalu cepat dan jangan pula terlalu lambat. Karena jika ia baik, berarti kalian telah mempercepatku menuju kepadaNya, dan jika keadaannya buruk berarti kalian telah segera melemparkan aku dari pundak-pundak kalian.            

Wasiat  Fatimah Putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

Asma bintu Umais mengatakan bahwa Fatimah bintu Rasulillah pernah berwasiat agar yang memandikan (mayatnya) adalah suaminya Ali bin Abi Tholib t. Maka, tatkala ia meninggal dunia, suaminya dan asma bintu ‘Umais memandikan (jenazah)nya. 

Wasiat Abdullah bin Mas’ud :

Asy-Sa’biy mengatakan, tatkala menjelang wafat Abdullah bin Mas’ud memanggil anaknya seraya mengatakan, wahai Abdurrohman bin Abdullah bin Mas’ud aku wasiatkan kepadamu 5 hal, hafalkanlah dengan baik; tampakkanlah rasa putus asa terhadap orang lain karena hal tersebut adalah sebuah kekayaan yang utama, tinggalkan meminta-minta keperluan kepada manusia karena hal tersebut merupakan kefakiran yang kentara, tinggalkanlah perkara yang kamu berhalangan untuk melakukannya dan janganlah engkau melakukannya, jika engkau bisa berada pada suatu hari yang engkau lebih baik dari pada hari sebelumnya maka hendaklah engkau lakukan, dan jika engkau sholat maka hendaklah engkau lakukan seperti sholatnya orang yang hendak berpisah seolah-olah engkau tak akan pernah melakukan sholat setelah itu.

Wasiat Robi’ bin Khutsaim :

Abu Robi’ah As Sa’di mengatakan, pernah dikatakan kepada Robi’ bin Khutsaim, tidakkah anda berwasiat? Beliau menjawab, “dengan apa aku berwasiat?” sunguh kalian telah mengetahui bahwa aku tak punya dinar tidak pula dirham, tak akan ada seorang pun yang mempersoalkan diriku di sisi Tuhanku ‘azza wajalla  dan aku tak akan memusuhi seorang pun. (lalu) dikatakan kepadanya, berwasiatlah!, beliau pun kemudian mengatakan, “aku mempunyai seorang istri yang masih muda, jika aku meninggal maka doronglah ia agar mau menikah, carikanlah untuknya seorang lelaki yang sholeh, dan anakku ini bila kalian melihatnya usaplah kepalanya karena sesungguhnya aku pernah pendengar ibnu mas’ud mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “barangsiapa mengusap kepala anak yatim maka baginya dengan setiap rambut terdapat tamr di atasnya, tangannya bercahaya pada hari kiamat. (lalu) dikatakan kepada beliau, berwasiatlah! Beliau mengatakan, inilah yang Ar-Robi’ bin Khutsaim wasiatkan.               

Wasiat Abu Bakr Muhammad bin Sirin :

Ibnu ‘Aun mengatakan, Ibnu Sirin pernah berwasiat tatkala hendak meninggal dunia.

dengan menyebut nama Allah Dzat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, ini adalah apa yang diwasiatkan oleh Muhammad bin Abi ‘Amroh kepada anak-anak dan keluarganya, “hendaklah kalian bertaqwa kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesama kalian; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kalian adalah orang-orang yang beriman.” Beliau juga berwasiat seperti apa yang diwasiatkan oleh nabi Ya’kub kepada anaknya, “Hai anak-anakku! sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.

Wasiat ‘Alqomah :

Al Musayyib bin Rofi’ mengatakan, saat menjelang wafat Al Qomah mengatakan kepada sahabat-sahabatnya, “talkinlah aku, Laa Ilaaha illallah.”

Wasiat Marwan bin Hakam :

Abdul Aziz bin Marwan mengatakan, Marwan berwasiat kepadaku, “janganlah engkau jadikan orang yang menyeru kepada Allah sebagai hujjah atasmu, apabila engkau berjanji dengan suatu janji maka datangilah tempatnya meskipun engkau akan dipenggal dengan pedang, dan jika engkau mempunyai masalah hendaklah engkau memusyawarahkannya dengan ahli ilmu dan orang-orang yang mencintaimu. Karena, ahli ilmu itu Allah ‘azza wa jalla telah memberikan petunjuk kepada mereka insyaa Allah. Adapun orang-orang yang mencintaimu mereka tak akan bakhil untuk memberikan nasehat kepadamu.”

Wallahu ‘alam bishshowab (Abu Umair bin Syakir)

Sumber :

Washoya al ‘Ulama ‘Inda Huduuril Maut, karya : Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Zabr Ar Rib’I Abu Sulaiman.  Daar Ibnu Katsir, Bairut. Cet.I tahun 1406. Tahqiq : Abdul Qodir Al Arnauth dengan sedikit gubahan.

 


Artikel : www.hisbah.net

Gabung Juga Menjadi Fans Kami Di Facebook Hisbah.net | Dakwah Al-Hisbah | Hisbah.Or.Id

About Author

Continue Reading
1 Comment

1 Comment

  1. Artikel Islami

    21/01/2012 at 08:12

    Artikel yang bermanfaat, trim

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

baru

Hukuman Mati Bagi Penyihir

Published

on

Islam memiliki hukuman bagi orang-orang yang melampaui batas dengan melanggar larangan Allah ta’ala, seperti hukuman potong tangan bagi pencuri dan hukuman penggal bagi seorang yang membunuh dengan sengaja. Dan dalam hal ini, Penyihir juga layak mendapatkan hukuman mati, karena banyak dan besarnya kerusakan yang dilakukannya.

Yang utamanya adalah kekafirannya karena mempelajari sihir dengan bersekongkol bersama para jin dan syaitan. Allah ta’ala berfirman:

وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ

Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia” (QS. Al Baqarah: 102)

Dalil ini menunjukkan kufurnya sihir dan kafirnya orang yang mengamalkannya.

Kemudian, dengan sihirnya seorang penyihir mencelakakan banyak orang, bahkan menghilangkan nyawanya, seperti melalui teluh dan santet. Jelas ini layaknya membunuh dengan sengaja. Allah ta’ala berfirman:

وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَآؤُهُۥ جَهَنَّمُ خَٰلِدًا فِيهَا وَغَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُۥ وَأَعَدَّ لَهُۥ عَذَابًا عَظِيمًا

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS An Nisa: 93)

Maka, sekurangnya berangkat dari dua sebab di atas, Islam memberikan hukuman mati terhadap para penyihir, seperti dukun dan paranormal.

Dari Jundub, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

حَدُّ السَّاحِرِ ضَرْبَةٌ بِالسَّيْفِ

Hukuman bagi tukang sihir adalah dipenggal dengan pedang” (HR. Tirmidzi no. 1460, yang tepat hadits ini mauquf, hanya perkataan Jundub sebagaimana diriwayatkan oleh Ad Daruquthni dengan sanad yang shahih).

Kita memohon perlindungan kepada Allah ta’ala dari buruknya sihir dan para pelakunya.

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTV
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

About Author

Continue Reading

Aqidah

10 Sebab Terlindung Dari Sihir

Published

on

Sesungguhnya termasuk penyakit yang membinasakan dan keburukan yang sangat besar yang ada pada diri manusia adalah sebuah derita yang disebabkan oleh sihir, pandangan mata yang jahat dan dengki.

Sungguh, bisa jadi orang yang terkena hal hal tersebut akan menderita sakit yang berkepanjangan atau bahkan bisa jadi mati oleh karenanya. Maka, sihir memiliki hakikat dan pengaruh. Hasad juga memiliki hakikat dan pengaruh.

Namun, sesungguhnya termasuk nikmat Allah ﷻ yang diberikan kepada hambanya yang beriman adalah bahwa Allah ﷻ telah menyiapkan untuknya sebab-sebab yang diberkahi dan hal hal yang bermanfaat yang dengannya akan tertolak keburukan darinya, dan akan menghilangkan dari mara bahaya dan bala yang menimpanya yang disebabkan oleh tindakan buruk mereka, para pelaku kejahatan tersebut, yaitu, para tukang sihir, orang-orang yang memiliki pandangan mata jahat, dan orang-orang yang dengki.

Ibnul Qayyim  رَحِمَهُ اللهُ telah mengumpulkan hal tersebut dalam 10 sebab yang agung, bila mana seorang hamba mempraktekkannya niscaya akan hilang darinya keburukan orang yang dengki, orang yang memiliki pandangan mata jahat, dan tukang sihir.

 

  1. Berlindung kepada Allah dari keburukannya dan Membentengi diri Dengannya

Allah ﷻ berfirman

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh. Dari kejahatan makhluknya dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki. (Qs. Al Falaq : 5)

Tidak ada penjaga bagi seorang hamba dan tempat memohon perlindungan kecuali Allah ﷻ. Dia ﷻ Dzat yang akan mencukupi orang-orang yang bertawakkal (menyandarkan urusannya) kepadanya, Dialah Dzat yang akan memberikan rasa aman terhadap rasa takut orang yang ketakutan, melindungi orang-orang yang memohon perlindungan, Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

 

  1. Bertakwa kepada Allah dan menjaga perintah dan larangannya

Barang siapa bertakwa kepada Allah ﷻ, niscaya Allah ﷻ menjamin penjagaan dirinya, dan Dia ﷻ tidak akan menyerahkannya kepada selainnya.

Allah ﷻ berfirman

وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (Qs. Ali Imran : 120)

 

  1. Besabar terhadap musuh. Karena keburukan yang dilakukannya akan berpulang kepada pelakunya.

Allah ﷻ berfirman

وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِه

Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri (Qs. Al Fathir : 43)

Maka, bila orang yang didengki itu bersabar, niscaya ia akan mendapatkan kesudahan yang baik.

 

  1. Bertawakkal kepada Allah

Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia ﷻ akan mencukupinya. Ketawakkalan merupakan sebab terkuat yang akan menolak sesuatu yang ia tidak mampu menghadapinya berupa tindakan kelaliman yang dilakukan orang lain terhadap dirinya.

 

  1. Kosongkan hati dari sibuk dengannya dan memikirkannya

Hendaknya ia bermaksud untuk menghapusnya dari benaknya setiap kali melintasi pikirannya, maka ia tidak melirik kepadanya, tidak merasa takut dengannya. Ini termasuk resep obat yang paling bermanfaat untuk menolak kejahatannya.

 

  1. Menghadapkan diri sepenuhnya kepada Allah dan memurnikan ketaatan kepadanya

 

Dan menjadikan kecintaan kepadanya dan mendapatkan ridhanya dan kembali kepadanya dalam setiap lintasan pikirannya dan harapan-harapannya. Allah berfirman tentang musuhnya,

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83)

Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka (Qs. Shaad : 82-83)

Maka, seorang yang mukhlis laksana orang yang berlindung di balik benteng yang sangat kokoh, tidak ada rasa takut atas orang yang berlindung diri dengannya, tidak ada kesempitan atas orang yang menyandarkan perlindungan kepadanya, tidak ada hasrat bagi musuh untuk mendekatinya.

 

  1. Bertaubat kepada Allah dari dosa yang menyebabkan musuh dapat menguasainya

Karena sesungguhnya Allah ﷻ telah berfirman

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri (Qs. Asy Syura : 30)

Maka, tidaklah seorang hamba dapat dikuasai oleh orang menyakitnya malainkan karena dosa yang diperbuatanya, baik yang diketahuinya atau pun yang tidak diketahuinya. Dan, dosa-dosa yang tidak diketahui oleh seorang hamba bisa jadi jauh lebih banyak dan berlipat ganda di bandingkan dosa-dosa yang diketahuinya, dan apa yang dilupakannya dari dosa yang diketahuinya jauh lebih banyak daripada dosa yang diketahuinya dan diingatnya.

Dalam doa yang masyhur (di mana kita diperintahkan untuk berdoa dengannya) disebutkan

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ

Ya Allah!, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari aku menyekutukan Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku memohon ampun kepadaMu untuk yang aku tidak ketahui. (HR. Al Bukhari di dalam Al Adab Al Murfad)

 

  1. Sedekah dan berbuat baik yang memungkinkan untuk dilakukan

Hal tersebut memilik pengaruh yang menakjubkan dalam hal menolak bala. Hampir-hampir saja hasad, ain, sihir dan tindakan menyakiti orang lainnya tidak akan menyerang dan menguasai orang-orang yang berlaku baik yang gemar bersedekah. Bersedekah dan berlaku baik termasuk bentuk syukur nikmat, dan kesyukuran itu merupakan penjaga nikmat dari segala hal yang akan menyebabkan hilangnya kenikmatan tersebut.

 

  1. Memadamkan api pendengki, orang yang zhalim dan orang yang menyakiti dengan berlaku baik kepadanya

Maka, setiap kali orang-orang tersebut menambah kealimannya dan keburukannya, setiap kali itu pula Anda menambah perlakuan baik kepadanya. Allah ﷻ berfirman

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar (Qs. Fushshilat : 34-35)

 

  1. Memurnikan tauhid

Mengetahui bahwa segala sesuatu tidak akan memberikan manfaat tidak pula memberikan madharat kecuali dengan izin Allah ﷻ . Allah ﷻ berfirman

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ

Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurunianya (Qs. Yunus : 107)

Nabi ﷺ bersabda kepada Abdullah bin Abbas  رَضِيَ اللهُ عَنْهُ Dan ketahuilah bahwa sekelompok orang bila mana mereka berkumpul (bersatu padu) untuk memberikan manfaat kepadamu niscaya mereka tidak akan dapat memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah dicatat oleh Allah untukmu. Demikian pula, andai mereka berkumpul (bersatu padu) untuk memadharatkanmu, niscaya mereka tidak akan dapat memudharatkanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tuliskan bakal menimpamu (HR. At Tirmidzi)

Maka, bila seorang hamba telah memurnikan tauhidnya, niscaya keluarlah rasa takut kepada selainnya dari hatinya. Musuhnya akan sulit menimbulkan rasa takut pada dirinya.

Maka, tauhid merupakan benteng (dari) Allah yang paling agung di mana orang yang masuk ke dalamnya niscaya ia termasuk orang-orang yang aman. Sebagian salaf berkata :

Barang siapa takut kepada Allah niscaya segala sesuatu takut kepadanya, dan barang siapa tidak takut kepada Allah niscaya Dia memberikan rasa takut padanya dari segala hal.

Inilah 10 sebab dimana keburukan orang yang dengki, orang yang memiliki pandangan jahat, dan tukang sihir akan tertolak karenanya. (Lihat, Bada-i’ Al Fawaid, Ibnul Qayyim, 2/238-246)

Kita memohon kepada Allah Dzat yang Maha Mulia agar memelihara kita dan kaum Muslimin semuanya dari segala bentuk keburukan, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mengabulkan permohonan.

 Wallahu A’lam

 

Sumber :

Lembaran Dakwah berjudul, “At Ta’awwudz Min Al ‘Aini Wa As Sihri Wa Al Hasadi”, Oleh : Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr حفظه الله. Dengan ringkasan

Amar Abdullah bin Syakir

 

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTV
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

About Author

Continue Reading

Aqidah

Sihir Tidak Diperbolehkan Sedikitpun

Published

on

Pertanyaan :

Kami mengharapkan penjelasan tentang hakikat sihir, apakah diperbolehkan sesuatu dari sihir itu, dan apakah aktifitas sihir itu dinilai keluar dari agama Islam ?

Jawaban :

Sihir dalam bahasa adalah sesuatu yang halus dan tersembunyi sebabnya. Hakikat sihir, sebagaimana dijelaskan Al Muwaffaq (Ibnu Qudamah Al Maqdisi) dalam Al Kafi, adalah ungkapan tentang azimat, jampi-jampi dan buhul-buhul yang berpengaruh dalam hati dan pada badan, lalu ia sakit, terbunuh dan dipisahkan di antara suami dan istrinya.

Sihir semuanya adalah haram, tidak diperbolehkan sedikitpun darinya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَالَهُ فيِ اْلأَخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ

“Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat.” (QS. Al Baqarah : 102)

Al Hasan berkata, “Ia tidak mempunyai agama, dan ini menunjukkan atas haramnya sihir dan kafirnya orang yang melakukannya. Nabi Shallallahu ‘Alahi Wasallam telah mengategorikannya dalam tujuh perkara yang membinasakan, dan membunuh penyihir itu wajib.” Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Membunuh penyihir itu diriwayatkan dari tiga sahabat Nabi Shallallahu ‘Alahi Wasallam .” Yakni, membunuh penyihir itu diriwayatkan secara shahih dari tiga sahabat, yaitu: Umar, Hafshah dan Jundub radhiyallahu ‘anhum. Jadi, aktifitas sihir itu, baik belajar, mengajarkannya, maupun mepraktikkannya adalah kufur kepada Allah, keluar dari millah, dan wajib membunuh penyihir tersebut untuk membebaskan manusia dari keburukannya, jika terbukti bahwa ia seorang penyihir: karena ia kafir dan karena keburukannya menjalar ke masyarakat.

[Al Muntaqa min fatawa asy-Syaikh Shalih Al Fauzan, jilid 2, hal. 59]

 

Amar Abdullah bin Syakir

 

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTV
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

About Author

Continue Reading

Trending